Mau Pulang Denganku?

148 24 6
                                    

Naya meregangkan tubuh usai mengerjakan 20 soal matematika di buku tulisnya. Suasana kelas sudah sepi. Kebanyakan temannya menghabiskan waktu kosong dengan bermain sepak bola di lapangan. Kelompok ini berada di bawah komando Hardin. Sementara yang lain memilih ke kantin atau sekadar mengobrol di luar kelas.


Seperti biasa, Naya sendirian.


Naya tidak ingat kapan tepatnya dia menjadi penyendiri. Sebab di kepalanya, ia tak pernah secara sengaja menjauhi teman-temannya. Tidak pernah pula merasa menolak pertemanan. Namun tiap kali ia usai dengan keasyikannya, ia selalu terbengong sendiri.


Apa Naya aneh?


Naya pernah menanyakan itu pada Oma. Tentu saja Oma menjawab dengan gelengan tegas. Bahkan saat Naya memang aneh, ia yakin Oma tetap sayang padanya. Naya baru ingat bahwa selain Oma, ia tak punya orang yang cukup dekat untuk sekadar ditanya perihal "keanehan" dirinya.


Bel panjang berdering. Dan dengan pikiran yang masih melayang-layang, Naya membereskan barang-barangnya. Seisi kelas larut dalam kegaduhan sementara Naya keluar dalam diam. Tak lupa ia mampir ke ruang guru untuk mengumpulkan tugasnya sebelum keluar sekolah dengan lautan murid lainnya.


"Hai, Naya."


Ia mendongak, tak menyangka akan ada yang menyapanya, terutama di dekat parkiran saat jam pulang sekolah. Ditatapnya Julius yang sedang tersenyum tipis padanya. Julius tampak rapi, tidak seperti Hardin atau murid-murid lain yang gemar menghabiskan waktu di lapangan.


Naya menghentikan langkah dan melambai pelan. Julius mendekat. Satu tangannya dimasukkan ke saku sementara ranselnya disampirkan ke bahu. Tangan kanannya tampak meremas tas, entah mengapa.


Begitu ia tiba di depan Naya, bibirnya terbuka, seperti hendak mengatakan sesuatu.


"Naya, mau–"


"Julius, memang Naya aneh, ya?"


Julius berkedip. Ucapannya terhenti sementara matanya membulat.


"Hm?"


Naya mengerucutkan bibir. "Julius dengar tidak? Naya tanya..."


"Iya, dengar. Tapi kenapa Naya tanya begitu?" balas Julius.


"Memang nggak boleh bertanya begitu?"


Julius menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mendadak matanya menangkap beberapa anak yang berkejaran seru di sepanjang lorong. Spontan ia menarik bahu Naya dan merapatkannya ke dinding agar tak tersenggol.


Begitu anak-anak itu pergi, ia kembali menatap Naya yang tampak menunggu.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

mencintaimu harus menjelma aku | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang