Begitu pulang ke apartemennya, Tobio duduk di sofa ruang tamu. Dia menghela napas dalam-dalam.
Tiba-tiba dia menatap langit-langit.
Sasaki memanipulasi monster kadal itu beneran bukan mimpi?
Dia bertanya pada dirinya sendiri, tapi ingatan hidup itu jelas menolak kemungkinan tersebut.
Ada sesuatu yang lain dengan munculnya Sasaki......
Apa si monster kadal dengan sesuatu seperti tentakel yang memanjang dari mulutnya itu beneran ada di dunia ini? Monster seperti itu cums muncul di dunia manga dan game, apa ada di kenyataan!? Mustahil! Apa alasannya monster itu ada.
.......
Dalam keheningan Tobio membenamkan wajahnya di tangannya.
......Apa itu mimpi? Atau visi?
Mungkinkah karena rasa besar kehilangan dari kematian teman-teman sekelasnya membebani pikiran dan tubuhnya yang menyebabkan visi seperti itu?
Salah. Monster yang Sasaki perintahkan. Monster itu. Dia telah melukainya.
Dia melihat ke arah tas yang diletakkan di samping.
Dari tas yang sedikit terbuka, dia menatap sekilas benda bulat itu.
Sepanjang jalan pulang, ada banyak saat dia ingin membuangnya, tapi, karena dia akan berada dalam bahaya kematian kalau Minagawa Natsume tidak berada di sana, dia tak bisa membiarkan dirinya berpisah dari ini.
Ini adalah cerita konyol. Setelah mayat mereka tidak pernah ditemukan, teman-temannya yang hilang lalu membawa monster dan menyerangnya. Kenapa dia jadi sasaran? Bagaimanapun dia memikirkan itu, tak ada alasan baginya untuk dibunuh. Apa yang Minagawa Natsume katakan, ketika memikirkannya dengan tenang, itu terdengar seperti lelucon aneh.
Tapi, Tobio melihat monster berbentuk kadal. Kepala monster itu langsung melayang oleh elang milik Minagawa Natsume. Peristiwa ini adalah fakta. Kalau dia mencoba untuk berpura-pura bahwa itu mimpi, bayang-bayang yang berbeda akan muncul dari benaknya.
Kalau itu terjadi yang berarti bahwa, bukan cuma Sasaki, tapi teman-teman sekelas lainnya yang kondisinya tidak diketahui masih hidup juga? Demikian juga, saat itu dia melihat Sae juga asli? Dan Sae, seperti Sasaki, membawa monster dengannya?
Tidak, terlalu dini menyimpulkan hal-hal seperti itu yang harus ditarik dari pemikiran Tobio. Meski hal-hal yang terjadi seperti itu tak bisa dipahami, dia tak ingin membayangkan bahwa Sae akan hidup mencoba untuk membunuhnya dengan monster itu.
Duduk di sofa ruang tamu, Tobio mendesah dalam-dalam.
Dia kelelahan.
Seluruh tubuh Tobio sudah menderita kelelahan. Biarpun dia masih punya energi untuk membuat makan malam, dia tidak nafsu makan.
Tobio berdiri dan kembali menatap tas. Sementara menatap 'telur' yang diduga, sekaligus mengingat berbagai hal yang telah terjadi hari itu. Tobio mengambil tas yang masih ada 'telur' itu, dan meletakkannya di bak mandi.
Ini seharusnya lebih baik. Setidaknya dia ingin melupakan ini sampai besok pagi.
Tobio menutup pintu kamar mandi, kembali ke kamarnya dan berbaring di kasur. Diserang oleh kantuk segera setelah dia berbaring, Tobio segera tertidur.
_______
"Bauh!"
"Uwah!"
Seekor anjing besar menyalak dan Tobio berteriak menyedihkan. Punggungnya bahkan membungkuk.
"Hei, karena kita mau naik ke SMA seharusnya kamu jangan terkejut karena gonggongan anjing."
Sambil menggosok kepala si anjing, Sae tersenyum masam.
Rumah Sae. Di taman, memiliki Golden Retriever yang dipercayakan kepada mereka dari kerabat Sae. Anjing itu akan bermain dengan keluarganya selama kerabat mereka pergi jauh.
Pada saat mereka masih SMP, dia sendirian di rumah pada hari libur, saat itulah Sae menelepon dan memintanya untuk datang ke rumahnya.
Tobio telah diminta membantu mengurus si anjing, tapi untuk Tobio sendiri, sebagai orang yang lemah ketika menyangkut hewan, menutupi demi Sae itu mustahil.
Bersikap ramah, selain manja dan nakal, Golden Retriever, hanya karena menyadari bahwa dia bukan Sae, akan menggunakan semua kekuatan dalam tubuhnya yang besar untuk tujuan menjilati Tobio. Bagi orang-orang yang suka anjing, mereka akan melihat perilaku tersebut menyenangkan, tapi untuk seseorang yang lemah dengan hewan, itu akan dilihat sebagai ancaman.
Sambil menggoyangkan ekornya, si anjing mengejar Tobio yang melarikan diri dari kebun. Untuk mengejar lawan yang melarikan diri, yaitu naluri anjing. Dengan memotivasi si anjing dengan tepat, Tobio telah menjadi teman bermain yang ideal untuk menangani si anjing. Walaupun, ini tak berbeda dengan hewan liar mengejar Tobio.
"Hei! Yang benar saja!"
Biarpun dia marah, saat si Golden Retriever ini main-main dengan bersemangat, tak ada yang bisa dilakukan untuk mengakhirinya dengan tenang.
"Ahahaha! Lakukan yang terbaik, Tobio."
Tentang Sae, dia tengah duduk di teras menyaksikan Tobio yang panik.
"Idiot! Bantu aku!"
Seruan itu sia-sia, karena Tobio dikalahkan oleh si anjing yang melompat pada dirinya dari belakang, jatuh tertelungkup di kebun.
Si anjing lalu naik ke punggungnya tanpa ampun dan mulai menjilati kepalanya dengan sembarangan.
"Uwah! Ha-, berhenti, hei! Uowaaaaah!"
Tobio berada di halaman taman, setengah berlinang air mata sambil berputar-putaar dan berjuang, tapi serangan si anjing tak mau berhenti.
"Kinjirou! Berhenti!"
Dengan perintah dari Sae, si anjing bernama Kinjiro berhenti menggoda Tobio. Si anjing menjauhkan diri dari Tobio dan menunjukkan duduk yang benar.
Serangan si anjing telah berhenti, Tobio mengambil kesempatan untuk berdiri perlahan-lahan. Sosoknya sangat lesu.
Menjadi cemas, Sae menatap wajah Tobio dengan takut.
"K-Kamu baik-baik saja?"
"..Te-Tentu."
Entah bagaimana, dia nyaris tak bisa menjawab. Tapi, tentang kehadiran si anjing besar, Tobio belum terbiasa dengannya.
Dengan lembut Sae membelai kepala Tobio.
"Maaf ya, Tobio."
Dengan Sae berperilaku secara terbuka sebagai orang yang akan menghibur anak-anak, Tobio tidak mampu marah padanya.
Itu karena nyaman. Karena kelembutan itu diberikan dari tangannya, itu sangat enak.
Jika teman-temannya telah mengawasinya, itu akan menjadi sebuah adegan memalukan. Membebaskan si anjing, saat ini Tobio tengah dipeluk adalah sesuatu yang takkan pernah ditunjukkan pada siapapun.
Tapi, kehangatan Sae terkadang akan menyebabkan suasana hatinya menjadi tenang.
"Sebenarnya, Tobio sama sekali sia-sia melawan Sae-chan."
Sambil dia tersenyum geli kecil. Menatap ke belakang, nenek tercinta sudah berada disana.
Tobio buru-buru menjauh dari Sae dan mengucapkan alasannya.
"Ini, ini......jadi, cuma sedikit...!"
Melihat reaksi Tobio, sang nenek serta Sae tersenyum senang. Ini takkan memalukan bagi Tobio kalau situasinya terbalik.
Tobio menghela napas dalam-dalam meski sang nenek, membelai kepala Retriever itu. Tiba-tiba sang nenek bergumam.
"Tak ada gunanya membenci anjing, Tobio. Suatu hari, anak yang telah memilihmu akan.bukan, mungkin anak yang telah memilih telah muncul."
Perkataan yang telah dibicarakan sang nenek, tak dapat Tobio pahami.tapi saat dia melihat anjing itu dengan tatapan lembut, meski begitu, kata-kata itu mustahil untuk dilupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Anjing Jatuh Slashdog
Actionakun sebelah mati, jadi novelnya ku taruh di sini. Dia tak tahu apakah itu mimpi atau visi. Tapi, itu adalah ingatan yang menempel kuat. Selama masa kecilnya--di umur tujuh tahun, dia telah melakukan perjalanan ke beberapa reruntuhan di kota tetangg...