Juli, 2004
Terdengar suara bel berdering nyaring pertanda kelas telah berakhir. Saatnya diriku bergegas untuk pulang ke rumah dan lekas mengerjakan tugas sekolah yang baru saja diberikan. Namun ketika aku hendak meninggalkan kelas, terdengar suara seseorang menginterupsi.
"Debbie, setelah ini mampir kemana?"
Seorang gadis bersurai pirang panjang bergelombang yang tergerai di bahunya dengan sweter biru muda yang melingkar di pinggangnya tengah menghampiriku.
"Pulang ke rumah, mau kerja tugas sekolah. Memangnya kenapa, Emma?" balasku sembari mengernyitkan kening.
"Yuk, ikut aku!"
"Ke mana?"
"Pokoknya ikut aja deh!"
Emma hanya memamerkan senyum misterius, sementara aku hanya menatapnya dengan isi kepala yang bertanya-tanya. Ke mana dia ingin mengajakku?
Sano Emma merupakan teman pertamaku ketika baru menginjakkan kaki di bangku SMP. Ia merupakan sosok gadis yang ceria, feminin, jago memasak, dan mempunyai sisi keibuan. Ia hanya tinggal bersama kakek dan kakak tirinya.
Hari sudah gelap. Di sepanjang jalan, aku benar-benar dihantui rasa penasaran. Ke mana Emma membawaku? Tidak biasanya dia seperti ini. Terlebih lagi, jalanan yang kami lalui terbilang sepi, hanya ditemanikan oleh cahaya lampu di sepanjang jalan. Tak ada angin yang berhembus.
"Emma, ke mana sebenarnya kau membawaku?" tanyaku yang sudah mati penasaran. Ada perasaan cemas terselip di batinku.
Ia hanya menatapku sembari terkekeh pelan, kemudian menjawab, "Ke tempat perkumpulan Geng Toman."
"Perkumpulan Geng Toman? Apaan itu?!" tanyaku kembali, kali ini aku dibuat bingung sekaligus panik. Geng Toman? Apakah mereka semacam perkumpulan berandalan yang suka berbuat onar?
Emma yang melihat ekspresi wajahku seketika tertawa. "Tenang saja, mereka tidak seburuk yang kau pikirkan, kok. Kakak tiriku ketua Geng Toman."
Aku hanya membulatkan mulutku, kemudian bertanya, "Mereka geng seperti apa?"
"Nanti juga kamu tahu. Percayalah, mereka semua orang-orang baik," ucap Emma seraya tersenyum tipis. Aku hanya mengangguk, mencoba percaya dengan apa yang dikatakan Emma.
***
Emma bersama Debbie tiba di Kuil Musashi, sebuah kuil Shinto yang berlokasi di area Shibuya yang menjadi tempat perkumpulan anggota geng Tokyo Manji atau Toman. Kuil ini hanya dikelilingi oleh semak-semak dan pepohonan, sehingga menambah kesan sepi, kecuali pada saat festival atau hari perayaan tertentu.
Ketika memasuki kuil akan melewati torii, dimana menjadi gerbang masuk ke dalam area kuil. Terdapat pula tangga batu panjang nan lebar yang dimana menjadi pembatas antara pemimpin dan wakil pemimpin Toman serta anggota Toman lainnya ketika memulai rapat.
Di sana sudah terdapat sekumpulan anak-anak laki-laki berseragam hitam dengan tulisan kanji bermakna manifesto yang disulam berwarna emas terpatri di seragam mereka. Selain itu, tak lupa juga sepatu boots putih yang mereka kenakan menambahkan kesan padu pada seragam yang mereka kenakan. Logo swastika atau manji yang tersemat di seragam mereka menjadi simbol utama dari geng Toman sendiri.
Beberapa dari anggota Toman memiliki penampilan khas anak berandalan, dimana memiliki cukuran serta gaya rambut pompadour, cepak hingga mohawk, memiliki tindik, serta tato. Melihat itu, membuat Debbie menjadi sedikit parno. Tapi sekali lagi, Emma mencoba meyakinkan Debbie untuk tidak menilai mereka hanya dari penampilan.
"Jangan takut, Debbie. Mereka tidak akan menyakiti atau mengganggumu, kok!" ujar Emma seraya terkekeh pelan sembari tangannya menarik tangan Debbie untuk mengikutinya, di saat beberapa anggota geng Toman lainnya menatap keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loyalmate - Tokyo Revengers
FanfictionSeorang gadis bernama Matsuke Debbie menaruh perhatian terhadap sosok Matsuno Chifuyu yang notabene merupakan Wakil Kapten Divisi Satu Geng Tokyo Manji (Toman) yang baru. Rasa penasaran tersebut berlanjut dengan pertemuan secara tak sengaja antara...