Leya melangkahkan kakinya memasuki kelas, tapi tiba tiba Tara dan teman temannya menghadang jalan Leya. "Awas" ucap Leya dengan tatapan datar dan dingin. "Nggak mau, cewek miskin" jawab Tara dengan menujuk ke arah dahi Leya, "gua kemarin liat lu keluar dari gubuk jelek di tepi kota, siapa sangka yang katanya anak pintar sesekolah ternyata cuman anak miskin kaya lo?" Lanjutnya. Mendengar hal tersebut Leya menatap Tara dari ujung kaki sampai ujung rambutnya, lalu matanya tertuju ke arah sepatu Tara "bukankah itu sepati kw?, kulitnya sangat tipis, aku harap kamu segera mengganti sepatumu, sebentar lagi sepatu itu akan rusak" ucap Leya sembari kembali keluar kelas dan meninggalkan mereka. Di sisi lain seseorang menatap ke arah Leya dan Tara dengan tatapan aneh.
Saat Leya berjalan sendiri di lorong sekolah tiba tiba semburan air membasahi tubuh Leya, terdengar suara tawa di belakangnya, saat membalikkan badan ia melihat Tara dan teman temannya dengan ember yang di pegang oleh salah satu teman Tara. " Awwww, sorry kayaknya lo harus pulang ke gubuk itu si buat ganti baju" ucap Tara dengan senyum sinis.
(Bel masuk berbunyi)
Mendengar bel masuk sudah berbunyi Leya meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun, Leya memasuki kelas dengan keadaan basah dan berbau, seisi kelas menatap ke arahnya, tetapi Leya sama sekali tak menghiraukannya, tak berapa lama setelah Leya masuk Tara dan teman temannya memasuki kelas dengan tawa mereka seolah olah mereka puas. Kelas hening ketika seorang guru perempuan yang sering di panggil bu cantika memasuki kelas tersebut. "ini ko bau banget, bauu apa ini?!!" Tanya guru tersebut dengan nada tinggi. "Leya bu, bajunya basah sama bau sampah bu" jawab Tara sembari menunjuk ke arah Leya.
"Leya!!!! Apa apaan kamu hah!!! Kamu mau buat ibu ngga nyaman di kelas ini?" teriak guru tersebut sembari menghampiri Leya. Saat guru tersebut tepat berdiri di depan bangku Leya, ia langsung menarik tangan Leya dengan kasar dan menyeretnya kaluar, melihat hal tersebut senyum puas terukir di wajah Tara. Leo menatap sinis ke arah Tara seolah tau apa yang terjadi sebenarnya.
( Bel pulang sekolah berbunyi)
Semua siswa siswi berlarian pulang sekolah, Leo melirik ke arah meja Leya, ia menghampiri meja tersebut dan merapikan buku Leya, ia membawa tas Leya keluar dari kelas tersebut. Leo menuju ke atap sekolah, ia melihat Leya duduk sendirian melihat hal tersebut Leo berjalan menuju ke arah Leya, Ia berhenti tepat di depan Leya dan mengulurkan tangannya yang menggenggam tas Leya, melihat seseorang berdiri di depannya ia terdiam beberapa saat, lalu ia menatap wajah Leo dengan tatapan yang tidak bisa di jelaskan.
"Yaaaaaa, udah berapa kali aku bilang, aku nggak butuh kasihanmu, buang muka sedihmu itu, wajahmu sudah jelek makin tambah jelek, serem tau" ucap Leya dengan nada tinggi dan mengambil kasar tasnya di tangan Leo dan berjalan meninggalkan Leo.
Mendengar kata kata yang baru saja di lontarkan oleh Leya, siapapun yang mendengarkan hal tersebut pasti merasa kesal, tapi anehnya anak ini tersenyum sambil memegang wajahnya. "Dia bilang aku jelek, apa dia selalu memperhatikanku?" Ucap Leo dalam hati nya dengan senyum yang begitu lebar.
Saat Leya pulang menuju rumahnya, tiba tiba di jalan ia melihat sejumlah siswi smp yang sedang membully temannya. "Anak yatim piatu ngga usah sok pinter" ucap salah satu dari siswi smp tersebut. Saat mendengar hal tersebut, langkah kaki leya sontak terhenti.
Tahun 2013
"Alya, main yuk" ucap Leya menghampiri Alya yang sedang bermain ayunan.
"Nggak mau, aku nggak mau temenan sama anak yatim piatu " ucap Alya sembari meninggalkan Leya.
Mendengar hal tersebut tak membuat Leya kesal, ia merasa mungkin temannya sedang tidak baik baik saja, jadi Leya mencoba mendekati temannya yang lain.
"Tara, main yuk" ucap Leya menghampiri Tara dengan senyum manis di bibirnya.
"Nggak mau ah, kata mama aku kamu anak yatim piatu , aku nggak boleh temenan sama anak yatim piatu, soalnya mereka pasti bandel karna ngga pernah di didik orang tuanya" ucap Tara sembari menatap Leya dengan wajah jijik.
Lagi lagi Leya hanya bisa diam saat mendengar hal tersebut. Apakah seorang anak yatim piatu tidak pantas di dunia? Apakah mereka seburuk itu di mata kalian?
2023 (sekarang)
Leya melanjutkan langkah kakinya dan tak menghiraukan kejadian tersebut. Sesampainya di rumah sang nenek sudah menunggu di meja makan. "Ya ampun, baju kamu kenapa basah gini? Apa kamu mulung sampah di sekolah? Dasar anak nakal!! Aku menyuruhmu untuk belajar" ucap sang nenek dengan menampar pelan lengan Leya. Leya hanya diam dan memasuki kamarnya tanpa memberikan sepatah katapun kepada sang nenek.
Beberapa saat kemudia datang seorang lelaki berumur 20-an. "Mendengar suara langkah kakinya saja aku sudah tau itu siapa" ucap Leya dengan wajah malas. "Leya, keluarlah aku tau kamu pasti sadar aku datang, tidak usah banyak drama" ucap lelaki tersebut dengan wajah kesal.
Lelaki tersebut adalah kaivan, kakak laki lakinya Leya, kakak yang selalu berusaha melindungi Leya, dan berusaha agar adiknya tak kekurangan materi maupun kasih sayangnya.
Leya keluar dari kamarnya dengan wajah malas, "apa?" Ucapnya saat keluar kamar.
"Apa? Itu yang kamu katan setelah sebulan tidak bertemu denganku? Kamu tidak merindukanku?" Ucap Kaivan dengan wajah kecewa.
"Buang jauh jauh wajah itu, itu sangat jelek" ucap Leya tanpa rasa bersalah.
"Aku harap kau mengucapkan kata tersebut hanya kepadaku, aku tidak sanggup membayangkan betapa tersakitinya hati seorang lelaki karena mulutmu yang lupa aku beri akhlak itu" ucap Kaivan dengan wajah berusaha meyakinkan diri.
"Tidak perlu banyak basa basi, untuk apa kamu datang kesini? Berikan saja langsung uangnya lalu pergi, aku tidak sanggup melihat wajah jelekmu" ucap Leya sembari menyodorkan tangannya si depan Kaivan.
"Aku tidak akan memberimu uang, bersiap siaplah kamu harus datang di pesta perayaanku" ucap Kaivan dengan senyum tipis.
Leya menghela nafas panjang dan meninggalkan Kaivan.●●●●●●
Leya hanya berdiri sendirian jauh dari kerumunan, tiba tiba ia melihat tara dengan keluarganya menghadiri acara tersebut. "Ahhh, wanita jelek itu datang juga ke sini" ucap Leya dengan wajah malas. Tiba tiba Kaivan memanggil Leya, dengan keterpaksaan Leya menghampiri Kaivan. "Ini adik saya, Leya beri salam sama mereka" ucap Kaivan.
"Hallo" ucap Leya sembari membungkukkan badannya. Tara terkejut dengan hal yang baru saja ia lihat. "Ohhh saya pernah lihat kamu, kamu satu kelaskan dengan Tara" ucap seorang wanita paruh baya dimana wanita tersebut adalah ibunya Tara. "iya tante" balas Leya dengan senyum terpaksa di bibirnya. "Ayo Tar, aku ajak jalan jalan ke luar, suntuk tau di sini" ucap Leya dengan senyum yang tak bisa di pahami. Tara hanya terdiam dan mengikuti Leya, ia tak bisa berkata sedikitpun.●●●●
"Ada mayat, ada mayat di lorong sana" teriak seorang tenaga pembersih gedung, mendengar hal tersebut membuat semua orang terkejut, dan berlari ke arah lorong tersebut. "Taraaaa" teriak seorang wanita paruh baya menghampiri Tara yang sudah berlumur darah dan badan yang sudah tak bernyawa. Melihat kejadian tersebut Leya hanya terdiam, wajahnya datar dan meninggalkan kerumunan tersebut.
●●●●
Semua siswa sudah berada di kelasnya masing masing, kecuali siswa yang sudah berniat untuk bolos. Kelas Leya ricuh dengan berita kematian Tara, tentu saja semua orang kaget, orang yang kemarin masih tersenyum dan tertawa tiba tiba terbunuh dengan banyak luka tusuk di badannya. Tiba tiba seorang guru memasuki kelas Leya. "Baiklah karena guru kalian tiba tiba tidak masuk, saya akan berikan tugas, harap di kumpul hari ini di meja saya" ucap guru tersebut dan melangkahkan kaki keluar kelas. Namun, langkahnya terhenti saat seorang siswa berlari ke arahnya "b-b-buuu, ada mayat ibuu cantika di lorong sana" ujar siswa tersebut. Satu kelas kaget mendengar berita tersebut. Semuanya berlari ke arah lorong tempat kejadian tersebut. Terlihat ibu cantika sudah berlumuran darah dengan banyak luka tusuk di badannya.
Jangan lupa vote😉👍
Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Only you
Mystery / Thriller- 2013 Saat kaivan membuka pintu rumahnya dan melangkah masuk, ia melihat ayah dan ibu sudah tak bernyawa dan berlumuran darah, tepat di sebelah ayahnya sang adik perempuannya menangis dengan tangan memegang sebuah pisau yang sudah penuh dengan dara...