chapter 2: little fish

338 57 6
                                    

chapter 2 : little fish

Seingat Taehyun, perutnya jarang terasa aneh dan nyeri layaknya sekarang. Sesuatu bagai meledak-ledak dan teraduk-aduk hingga kulitnya meremang hebat. Taehyun jarang sakit; hampir tidak pernah. Sekarang, ia mau muntah dan menarik wajahnya dengan wajah pucat pasi. "Milikku." Ribuan kupu-kupu berterbangan dalam rongga perut dan dadanya hingga Taehyun terbata-bata.

Beomgyu masih setengah pusing; ciuman buru-buru, embusan napas hangat Taehyun di pipinya atau tatapan hangat Taehyun. Wajahnya merah padam hingga telinganya ikut memerah. "Apa?"

"Aku sudah mengklaimmu."

"Hah?" Telinganya seperti meredam bunyi hingga Beomgyu tidak memahami. Beomgyu meraba bibirnya takut-takut. Jejak bibir Taehyun seperti membakar permukaan bibirnya yang kaku. "Klaim?'

"Intinya, kita pacaran. Hehe." Ia menarik senyuman usil. Selama ini, ia tidak paham mengapa duyung lain bisa jatuh cinta. Bagaimana bisa bersama-sama satu duyung hingga ajal memisahkan? Bagaimana bisa sebegitu tertariknya dengan duyung lain?

"Kita nggak pacaran."

Taehyun memberengut. "Sudah pacaran, kok. Aku tadi bilang, kau jadi pacarku," katanya keras kepala. Taehyun mundur sedikit menciptakan jarak seolah-olah mereka tidak berciuman tadi dan hanya cipika-cipiki ringan. Beomgyu masih terlalu syok untuk mendebat. Taehyun bangkit kemudian bersenandung pelan. Tanda berbentuk hati terbentuk di lengan kirinya, sedangkan Beomgyu masih menatap bingung.

Pacaran? Aku dan dia? Kami bahkan baru bertemu?

Absurd. Tiap perkataan Taehyun seperti sandi yang sulit dipecahkan. Beomgyu memegangi kepalanya yang pening dan menggeleng ringan. Ia biarkan Taehyun sibuk dengan dirinya sendiri sembari Beomgyu memulihkan kesadarannya. Beomgyu tidak berniat pacaran; belum. Beomgyu tidak berencana pacaran dengan pemuda imut, bersuara merdu dan cerdik menggoda layaknya Taehyun. Rencananya kan melepas penat lelahnya tinggal di ibukota dan bermalam satu dua sampai lima malam di dekat pantai.

***
Biru-kuning-putih-ungu. Kelibatan mimpi terus berputar-putar dalam kepala Taehyun. Sebagai duyung, mereka punya ruang memori luas dan besar yang dapat menampung ingatan-ingatan yang sudah tersortir dan ingin mereka simpan. Taehyun kecil. Taehyun yang belajar menggunakan ekornya. Taehyun yang bermain di dekat anemon. Taehyun yang main bersama kawanan ikan-ikan kecil warna-warni. Taehyun yang tertawa ringan dan terlihat bahagia di laut.

Taehyun tersentak bangun. Napasnya tersengal-sengal dan dia menatap langit-langit. Suara hujan terdengar ganas sampai jendela berderak seram. Taehyun meremas seprainya dan tercekat. Ia melihat lengannya, tersadar ia di sini dan bukan separuhnya bermimpi. Kehidupan laut memang indah dan penuh daya tarik. Namun Taehyun tidak pernah cocok di sana. Kawanan duyung lain berduyun-duyun mendekati istana Raja Neptune untuk mencari perlindungan dan kekayaan berlimpah. Beberapa duyung berusaha menarik perhatian pangeran-pangeran anak Raja Neptune agar mereka dapat kekuasaan dan harta. Ekor yang dihias, tubuh yang dipercantik dan wajah berseri-seri.

Taehyun tidak berminat dengan keglamoran itu. Menurutnya, apa pun yang ada di istana akan lenyap, termasuk daya pikatnya. Dengar-dengar, duyung yang menjadi pasangan pangeran akan dikerangkeng di istana dan putus kontak dengan keluarga mereka. Kerajaan akan menuntut mereka untuk mendedikasikan waktu dan umur mereka pada kerajaan. Kepentingan kerajaan. Hidup dalam sangkar emas seperti itu, bukanlah impian Taehyun.

"Mimpi buruk?"

Taehyun menoleh, mendapati Beomgyu mendorong pintu kamar dan membawakan segelas air. Taehyun terduduk dan minum dalam diam.

"Kau agak demam tadi. Hujan masih lebat di luar, istirahatlah, katanya dan menaruh gelas yang tadi sudah kosong. Beomgyu menatap Taehyun lurus. "Kau mungkin kelelahan. Wajahmu makin pucat."

"Aku... baik."

"Sebaiknya istirahat," katanya tegas. Beomgyu mengusap pipi dan menempelkan tangannya di dahi Taehyun. Ia menghela napas pelan lalu hendak bangkit. Taehyun cepat menahannya. "Apa? Ada sesuatu?"

"Aku serius. Kau manusiaku mulai hari ini, Tuan."

Beomgyu mengerang samar. "Aku tidak paham, entah kau mabuk atau sakit. Tapi aku tidak mengerti sama sekali, kau ini siapa, darimana, dan ada hubungan apa denganku. Kau sebaiknya memulihkan diri dahulu." Ia terdengar dingin dan wajahnya datar tanpa ekspresi. Taehyun langsung cemberut. Beomgyu pamit meninggalkan kamar, sedangkan Taehyun melamun singkat.

Sok banget sih! Apakah dia tidak pernah ditembak seperti itu? Apakah hidupnya memang seksku itu? Memang aku kurang tampan?

Taehyun menendang-nendang selimut dengan tebal. Sekarang, karena ia sudah terlanjur di sini, tidak ada jalan untuk mundur. Ia sudah bertekad agar tetap di sini, dan tidak kembali ke lautan. Selama ia bisa seyakin ini, manusia sok tadi pasti akan tunduk padanya.

Yeah, lihat saja!

Taehyun tersenyum penuh rencana. Ia terkejut waktu pintu terdorong lagi dan sesuatu mengepul-ngepul dan beraroma lezat tercium di udara. Beomgyu menaruh semangkuk bubur dan menatap Taehyun sekilas. "Kau mungkin lapar, dan setelahnya minum obatnya." Ia menaruh bungkusan putih di atas selimut Taehyun. Hindari kontak mata; langsung keluar; jangan pancing pembicaraan. Beomgyu teguh dengan sikap itu lalu meninggalkan Taehyun lagi yang menatap bubur dengan mata berbinar. Ia menyendok dengan ragu, lalu menyantapnya. Satu suapan pertama, ia masih memroses, lalu mulutnya mulai menyantap bubur gurih, hangat dan kaya akan kuah kental penuh rasa. Taehyun berbinar-binar dan makan penuh semangat. Ia melihat segelas air baru yang terisi penuh, dibawakan Beomgyu barusan dan senyumnya kembali terbit.

Untuk manusia yang terlihat tidak tertarik pada ikan sepertinya; Beomgyu jelas penuh perhatian dan punya hati yang lembut.

Selagi Taehyun makan di kamar, Beomgyu duduk seraya mencicipi kuah buburnya. Ia tersenyum ringan lalu mulai makan dengan tenang. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia memasak. Jadwal kerjanya sangat padat dan makanan kedai Joo adalah pilihan satu-satunya dan favoritnya. Jadi, Beomgyu puas karena kemampuan memasaknya tidak buruk-buruk amat. Ia senang bisa menyajikan untuk orang lain. Beomgyu makan dengan khidmat, sesekali melirik kamar Taehyun dan lanjut makan tanpa bicara sepatah kata pun.

Seusai makan, ia mencuci mangkuk, sendok dan gelasnya lalu bersiap untuk istirahat sebentar. Hujan deras biasanya berlangsung lama dan mereka tidak punya pilihan selain bertahan di penginapan ini. Toh keluar pun hanya membuat mereka bermandikan air hujan. Beomgyu tidak terlalu senang jika pakaiannya basah, lengket menempel di kulit dan lumpur ada di mana-mana. Satu dua jam ia mungkin akan tidur dan bangun saat hujan agak reda.

Beomgyu melirik lagi kamar Taehyun. "Ah sudahlah, dia pasti paham kan bagaimana minum obat," keluhnya pelan. Taehyun itu mengejutkan; Taehyun itu absurd aneh namun memikat Beomgyu. Taehyun yang langsung inisiatif menciumnya padahal Beomgyu masih setengah syok, membuat Beomgyu makin berdebar kacau dan mulas. Taehyun yang usil dan penuh senyum jail. Taehyun yang terus berlarian di kepala Beomgyu meski Beomgyu bersikeras mau tidur! "Shit."

Suara langkah mengendap-endap tertangkap mata Beomgyu. Ia membuka mata mendapati satu sosok berselimut justru berdiri di dekat dapur, persis di dekat kompor di hadapan panci yang tadi digunakan Beomgyu untuk memasak kuah dan menyiapkan bubur. Beomgyu mengeryit dan sosok itu terus makan tanpa terganggu. Selimutnya melorot turun dan terlihat Taehyun berdiri hanya dengan kaus tipis, celana pendek sepaha yang menunjukkan kaki-kaki langsing dan pucatnya serta tengkuk yang indah. Ia makan begitu fokus dan bersenandung merdu sesekali. Beomgyu tersenyum dan berpura-pura tidur.

[]

Makasih banyak yang udah nungguin terus cerita ikan gemoy satu ini!! semoga suka yaa dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian ^____^ see you on the next chap!! byebye

FISH BOWL HUSBAND | beomtaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang