BAB 3

14 4 1
                                    

_be kind to anyone_
"Ucapkan terimakasih pada siapapun yang bisa membuatmu tersenyum"
-human banyak dosa-

🍂🍂🍂

"Bang!". Panggil Rangga ketika melihat Regan sedang berjalan kearah ruang tamu.

"Naon!". Ngegas Regan. Ayolah sekarang mood nya sedang buruk!.

"Astagfirullah, pms Lo?". Tanya Rangga sewot sembari makan kerupuk yang tersedia diatas meja

"Paan sih?". Tanya Regan sembari mengangkat satu kaki keatas sofa.

"Bagi duit lah". Ujar Rangga mengulurkan tangan didepan wajah Regan.

"Missqueen Lo?". Tanya Regan dengan wajah tengil nya.

Rangga mendengus, menyebalkan sekali abangnya ini.

"Ayolah bangg!". Paksa Rangga.

"Buat apaan? Berapa? Jangan macem-macem Lo!". Tanya beruntun itu meluncur dengan sempurna dari perosotan, eh, maksudnya dari lidah Regan.

"Elahh,,,50.000 doang ko buat ngisi si rembo". Sahut Rangga.

"Celengan doang? Duit Lo kemana ege, berjuta juta tapi giliran celengan pelit Lo!". Julid Regan sembari memberikan selembar uang warna biru tepat didepan wajah Rangga.

Rangga dengan antusias mengambil uang itu lalu memasukkannya kedalam celengan ayam itu.

"Kebutuhan gue banyak bang, bukan pelit". Ujar Rangga menyengir kuda.

"Serah Lo!". Rangga memutar bola matanya malas.

"Btw, makaciw bang, jadi sayang deh...dadahhh Aga mau main dulu...muachh!". Ucap Rangga dengan nada sealay mungkin diakhiri plying kiss kepada Regan.

"Najis, suara Lo kek kucing nahan berak bjir!". Sewot Regan dengan nada sedikit tinggi karena Rangga sudah berada lebih jauh darinya.

🍂🍂🍂

"Woy bangke, gula gue!". Umpatan itu terdengar melengking percis seperti tikus kejepit memenuhi ruangan dengan gaya klasik itu.

"Bagi lah, ni sup kurang gula!". Ucap pemuda yang tadi sudah merebut gula dari tangan temannya.

"Lah Lo kagak kira-kira anjir bawanya, itu sup iga apa sup gula Akbar!". Ya, yang mengambil gula itu Akbar si tengil, dan si maniak gula jelas si Rendi.

"Yaudah sih ni sup gue yang makan juga, sewot bener Lo!". Ujar Akbar dengan terus mengaduk sup iga yang sedang dibuatnya.

"Diabetes tau rasa Lo!". Tungkas Rendi sadis.

"Udah lah diem Lo Jan banyak bacot, chef Akbar sedang fokus trulala jadi jangan ganggu!". Sahut Akbar dengan gaya andalan nya, yaitu mengangkat tangan seolah olah sedang menyelipkan anak rambut ke belakang telinga dengan sangat slay.

"Dih, Gering sugan". Gidik Rendi ngeri melihat kelakuan teman nya satu itu.

"Woy Rang!, Kemana aje Lo? Gue kira sakarat Lo Gaada kabar dari kemaren." Ucap laki laki dengan postur tubuh agak pendek dari semua teman nya, kenalin dia Rian Gatha Pratama. Sikapnya sebelas dua belas dengan Rendi dan Akbar, bedanya dia sangat suka dengan karakter Ruby, semua yang menyangkut kartun itu ia bawa ke dunia nyata, contohnya payung andalan Ruby, ia membuat nya dengan sangat unik percis seperti di kartun nya.

"Kenapa kita dipindahin Rang?". Pertanyaan itu dilontarkan dari pemuda satunya lagi ketika melihat Rangga baru muncul dibalik pintu setelah berabad-abad tidak keluar, kenalin dia Azka Fernando cowok kalem dan cool itu paling dewasa diantara teman teman nya.

"Kampret Lo pada, baru juga nyampe gue dah diserbu pertanyaan aje". Dengus Rangga mengambil duduk di sofa sebelah Azka.

"Gue gak tau pasti alasan ayah pindahin gue, tapi gue seneng soalnya gue punya rencana disana." Lanjut Rangga diakhiri senyum manis nya.

"Gue tau arah fikir Lo". Sahut Azka dengan senyum miring.

"Paan sih Lo pada, kagak ngerti gue, kalo ngomong Jan setengah-setengah lah". Emosi Rian karena otak nya merasa Lola mendengar Rangga dan Azka beradu argumen dengan sangat singkat padat dan tidak jelas.

"Btw, kapan kita masuk nya?". Tanya Rendi.

"Besok mungkin".

"Males banget gue kalo harus kenalan ulang, ribet ah kagak Mao kenalan dah gue". Gerutu Akbar dengan menyuapkan sup iga nya.

"Lo makan sup itu gak aneh apa rasanya? Gue liat nya aja udah enek". Ekspresi ingin muntah pun diperagakan oleh Rendi.

"Gak, gue berani beda". Sahut Akbar dengan santai.

"Beda spesies". Ucap Azka dengan wajah watados nya.

"Kalo ngomong, suka bener".

"Nginep gak?". Tanya Rian pada Rangga.

"Iya, dah lama enggak". Sahut Rangga

"Asekkkk, bakar bakar nihhh hayukkk beli bahan dulu kita Renn". Heboh Akbar menyeret Rendi dengan tidak aeshetic nya.

"Woy anj, pelan pelan emang gue dogi apa maen seret aja." Teriak Rendi tidak terima.

"Lebay Lo, ayo cepet makanya no lama-lama".

"Dih, ribet Lo kek cewek".

"Dih, serah gue lah ko ngatur?".

"Sableng ni anak". Pasrah Rendi capek memaklumi spesies seperti Akbar.

Rangga, Azka, dan Rian hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan temen mereka yang diluar prediksi BMKG.

Begitulah pertemanan mereka, saling solidaritas, menjadi keluarga kedua, tempat keluh kesah, mereka menjunjung tinggi adab daripada ilmu.

🍂🍂🍂

Rania •New•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang