"Mew, lo brengsek ya"
Ketika pintu ruang kantornya terbuka dengan keras, Mew bahkan tidak berniat mengangkat kepalanya dari tumpukan pekerjaan yang sudah dibacanya selama beberapa jam. Di Pintu memperlihatkan seorang wanita yang tinggi, ramping, cantik, dan sangat mirip dengannya.
Davika, kakak perempuannya, masuk tanpa permisi diikuti dengan Nana yang ketakutan—sekretaris Mew. Sekretaris Mew terlihat seperti ingin menghentikan Davika tapi tidak punya cukup keberanian untuk melakukannya karena kakak Mew tersebut terlihat sangat marah. Nana tahu itu hanya akan menambah masalah jika dia melarang Davika masuk.
"Hai kak. Gimana las vegas? seru?" Mew bertanya santai saat akhirnya mengangkat kepalanya untuk melihat kakaknya yang sedang marah.
Davika membanting tas Dior-nya di meja dan kertas-kertas yang sedang dibaca Mew serta pena berserakan terkena dampaknya.
"Brengsek lo," ulang Davika, menunjuk kuku manicure-nya yang sempurna ke arah Mew. "Mommy nyuruh gue balik ke indo karena dia pikir lo akan kabur dari makan malam bareng keluarga Traipipattanapong. Mommy akan membunuh kita hidup-hidup kalo kita gak dateng. Lo mikirin itu gak?, jam segini malah masih ngantor"
Mew menghela nafas. Dia berpaling ke Nana yang terlihat seperti lebih suka berada di tempat lain daripada di ruangan ini, mendengarkan pertengkaran kakak beradik.
"Kamu bisa pergi, na," kata Mew, memberi sekretarisnya izin. Terlihat jelas Nana merasa lega mendengar itu sebelum membungkuk dan keluar dari ruangan.
Mew kembali berpaling ke kakaknya lagi.
"Gue gak kabur kak, tenang aja" katanya dengan santai. "Ada kerjaan yang harus gue selesaiin sebelum makan malam keluarga"
Davika mendesah. "Lo jangan bercanda Mew." Dia duduk di kursi dan menyilangkan kakinya, bersandar ke belakang dengan anggun.
"Mommy itu berlebihan," Mew menghela nafas saat melepaskan kacamatanya, menggosok mata lelahnya dengan punggung tangannya. "Lo tau sendiri kak, gue gak bakal lari dari tanggung jawab."
Bagi seseorang yang hidupnya sudah direncanakan sejak lahir, Mew berani mengatakan bahwa dia cukup tenang untuk menghadapi nasibnya. Hidupnya tidak memiliki banyak pilihan. Ketika dia berusia enam belas tahun, orangtuanya memberitahunya bahwa dia akan menikahi putri dari keluarga Traipipattanapong untuk menggabungkan bisnis keluarga serta menjaga hubungan antara Suppasit dan Traipipattanapong yang telah terjalin selama bertahun-tahun.
Mew kenal baik dengan Joss Traipipattanapong. Mereka sudah beberapa kali bertemu tapi mereka tidak pernah benar-benar berbicara kecuali bertukar salam sopan dan percakapan canggung. Sebagai pewaris Palet Group, Mew sudah menyerah pada impian membuat kisah cintanya sendiri karena dia tahu itu tidak akan terjadi. Setidaknya dia tidak akan menghabiskan hidupnya dengan orang asing sembarangan. Jane Traipipattanapong adalah gadis yang sangat baik dan sopan, umurnya lebih muda beberapa tahun dari Mew. Mew tidak bisa membayangkan hidup bersamanya, tapi dia bisa mentolerirnya dan membuat beberapa kompromi setelah mereka menikah.
"Gue gak percaya lo akan menikah secepat ini," Davika berkata setelah sejenak hening, suara serta wajahnya menjadi lebih lembut. Ada sedikit kesedihan di matanya, tapi Mew memilih untuk mengabaikannya.
Mereka tidak selalu menunjukkan kasih sayang satu sama lain dan sebagian besar ketika mereka bersama, mereka akan cekcok dan bertengkar. Tapi itu bukan berarti mereka tidak peduli satu sama lain. Davika tidak pernah mengatakannya dengan jelas, namun Mew tahu bahwa kakaknya merasa kasihan pada dirinya. Karena Mew tidak memiliki kesempatan yang sama dengan Davika. Davika bisa berkeliling dunia dan melakukan apapun yang diinginkannya, sementara Mew sudah membawa banyak tanggung jawab di pundaknya sejak usia muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir - MEWGULF
Chick-LitMew Suppasit menyadari bahwa sebagai pewaris Palet Grup, suatu saat dia diharuskan menikah. Tetapi ketika calon pengantin yang seharusnya melarikan diri, dia harus menikahi saudara laki-lakinya sebagai pengganti. Yang tak disangka bahwa pasangan yan...