Ada orang yang dekat. Tapi suatu hari tetap akan terpisahkan oleh berbagai keadaan. Dan hal ini memang alami. Adanya pertemuan akan selalu diiringi dengan adanya perpisahan.
Perpisahan yang diakibatkan oleh kematian adalah perpisahan yang paling menyakitkan. Setidaknya itulah hal yang aku tau saat ini.
Ketika aku menyayangi seseorang dan dia menjauhiku karena suatu alasan, menurutku bukan sebuah masalah besar selama aku masih bisa melihat dia.
Rasa takut terbesarku adalah kalau nanti kita terpisah oleh maut. Entah aku maupun dia yang dahulu. Dan aku pun tau kalau kami memiliki kemiripian, yaitu kerap berusaha mendahului kehendak Tuhan untuk menjemputnya.
Selama ini aku berusaha bertahan karena aku ingin terus bisa melihat dia dalam kondisi hidup (akunya). Tapi aku nggak bisa mencegah kehendaknya. Cuma bisa meminta sama Tuhan agar selalu memberi dia limpahan kebahagiaan sampai dia lupa kebiasaan kami yang serupa ini.
Dia menjauh tanpa alasan yang aku mengerti dengan jelas, namun dengan nalar yang masih jalan, aku bisa cukup memahami tindakan yang dia pilih ini.
Tapi caranya menjauhiku membuat aku terluka. Dan rasanya menyulitkan buat aku.
Hanya saja aku juga paham. Kehadiranku dalam hidupnya dapat memicu masalah yang cukup besar dan kompleks. Bagaimana cara aku menyikapi ini?
Sayangnya, saat ini, otak mungilku hanya mampu menemukan ini sebagai solusi:
"Cara terbaikku untuk mencintainya adalah dengan tidak hadir dalam kehidupannya"Jika aku belum mampu membawa kebahagiaan, maka baiknya jangan membuat kesedihan
Jika aku belum mampu memberi kenyamanan, maka baiknya jangan memberi keresahanKehadiranku dalam rangkaian alur hidupnya rasanya hanya menjadi kerikil untuk saat ini. Jadi lebih baik aku juga menjauh
Sakit memang. Rasa rindu yang ada semakin menyiksa dan menjalar ke seluruh permukaan jantung. Membuat sesak di paru-paru. Membuat bernapas menjadi sukar.
Tapi, aku masih bisa melihat. Emang agak rabun, tapi ku masih bisa melihat dia. Dengan bantuan kacamata, dari kejauhan pun aku bisa menikmati indahnya.
Jadi dalam setiap pertemuan aku menabung memori. Mengisi celengan-celengan rindu yang terpajang rapi di rak-rak yang berjejer di rongga dada.
Mengamati ia dengan seksama. Menikmati setiap detik waktu yang aku miliki untuk menyaksikan keindahannya.
Jadi, sekalipun kita akan berpisah karena waktuku bertemu dia sudah selesai, aku masih punya tabungan ingatan yang begitu indah tentang hadirnya ia dalam hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maylea's Diary
Cerita PendekAda banyak hal yang ingin aku ceritakan. aku bukan orang penting. tapi semoga hari kalian menyenangkan