Bilang Tidak, dong!

104 23 5
                                    

MUSTAHIL bagi murid sekolah mereka untuk tidak kenal siapa Julius Lakitri Ginting. Sejak awal pemuda itu sudah menjadi hot topic dengan meraih peringkat pertama di tes penerimaan siswa baru dan menjadi adik tingkat kesayangan Dion Kintaro, senior tingkat akhir yang terkenal tampan dan tegas sebagai kepala divisi kedisiplinan panitia penerimaan siswa baru.


Dion yang biasanya tidak akrab dengan adik kelas itu tiba-tiba menarik Julius duduk bersama di kantin saat Julius masih mengenakan pakaian SMP dan atribut upacara penerimaan siswa baru.


Semua orang menahan napas karena mengira Julius akan dirundung. Sudah bukan rahasia jika meja yang diduduki Dion dipenuhi oleh pemuda-pemudi paling cemerlang seantero SMA Pusaka. Mereka tidak hanya populer dengan puluhan bahkan ratusan ribu pengikut di media sosial, tapi memiliki setumpuk prestasi di bidang akademik dan non-akademik.


Namun ketegangan itu terhenti saat Jade Janusukma, pentolan tim sepak bola sekolah yang baru memenangkan lomba pidato tingkat provinsi, menepuk bahu Julius akrab.


"Makan, Je." Sapa Jade sambil memamerkan dekik senyumnya yang dalam. Pandangannya membuat sekelompok gadis yang duduk tak jauh dari mereka melenguh tertahan.


"Santai aja kalo sama kita-kita," timpal Yukasa Naveera, kapten tim bola voli. Satu-satunya murid pria yang panjang rambutnya hampir menyentuh bahu. Sebuah keleluasaan karena ia baru saja dikontrak Eiger menjadi model jaket gunung yang baru. Ia, Jade, dan Dion adalah kakak kelas Julius di SMP. Meski ketiganya berbeda klub, Julius sama-sama akrab dengan Jade, Dion, dan Yukasa karena mereka satu tongkrongan. Tak heran jika mereka langsung klik.


Meski sudah cukup terkenal sebelumnya karena prestasi dan fisiknya yang rupawan, ditariknya ia ke meja emas itu (sebutan untuk meja paling strategis di kantin dan dikuasai oleh orang-orang memanjakan mata) merupakan tonggak baru di mana Julius juga masuk radar para kakak kelas, bukan hanya teman seangkatan.


Sejak saat itu, pemandangan yang normal jika nama pendek Julius dipanggil-panggil oleh para senior, terutama kelompok para gadis yang ingin berdekatan dengannya. "Jeje, Jeje," begitu selalu tiap ia lewat. Semua mendadak sok akrab, meniru cara Dion, Jade, dan Yukasa memanggil Julius dan nama itu keburu terkenal bahkan sebelum Julius sempat meralatnya.


"Lakitri!" sambut Jade saat hari itu Julius baru saja selesai pelajaran olahraga. Jade dan teman-temannya memasuki lapangan.


"Ada-ada aja, Kak." Dengus Julius mendengar panggilan Jade.


Jade tertawa. "Habisnya, dulu, kan, yang bisa panggil lu 'Jeje' Cuma temen-temen lu doang. Sekarang semua serba-'Jeje'. Gue jadi kehabisan nama panggilan buat lu. Baru kelar olahraga? Main dululah, satu babak doang." Bujuk Jade.


Julius melihat ke teman-teman sekelasnya. Beberapa mengangguk sementara yang lain tak ada yang menolak. Tampaknya terlalu sungkan untuk menolak ajakan kakak kelas sekarismatik Jade. Jadilah mereka main sepak bola bersama para senior.


Begitu dua babak sudah terlewati, tahu-tahu sekelompok murid sudah duduk di tribun, sibuk menyoraki Julius dan Jade dengan heboh.

mencintaimu harus menjelma aku | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang