₊ Da seot ۪ +

408 40 0
                                    

Kening Kimberlysa mengerut saat berbalik dan mendapati seorang wanita yang ternyata tadi menariknya dan membekapnya untuk masuk kedalam rumah khas itu.

"Nona aku ingin menyelamatkanmu, lihatlah disana." tunjuk perempuan itu ke jendela dan menampakkan seorang gadis yang dibawa paksa oleh beberapa orang bertubuh besar.

"Astaga, Yuju!" baru saja hendak menghampiri namun pergelangan tangannya dicekal oleh perempuan itu.

"Lebih baik jangan gegabah. Mereka memang seperti itu saat matahari terbenam, mereka akan menculik siapapun orang yang masih ada di luar rumah--"

"--bahkan anak pertamaku diculik oleh mereka, aku tak bisa menebusnya selain.."

Kimberlysa mengernyitkan keningnya penasaran. "Selain?"

Perempuan itu menggeleng cepat, "Lupakan saja. Omong-omong kau duduk saja terlebih dahulu, aku akan membuatkanmu minum untuk meredakan rasa takutmu."

Kimberlysa mengangguk mengikuti ucapan perempuan itu. Matanya melihat sekeliling rumah ini dan berhenti pada foto keluarga yang disana terdapat perempuan itu serta kedua anaknya.

"Bibi bolehkah aku bertanya?" tanya Kimberlysa, pandangannya masih menatap kearah luar dimana pria bertubuh besar itu masih berada disana.

"Silahkan. Kau pasti ingin bertanya tentang mereka, kan?" tepat sekali, Kimberlysa mengangguk.

Wanita yang sekiranya berusia empat puluh tahun itu menghampiri Kimberlysa yang sudah duduk di bangku kayu, ia membawa secangkir minuman hangat untuk Kim.

"Tenangkan dirimu, silahkan di minum kau terlihat tak baik." Perempuan dengan rambut yang dicepol itu menyodorkan secangkir teh hangat.

"Terima kasih. Aku baru saja kehilangan dua temanku. Itu sebabnya aku terlihat tak baik."

"Bagaimana bisa hilang, siapa namanya siapa tahu aku bisa membantu." Kimberlysa tak menanggapi pertanyaan perempuan yang masih menatapnya bingung.

"Hyunjae dan Yoohyeon, kau tak perlu membantu karena mereka telah tiada." ucapannya melirih diakhir kalimat.

Perempuan itu mengusap lengan dan punggung Kimberlysa dengan lembut, berusaha menenangkan gadis yang mengenakan sweater putih serta dilapisi oleh jaket yang cukup tebal berwarna biru navy.

"Lupakan. Aku ingin tahu cerita tentang orang-orang yang menculik temanku tadi."

"Mereka datang beberapa tahun yang lalu saat desa ini sedang ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah. Mereka diterima baik oleh kepala suku karena memberikan donasi yang nominalnya tak main-main untuk kehidupan masyarakat sekitar. namun dengan satu syarat--"

"--semua warga tak boleh keluar rumah saat matahari sudah terbenam atau mereka akan menculik siapapun seperti tadi."

"Untuk apa mereka menculik warga sekitar?" tanya Kimberlysa tak mengerti dan menyeruput minuman hangat itu.

"Entahlah, namun mereka akan dibawa kedalam ruangan rahasia yang disebut bloody home. Kemudian mereka akan membawa semua gadis setelah satu tahun ke suatu tempat. Markasnya tak jauh dari pohon besar itu, anakku bahkan belum dikembalikan hingga sekarang. Kecuali--"

Perempuan itu menjeda ucapannya saat melihat Kimberlysa yang langsung memegangi kepalanya yang terasa pusing kemudian tak sadarkan diri.

"--kecuali membawa penggantinya. Sepertimu contohnya," perempuan itu menyeringai.

Perempuan itu mencepol asal rambutnya kemudian membuka pintu rumahnya, memanggil pria berbadan besar yang masih berada tak jauh dari tempat duduk bambu itu.

Ia berteriak memanggil keduanya. "Hei, aku membawa penggantinya. Sekarang cepat bebaskan putriku!"

Pria berbadan besar itu mengangguk, membawa tubuh mungil Kimberlysa yang sudah pingsan dari atas kursi kayu itu.

Perempuan itu menatap Kimberlysa yang sedang dibawa oleh salah satu pria itu. "Maaf, tapi aku ingin putriku bebas."

.  ̫.

Dengan tenaga yang tersisa Kimberlysa memberontak pada kedua pria bertubuh besar itu saat dirinya hendak dimasukkan kedalam ruangan gelap yang terdapat lima orang perempuan di dalamnya.

Saat ditengah perjalanan, Kimberlysa siuman dan menyadari bahwa dirinya telah dijebak oleh wanita yang tadi menolongnya.

Sejun benar, dirinya harus berhati-hati karena ia gampang dimanfaatkan dan dipengaruhi oleh orang sekitar.

Kimberlysa menendang kesal salah satu kaki pria itu. "Brengsek kau, lepaskan aku sekarang atau aku akan mengadukan mu pada Appa!"

Tangan milik Kimberlysa gemetar saat pria yang tadi ia tendang kakinya mendekatinya dan meraih dagunya.

"Appa mu terlalu bodoh jika disandingkan dengan bos kami nona, diamlah dan tutup mulutmu."

Kimberlysa diam tak berkutik, salah satu perempuan yang berada di sana menatap kearah Kimberlysa dengan tatapan nanar.

Air matanya meluncur membasahi pipi, ia memutuskan untuk duduk didekat dua perempuan disana.

"Astaga kau ini anak orang kaya dari mana, mengapa cengeng dan manja sekali." Celetuk salah satu perempuan bernama Kim Min Kyung membuat yang lain ikut tertawa kecuali satu gadis yang mengenakan kupluk berwarna hitam diujung ruangan.

Karena kesal dengan gadis bersurai pendek itu, Kimberlysa pun akhirnya menghampiri gadis yang hanya berdiam diri sejak tadi di ujung ruangan.

Namun belum sampai pada ujung ruangan, kakinya diselengkat oleh gadis yang mengenakan syal putih dan bando mahkota yang diketahui bernama Lee Soo Jin.

Semua perempuan yang berada di ruangan itu menutup mulut mereka mengenakan telapak tangan saat melihat Kimberlysa yang tersungkur, kemudian gelak tawa memenuhi ruangan itu.

"Kau baik-baik saja?" Gadis berkupluk hitam yang berada di ujung ruangan membantunya untuk berdiri, Kimberlysa tersenyum.

"Terima kasih, um.."

"Na Jisun, itu namaku." menyadari bahwa gadis dihadapannya hendak bertanya, ia segera memperkenalkan diri terlebih dulu.

"Terima kasih Jisun."

"Urwell. Siapa namamu?"

Kimberlysa tersenyum manis. "Aku Kim—"

• Na Jisun •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Na Jisun •

The Bloody Circus ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang