01

156 56 140
                                    

_Harus ada penjahat untuk melenyapkan penjahat_

Srek.

"ARGH!!!"

Srek.

"AGRH!!!"

"HAHAHA!!!" suara tawa gadis berumur 15 tahun menggema di ruangan yang berbau anyir ini.

"Ampun!!! Saya mohon ampun..." seorang lelaki paruh baya di hadapan gadis itu memohon ampun, air mata pun sudah tidak bisa dibendung lagi.

Srek.

"SAYA MOHON LEPASKAN SAYA!!! SAKIIITTT!!!" Lelaki paruh baya itu berteriak histeris karena perbuatan gadis di hadapannya yang benar-benar kejam.

Gadis itu tak memperdulikan teriakan orang di hadapannya yang terus memohon ampun serta berteriak kesakitan. Ini lah yang ia sukai, menyiksa orang disertai teriakkan histeris orang tersebut.

Ah! Mengapa indah sekali melihat karyaku di tubuh lelaki jelek ini. Gadis itu tersenyum lebar melihat darah yang terus mengalir dari kening, pipi, dan, dada lelaki di hadapannya.

"Makanya jangan kabur kalo abis ngelakuin kejahatan," ujar Gadis itu sembari memainkan pisau kecilnya di telinga mangsanya. Hanya memainkan belum menggoreskan.

Lelaki itu malah terkekeh, "terus apa bedanya sama kamu yang lagi siksa saya begini?"

Gadis itu tersenyum miring, lalu memindahkan pisaunya pada dagu mangsanya, ia sedikit mengangkat dagu mangsanya menggunakan pisau kecil kesayangannya itu. "Dengerin gue! Lo itu penjahat, jadi harus ada penjahat lain untuk melenyapkan penjahat."

Cuh.

Lelaki itu meludahi wajah cantik Gadis di hadapannya. "Kamu siapa? Tau apa kamu tentang saya? Mengapa kamu menyiksa saya seperti ini?" lelaki itu memberondong pertanyaan untuk Gadis yang sudah menyiksanya.

Gadis itu mengusap kasar ludah yang menempel di wajahnya. Merasa kesal, kini Gadis itu memasukkan ujung pisaunya ke dalam mulut Lelaki itu, beserta tatapannya yang tajam.

"Lo nggak perlu tau siapa gue! Dan gue tau semuanya! Dan kalo lo mau tau kenapa gue nyiksa lo, ya karena gue sebagai penjahat harus melenyapkan penjahat lain."

Tubuh lelaki itu bergetar kala pisau kecil di mulutnya semakin masuk ke dalam. Ia ingin berucap namun benar-benar tidak bisa karena pisau kecil sialan itu.

"Buka mulut sedikit aja, gue yakin nih pisau bakal nancap di tenggorokan lo!" Ancam Gadis itu tak main-main.

"Sekarang gue tanya, kenapa lo kabur setelah membunuh CEO terbesar di perusahaan lo sendiri?" tanya Gadis itu mengintrogasi.

Lelaki itu tak menjawab, karena takut karena pisau yang masih berada di dalam mulutnya.

Gadis itu pun menarik pisaunya dengan keras, hingga menggores sudut bibir lelaki itu. Alhasil sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah.

Lelaki itu meringis kala bibirnya yang kini mengeluarkan darah.

"Jawab!" bentak Gadis itu.

Lelaki itu gelagapan, "ka-karena sa-ya ta-takut ditangkap po-lisi."

Gadis itu manggut-manggut. "Kalo gitu, sekarang lo pilih dipenjara atau gue bunuh beserta keluarga lo?!"

Lelaki itu menatap takut Gadis di hadapannya, ia tidak ingin dipenjara tapi di sisi lain ia tidak ingin keluarganya terkena imbasnya karena perbuatannya. Lelaki itu menghembuskan napas pasrah.

"Oke. Saya akan menyerahkan diri."

"Oke."

Setelah Lelaki itu membuat keputusan, Gadis itu langsung meraih ponselnya dengan tangan yang masih berlumuran darah untuk menelepon seseorang.

"Halo Kakek."

"Iya Aca?"

"Aca udah nemuin pembunuh Pak Indra, CEO, PT. BHAYANGKARA."

"Nggak kamu apa-apain, 'kan?"

"Nggak kok, Kek. Aca cuma buat goresan sedikit aja."

"Kakek harap omongan kamu nggak bohong, share lock ya?"

"Oke, Kek."

~~~

THE SANTRI OF PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang