Love Language

235 29 1
                                    

Love language adalah cara yang biasa digunakan untuk mengekspresikan rasa cinta atau kasih sayang kepada seseorang. Bisa keluarga, teman, juga pacar. Setiap orang pun punya love language-nya masing-masing. 

Lalu apa hubungannya dengan cerita ini? Coba tanyakan pada Yechan yang menekuk wajahnya sejak tadi. Penyebabnya jelas Kim Jaehan. Kekasihnya, belahan jiwanya, orang yang secara sadar Yechan pilih untuk menemani hidup dan matinya. 

Kim Jaehan yang semakin dilihat, semakin cantik dan mempesona. Sejak pagi sudah menyebarkan love language-nya kepada siapa saja. 

.

.

.

Sebagai seseorang yang pernah mengalami long distance relationship, Yechan jelas bahagia. Kini ia dekat dengan kekasihnya. Bahkan satu tempat kerja juga. Setiap hari dirinya bisa melihat Jaehan dalam jarak pandang yang begitu dekat. Bisa merasakan sentuhan Jaehan yang begitu hangat. Juga menikmati segala tingkah laku pria yang ia cintai itu, dengan napas tercekat. 

Bagaimana tidak? Yechan tahu. Sangat tahu. Jika Kim Jaehan adalah lelaki baik hati. Bahkan kalau boleh Yechan katakan, Jaehan adalah malaikat yang jatuh ke bumi. 

Namun, hal itu pula lah yang membuatnya urung-uringan. Sejak bertemu dengan Jaehan di pintu depan kantor mereka, lelakinya itu sudah menebar senyum pada siapa pun yang ditemuinya. Membuat wajah tampannya menekuk mirip baju yang belum di setrika. 

"Pagi, Jaehanie."

Siapa pula yang menambah asam pagi-pagi begini?

Dapat ia lihat seorang dengan tinggi yang setara dengannya. Mengenakan kemeja hitam. Gayanya elegan, dengan secangkir kopi di tangan. Berhenti di sebelah mereka, menunggu lift datang. Membuat perasaan Yechan tambah berantakan. 

"Pagi juga, Chanyeol-ssi." 

Entah Jaehan yang tidak sadar atau bagaimana. Dengan mudahnya ia melempar sapa pada lelaki yang menjadi salah satu incaran di perusahaan mereka. 

Pintu lift terbuka. Masih dengan Yechan yang menekuk muka. Dan Jaehan serta Chanyeol yang larut dalam obrolan mereka. 

"Ah, kenalkan. Ini Shin Yechan. Karyawan baru di divisiku."

Chanyeol mengulurkan tangan, tersenyum sembari memperkenalkan diri dengan cara yang sopan. "Park Chanyeol."

Menyambut uluran tangan tersebut, Yechan membalas dengan senyum yang tidak sampai ke mata. Hatinya masih gondok lantaran pagi ini -yang seharusnya bisa ia nikmati dengan Jaehan berdua, malah diganggu oleh entitas yang harus Yechan akui tidak kalah tampan dari dirinya. Tentu ia yang menempati posisi pertama. 

Kembali keduanya larut dalam cerita. Menyisakan Yechan dengan segala kecemburuan yang menyesakkan dada. Sampai pada suatu ketika, tangan Jaehan mengelus kepala Chanyeol dengan entengnya. "Ah! Ada sesuatu di rambutmu, Chanyeol-ssi."

.

.

Lagi. Tidak sampai satu jam sejak kejadian di lift tadi. Jaehan kembali membuat Yechan harus menjerit dalam hati. 

Pasalnya, lelaki yang lebih tua enam tahun darinya itu terlalu berlebihan dalam memberi afeksi. Bukan untuk Yechan tentunya. Jika perhatian itu ditujukan padanya, tentu tidak menjadi masalah. Namun, justru orang lain lah yang mendapatkannya. 

Setelah keluar dari lift dan terpisah dengan Park Chanyeol, Yechan kira dia akhirnya bisa menarik perhatian sang pacar. Tetapi hal tersebut harus dia simpan dalam angan, lantaran kekasihnya itu lebih peduli pada seorang pemuda manis yang ia tahu salah satu karyawan di divisi mereka. "Kyungsoo-ya?"

"Pagi, Jehanie."

Keduanya lanjut beriringan, meninggalkan Yechan di belakang sendirian. Meratapi nasib karena pagi ini sudah dua kali diabaikan.

"Apa ini untuk bahan proposal iklan nanti?"

"Ketua memintaku menyeleksi beberapa file sebagai referensi."

"Ohhh... biar kubantu bawakan untukmu."

"Tidak- terima kasih." Dengan mudahnya Jaehan mengambil sebagian bawaan Kyungsoo. Jelas bisa dilihat jika pemuda manis itu tersipu malu. 

.

.

.

Di atas hanya dua contoh perhatian yang Jaehan beri untuk teman-temannya. Jika diceritakan tentu bisa menghabiskan lebih dari sepuluh halaman. 

Katakanlah Yechan pencemburu. Tapi wajar kan, jika punya rasa seperti itu. Yechan tidak takut tersaingi. Dia yakin bahwa dirinya lah yang selalu di hati. Apalagi kekasihnya itu, disadari atau tidak, punya banyak penggemar yang berpotensi jadi saingan. Dia harus ekstra hati-hati menjaga kesayangan dari para predator kelaparan. 

"Berhenti menebar pesonamu, hyung." Protesnya pada siang yang terik. Kedua sejoli itu menikmati makan siang di gazebo luar kantor. 

Mendengar itu, Jaehan yang sedang menata bekal untuk dirinya dan sang kekasih mengernyit bingung. "Tebar pesona apa?"

"Pagi tadi Park Chanyeol. Kemudian Doh Kyungsoo. Lalu ada Lee Hwichan. Setelah itu Park Jinwoo. Haruskah kusebutkan satu per satu korban dari kebaikan hatimu hari ini?"

Sedikit terkejut, Jaehan tak langsung menjawab. Bisa ia lihat jika pria menggemaskan itu tengah merajuk padanya. "Kau cemburu, Yechanie?"

"Tentu saja."

Jaehan tertawa. Tawa yang selalu membuat Yechan jatuh cinta. 

"Jangan tertawa, hyung. Aku sedang marah padamu." Lihat kan, betapa menggemaskannya pria berusia 22 tahun ini. 

"Pertama, Hwichan dan Jinwoo sudah punya pacar. Kedua, Chanyeol dan Kyungsoo akan menikah bulan depan. Ketiga, aku tidak memberi perhatian pada siapa pun."

Jaehan menyumpit udang goreng tepung dari kotak bekalnya. Dengan gestur menyuapi, ia sodorkan pada yang lebih muda. Juga sebagai permintaan maaf, karena membuat kesayangannya cemburu meski itu tidak disengaja. "Aaa..."

.

.

.

Burger Stare His Kitty |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang