Pacar Jaehan

392 28 4
                                    

Sudah berapa wanita dan pria yang Jaehan tolak. Katanya sih dia sudah punya pacar. Tapi rupanya, wajah si pacar belum pernah terpublikasi di kalangan rekan sejawat. Sampai banyak yang meragukan.

Tapi benar kok. Jaehan memang punya pacar. Pacarnya imut dengan rentang usia enam tahun lebih muda darinya. Ia tinggal di Amerika, menempuh pendidikan di sana.

Memang mereka jarang bertemu. Kalau tidak salah pun terakhir tiga tahun lalu. Karena itu, tidak banyak foto yang dia simpan di memori hpnya guna menghalau rasa rindu.

Komunikasi mereka bisa dihitung jari. Tetapi kata setia tetap terpatri dalam hati.

.

.

.

"Hyung, kalian benar menjalin hubungan kan?" Tanya Hyuk saat mereka sedang istirahat makan siang. Pasalnya, Hyuk juga selalu meragukan jika Jaehan bercerita tentang pacar. Bukannya Jaehan tidak pernah menunjukkan. Hyuk hanya sangsi, kalau-kalau seniornya itu halusinasi. Hyuk beneran kepo, dirinya juga salah satu dari sekian orang yang pernah menaruh hati.

Sebelum menjawab, Jaehan menyempatkan diri untuk menelan makanannya.  Hyuk itu salah satu junior kesayangan. Tapi kalau terus-terusan ditanya tentang kekasihnya, dirinya bisa kesal juga. Jaehan sangat tahu kalau Hyuk itu pernah punya rasa. Itu dulu, kalau sekarang sih, lelaki jangkung itu sudah punya pacar yang cantiknya luar biasa. Jang Sebin, namanya.

"Yang Hyuk-ah, harus kukatakan berapa kali kalau kami memang pacaran?" Tanya Jaehan sewot.

"Foto seperti itu tidak bisa jadi bukti. Kalian juga dekat saat dia masih muda. Sekarang, apa kau yakin kalau anak itu masih mencintaimu?"

Jaehan menghentak sendok yang dia pegang. Denting suaranya menggema di penjuru kantin, menarik atensi beberapa orang yang masih tersisa. "Hyuk-ah! Jangan buat aku marah ya!"

Dengan tergesa Jaehan angkat kaki dari sana. Selera makannya hilang entah kemana. Hyuk yang tahu jika dia salah, menyerukan nama sang senior hendak minta maaf. Tapi Jaehan abai, melirik pun tidak ia lakukan.

.

.

.

"Yechan-ah, kapan pulang?"

Jaehan menatap dalam pada layar kaca. Ia pandangi wajah imut rupawan yang tertera di sana. Saat ini Jaehan sedang video call dengan kekasihnya. Shin Yechan tertawa. Merasa lucu dengan tingkah laku Jaehan yang padahal jauh lebih dewasa usianya.

"Sabar hyung, masih ada beberapa hal yang harus ku bereskan di sini." Di sebrang sana menjawab sembari menunjukkan senyum maklum.

Mereka sama-sama rindu, namun kondisi tidak mengizinkan mereka bertemu. Salahkan kekasihnya yang berjanji untuk memantaskan diri terlebih dahulu. Hal itu juga sebagai syarat dari orang tua Yechan jika mereka ingin bersatu.

"Orang-orang jadi meragukanku karena tidak pernah menunjukkan sosokmu."

Jaehan tahu, tidak seharusnya dia bersikap seperti ini. Dia lebih dewasa, lebih matang usia, seharusnya Jaehan yang mengayomi. Tapi terkadang, orang-orang disekitarnya membuat Jaehan tidak bisa menahan diri. Dia ingin menunjukkan sosok kekasihnya yang begitu ia cintai.

Pun dengan beberapa rekan yang berani menunjukkan afeksi. Ia lelah harus selalu menolak perasaan mereka yang berujung menyakiti.

"Tiga hari lagi, kurasa. Kau mau ku bawakan sesuatu? Oleh-oleh misalnya?"

Nafas pelan dihela. Jaehan menyentuhkan jemarinya pada layar laptop yang masih menampakkan sosok sempurna di seberang sana. Membelainya lembut, seolah jemarinya bisa menjangkau wajah yang selalu menghiasi mimpi-mimpinya. Pun Yechan, memejamkan mata menerima sentuhan virtual yang menjadi satu-satunya penghalau sesaknya rindu di dada. 

"Tidak usah. Cukup denganmu cepat kembali saja, aku sudah merasa senang."

.

.

.

Tiga hari ini suasana hati Jaehan ceria. Seolah matahari bersinar di atas kepalanya. Kehangatan yang membuat orang lain jatuh cinta menyebar di sekitarnya. Jaehan juga menyapa Hyuk dengan senyum paling ramah yang dia punya. Membuat Hyuk yakin telah terjadi sesuatu pada lelaki yang lebih tua. 

Ingin bertanya, tapi urung karena Jaaehan sendiri sudah menariknya ke kantin untuk bercerita. "Tiga hari lagi Yechan pulang." 

"Benarkah?"

"Iya. Aku akan mengenalkan kalian berdua saat dia kembali nanti."

Hyuk menyesap coffe latte-nya. Sesekali menanggapi cerita Jaehan tentang seberapa imut kekasihnya. Juga apa-apa saja yang akan mereka lakukan saat Yechan sudah kembali ke Korea. 

Berdasarkan informasi dari Jaehan sendiri, Yechan mungkin akan mendaftar di perusahaan tempat mereka bekerja. Yah, sepertinya dia tidak perlu khawatir dengan itu karena Yechan adalah putra bungsu dari bos mereka. 

Tapi satu yang membuat Hyuk penasaran. Melihat bagaimana sikap lelaki bermarga Kim itu, Hyun jadi sedikit bertanya-tanya, "Di antara kalian berdua, siapa yang jadi seme -nya?"

Uhuk!

Jaehan tersedak. Untung saat itu ia tidak sedang meneguk cappucinonya. Mendelik marah, sedikit meninggikan suara, "Aish... tentu saja aku!"

.

.

.

Jaehan melambaikan tangan pada entitas yang jauh di sana. Hari ini adalah kepulangan Yechan dari Amerika. Dia sudah mendapat izin dari papa Shin untuk menjemput Yechan di bandara. 

Senyum cerahnya semakin merekah. Melihat Yechan berlari tergesa, ketika menyadari ia yang sudah menunggunya. Kedua tangannya terbuka. Siap menerima pelukan dari lelaki yang lebih muda.   

Namun perlahan, semakin sosok itu mendekat, pudar juga senyum yang tadi Jaehan suguhkan. Benarkah dia Yechan yang tiga tahun lalu begitu menggemaskan?

"Yechan-ah....?"

.

.

.

Burger Stare His Kitty |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang