• abi salah?

282 40 2
                                    

pernah mengalami di abaikan oleh orang terdekat namun tak tahu salah kita dimana?

yup, kini Abi sedang mengalaminya.

semua orang di rumah sedang berusaha menghindari nya entah karena apa. bahkan Jian pun turut mendiamkan nya.

ada apa? bukan kah semua baik-baik saja? bahkan kemarin mereka sedang menghangatkan diri di bawah selimut yang sama. lalu kini mereka seperti tak saling kenal.

"ji" panggilan pertama di abaikan.

"ji" panggilan kedua pun sama.

"jian" dan masih di hiraukan.

tak menyerah begitu saja, Abi menghadang jalan yang akan pemuda desa itu lewati. "lo denger gak sih?"

"ohh, ada apa?"

Abi tertegun, mengapa lelaki ini begitu dingin dengan nya. "lo kenapa sih?"

"saya?"

"iyalah, lo tiba-tiba cuek gini ke gue, gue ada salah?"

"engga ada sih"

"terusss??"

Jian mengangkat bahunya acuh, kemudian jalan mendahului Abi untuk melanjutkan kerjaannya. malas untuk menanggapi Abi yang banyak bicara.

sedangkan yang di tinggal hanya terdiam akan tingkah Jian barusan.

Genta datang melewati Abi tanpa menoleh. "kak.." sama saja, tak di gubris sama sekali.

kenapa dengan orang-orang hari ini?? orang tuanya sedang pergi ke luar kota, yang mana kini Abi merasa sangat kesepian (lagi)

"gue ke studio ajun deh"

dan pilihan yang salah bagi Abi hari ini. Ajun turut diam saat ia datang kesana. "jawab gue!"

"apa sih? gue lagi sibuk, lo ga liat?"

"liat, tapi jawab gue sebentar aja ga bisa? gue kesel banget sama orang rumah di tambah lo ngeselin banget anjing"

"ya karna lo berisik, lo bawel, cerewet, banyak omong. orang tuh bosen denger suara lo yang cempreng, sakit telinga gue tau ga? udah tenang gue disini tapi malah di ganggu sama lo"

Abi terdiam. betulkah seperti itu? apakah selama ini Jian merasakan hal yang sama?

tanpa sepatah kata lagi, Abi pergi keluar membanting pintu. berjalan entah kemana karena ia pergi tidak membawa kendaraan. Abi terlalu lelah untuk menyetir hari ini.

di tengah jalan ada satu orang yang terlintas di benaknya.

"adam.." Abi segera memesan ojek online mengarah ke rumah Adam.

sesampainya disana, temannya sudah berada di luar rumah datang menyambut Abi. walaupun heran karena Adam tak pernah melakukan ini tapi Abi tetap datang memeluknya.

"lo kenapa anjir???"

"jahat banget jahat! damm huhuuu masa gue di cuekin, emang gue salah apa? gue seberisik itu ya?

"ssstt udah udah, masuk dulu yu ke dalem nanti baru cerita"

keduanya masuk, Adam membuat teh hangat untuk menetralisir rasa sih Abi. sedangkan Abi duduk di atas sofa dengan wajah tertekuk. "jadi lo kenapa? dateng malah nangis"

"gue tuh kesel! dari pagi di cuekin, ga ada yang mau ngomong sama gue bahkan kakak juga ga mau ngomong. akhirnya gue ke studio ajun, tapi dia malah ngomelin gue, ngata-ngatain gue cerewet, bawel padahal gue cuma pengen cerita"

Adam masih diam, fokus kepada teman nya yang bercerita.

"maksudnya tuh kalo gue ada salah ya bilang, ga ada apa-apa masa tiba-tiba gue di diemin. gue tau kalo kakak marah pasti diemin gue, tapi gue salah apa??? males banget"

"mungkin lo mereka lagi banyak pikiran aja jadi ga sadar diemin lo gitu. semua orang kan bisa capek, bi. lo yang sabar ya"

"ih gue tuh ga masalah siapapun diemin gue, tapi kenapa harus jian??! kemarin kita masih jalan-jalan, masih pelukan, masih ini masih itu tiba-tiba kayak orang ga kenal kan gajelas! dasar cowok freak, kaku, jelek, ngeselin!"

Adam hanya tertawa kala Abi meluapkan semua emosinya. panggilan telepon masuk, Adam melihat nama yang tertera disana. "bi, jian nelepon"

"hah? angkat coba"

"halo.."

"halo, adam, liat abi dimana?"

Adam melirik ke arah Abi meminta persetujuan, Abi hanya mengangguk. "abi ada kok sama gue, kenapa?"

"oke" sambungan itu langsung terputus, membuat Abi bertanya-tanya. mengapa hanya seperti itu???

namun, selang 15 menit kemudian suara motor yang sangat ia kenali terdengar. Abi yang tadinya sudah terasa relax menjadi tegang. "jangan-jangan jian kesini?"

ketukan pintu terdengar, Adam membukanya. benar saja, itu jian. "abi mana?"

"oh.. abi--"

"kenapa?" selak Abi yang tiba-tiba muncul, mengetahui Adam yang sedikit gugup berhadapan dengan Jian.

"pulang"

"ga mau"

"abi, pulang. sekarang. saya tunggu di luar"

Abi mendecak, berpamitan paksa dengan Adam dan menghampiri Jian yang sudah berada di atas motor.

tak ada perbincangan selama di jalan, sangat dingin dari udara malam hingga aura mereka berdua. bahkan Abi seperti enggan ingin memeluk pemuda di hadapan nya.

"ji" lagi-lagi tak terjawab. hingga akhirnya mereka sampai tanpa obrolan apapun.

terlihat Genta berada di depan wastafel dapur. "abi" panggilnya.

"kenapa?"

"kakak liat di kantor lagi ada masalah, kenapa ga di handle? kamu kemana seharian ini?"

"aku gak--"

"kamu pikir bisa seenaknya nyuruh sekertaris kamu buat handle kerjaan? kamu pikir kakak ga sibuk? kalo aja ga ada jian yang bantuin mungkin kita ga jadi kerja sama sama perusahaan yang papa ajuin"

"kak aku--"

"kamu bisa di atur sedikit ga? kamu tuh udah gede, udah punya tanggung jawab. jangan seenaknya main, kabur gitu aja"

"kak tapi--"

"tapi apa? mau bikin pembelaan apa lagi?"

Abi menunduk, terlalu takut berhadapan dengan sang kakak. "maaf, abi salah"

"masuk kamar, jangan pernah coba keluar rumah sekarang. kelarin urusan kantor dari rumah aja"

Abi hanya menurut, satu bulir bening terlihat jatuh mengenai lantai. sedangkan Genta hanya menarik nafas setelah memarahi sang adik.

di kamar, Abi tak melakukan apapun selain menangis di bawah selimut tebalnya. mungkin memang ini salahnya, tapi mengapa sangat sakit. ia jarang bahkan tak pernah di marahi hingga seperti itu oleh kakaknya.

Jian pun disana hanya diam memperhatikan bukan datang untuk membela.

malam ini, di tutup dengan gemuruh hujan yang menemani Abi hingga pagi datang.














































• • •

kasian abi..

Kelana ; Adhinatha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang