9

88 16 0
                                    

Jika berada di Apricot Valley, mungkin orang-orang lebih tertarik dengan buah persik yang memiliki cita rasa manis daripada menikmati pemandangannya. Seperti pagi ini, lima orang Dewa, satu Phoenix, dan empat orang iblis sedang memanen buah persik yang ada di depan rumah petak mereka.

"Jangan petik yang belum masak!" Asahi memukul tangan Jihoon yang mengambil buah persik secara asal. Dia bahkan memetik yang masih muda.

"Jika diperam ini akan masak!" Jihoon tentu saja tidak mau kalah

"Apa bagusnya diperam? Biarkan masak dari alam agar lebih manis."

"Kenapa mengurusi urusanku, urus urusanmu sendiri! Ck, cinta sepihak saja bangga," cibir Jihoon

Asahi tertawa miring lalu menyodorkan cermin yang selalu ia bawa kemanapun.

"Sebelum kau mengataiku cinta sepihak, sebaiknya kau bercermin!"

Jihoon ingin kembali membantah tapi kemudian bungkam saat sadar ternyata dirinya juga sedang mengalami cinta sepihak.

"Aduh."

Secara logika, harusnya Jihoon yang mengaduh kesakitan saat Asahi dengan sengaja melempar kepalanya menggunakan buah persik. Tapi, kenapa justru Hyunsuk yang mengaduh di sini?

Karena merasa ada yang salah, Asahi kembali melempar Jihoon namun lagi-lagi Hyunsuk yang meringis hingga Jihoon melotot kesal.

Asahi belum puas, jadi dengan penuh inisiatif ia menendang kemaluan Jihoon. Dan tadaaaa, Hyunsuk yang merasa kesakitan hingga membelai anunya yang terasa nyut-nyutan.

"APA-APAAN INI? KAU MEMBERI SIHIR APA PADA HYUNSUK?!" teriak Asahi yang dengan seenaknya menunjuk wajah Jihoon bahkan jarinya hampir masuk ke dalam lubang hidung Jihoon.

"Aku tidak melakukan sihir apapun. Bukankah jodoh memang seperti ini? Saling merasakan apa yang dirasakan pasangannya," ucap Jihoon bangga, "Memangnya kau dan Jaehyuk bisa seperti ini?"

Asahi kehilangan kata-kata. Boro-boro bisa seperti itu, Jaehyuk saja tidak sudi melihat wajahnya.

"Pergi sana. Jangan menggangu orang tua pacaran." Jihoon mendorong Asahi menjauh. Barulah setelah itu dia menghampiri Hyunsuk yang tengah duduk tidak minat di bawah pohon persik.

"Ada mitos di alam manusia yang mengatakan memakan buah persik dapat membuatmu awet muda dan bahagia," ucap Jihoon sembari menyodorkan buah persik pada Hyunsuk.

"Aku selalu merasa sakit tanpa sebab. Apa ini perbuatanmu?"

Jihoon kembali menarik tangannya yang tidak mendapat respon apapun dari Hyunsuk. Sekarang siluman rubah itu kembali bertanya tentang sesuatu yang Jihoon hindari. Tapi mau sampai kapan dia menghindari hal ini?

"Aku memberimu setengah dari inti Dewaku saat kau masih berbentuk bayi kecil yang tidak bisa apa-apa. Apa itu salah? Jika aku tidak melakukan itu kau pasti sudah mati," jawab Jihoon enteng

Hyunsuk tetap tersenyum walaupun sebenarnya dia ingin menendang Jihoon hingga tembus dimensi lain. Benci bercampur malu menjadi satu. Malu karena Jihoon pernah melihat dirinya dalam bentuk tidak berdaya seperti bayi, dan benci karena fakta jika Jihoon yang telah membantai klannya.

"Kau sudah membantai klanku, apa gunanya membuatku tetap hidup?" Hyunsuk berdiri dari tempatnya, mulai berjalan melewati Jihoon yang tetap bergeming. "Akan lebih baik jika kau membunuhku juga. Aku sangat membencimu, tapi kau membuatku seolah-olah berhutang nyawa padamu."

Jihoon menghela napas berat, hanya melihat punggung Hyunsuk yang terus berjalan menjauh darinya. Dulu dia melakukan hal itu tanpa berpikir dua kali karena tugasnya sebagai Dewa Perang. Dan kemudian menolong anak kecil itu tanpa berpikir jika suatu hari nanti mereka akan kembali bertemu seperti takdir. Jihoon berpikir anak itu telah hidup secara baik-baik tanpa memikirkan masa lalu, ternyata dia bahkan memiliki kekuatan melihat masa lalu. Jika sudah seperti ini, minta maaf pun pasti percuma.

BOUNDARIES 2 || HaruKyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang