23 - Pengacara

215 54 8
                                        

.

.

"Saya bisa menyelamatkanmu dari hukuman mati, dan hukuman penjara seumur hidup. Dan kamu tidak perlu membayar saya sepeser pun."

.

.

***

"Ada tamu untukmu."

Sobri mendongak. Pemberitahuan yang diucapkan dengan nada galak itu, berasal dari seorang sipir penjara. Sipir muda berusia dua puluhan itu, membuka kunci sel yang ditempati Sobri.

"Ayo, cepat," kata sipir itu dengan nada membentak.

Sobri berdiri dengan enggan. Siapa lagi tamunya sekarang? Yang jelas, pasti bukan mantan istrinya yang pernah bilang tak sudi bertemu dengannya lagi. Dan juga tidak mungkin anaknya yang masih SD, datang sendirian menemuinya di penjara.

Mata Sobri mengernyit saat otot dadanya terasa sakit. Tiap gerakan mendadak, akan membuat bekas luka siraman racun di dadanya terasa sakit.

Dasar wanita brengsek! batinnya. Sungguh sial. Dia tidak berhasil menjamah wanita cantik idamannya itu. Malah yang didapatnya adalah bogem dari kakak angkat Raesha, dan siraman racun dari Raesha. Pukulan dari pria itu bukan apa-apa untuk Sobri, tapi racun sialan itu -- pasti Raesha sudah lama menyiapkan racun itu untuk membalas dendam padanya. Mereka ternyata saling menyimpan dendam.

"Dadamu sakit? Rasakan. Kamu pantas mendapatkannya," komentar sipir penjara yang membawa Sobri ke ruang pertemuan dengan pengunjung penghuni penjara.

Sobri membuang muka. Malas cari masalah dengan para sipir ini. Kemarin dia melihat seorang tahanan dipukuli karena bertengkar dengan seorang sipir penjara. Teman-teman sipir itu berdatangan dan ikut memukuli tahanan. Mereka hobi main keroyokan.

"Kamu pasti besar kepala. Didatangi banyak pengacara terkenal. Tapi jangan harap mereka bisa menyelamatkanmu dari tempat ini. Apa kamu tahu kalau di luar sana, orang-orang menuntut hukuman mati untukmu?"

Sobri diam saja. Ia tahu, tentu saja. Para pengacara itu yang bilang padanya.

"Kasus anda sangat berat, Pak Sobri. Mengingat anda telah terbukti meracuni Ustaz Ilyasa. Memang tidak ditemukan sidik jari anda di gelas yang anda sodorkan untuk Ustaz Ilyasa, tapi polisi telah menemukan rekaman CCTV anda saat sedang membeli masker di sebuah mini market tak jauh dari lokasi. Dan dalam rekaman itu, anda memakai jaket, celana panjang dan topi yang sama persis dengan yang anda pakai saat kejadian. Di rekaman itu juga, wajah anda terekspos.

Ditambah dengan kasus baru anda yang menerobos rumah Ustadzah Raesha tanpa izin, juga percobaan pemerkosaan, maka hukuman anda bertambah banyak.

Sejujurnya, dengan panjangnya daftar kasus pidana yang anda lakukan, anda bisa dihukum mati. Ditambah lagi, publik di luar sana juga menuntut agar anda dihukum mati. Ustaz Ilyasa, Ustadzah Raesha dan Syeikh Yunan Lham, punya tempat di hati banyak muslim di Indonesia. Anda tahu, 'kan?

Tapi anda jangan khawatir. Saya di sini untuk menawari bantuan pada anda. Saya adalah pengacara ranking teratas di negara ini. Percayakan kasus anda pada saya. Dengan kemahiran saya berargumen, saya pastikan anda akan terhindar dari hukuman mati, dan hanya akan mendapatkan hukuman penjara seumur hidup. Jika anda beruntung dan berkelakuan baik selama di penjara, anda bisa mendapatkan keringanan hukuman, dan dibebaskan dalam belasan tahun. Kita bisa menunggu pergantian presiden untuk itu. Biasanya, pergantian kekuasaan, bisa jadi berarti pergantian kebijakan. Bagaimana, Pak Sobri? Anda tertarik?"

Sobri mencibir setelah teringat tawaran itu. Para pengacara itu berkata kurang lebih sama padanya. Sampai dia bosan mendengarnya.

"Saya tidak tertarik," jawab Sobri pada mereka semua. Memangnya siapa yang mau menghabiskan sisa umur mendekam di penjara? Semestinya rencananya kemarin berjalan mulus tanpa hambatan. Semestinya, kalau pria itu tidak tiba-tiba muncul. Yunan Lham.

ANXI EXTENDED 2 (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang