U atau S

332 34 15
                                    

Seluruh penjuru kantor tempat Jaehan bekerja, sedang gempar. Penyebabnya, tak lain dan tak bukan, adalah gosip kedekatan Jaehan dan Yechan.

.

.

.

Hyuk mendekati Yechan yang saat itu sibuk dengan laptopnya. Sebelum bicara, ia sempatkan diri melirik sekitar, memastikan saat ini tidak ada siapa-siapa. Tentunya Jaehan juga, bisa dipukul dirinya jika tidak fokus bekerja. 

"Yechan-ah?"

"Hmmm."

Masih asyik dengan laptopnya, Yechan tidak sedikit pun melirik pada pria yang setahun lebih tua. Dirinya yakin, jika Hyuk tidak akan bicara hal yang berkaitan dengan pekerjaan. 

Mengenal Hyuk selama sebulan terakhir ini, membuat Yechan tahu jika lelaki itu lebih banyak bercanda daripada bekerja. Hyuk juga orang yang pandai bicara. Dia pribadi yang menyenangkan, meski jahilnya luar biasa. 

Kadang Yechan sangsi, jika Hyuk lebih tua darinya. Pasalnya, kepribadian Hyuk itu sebelas dua belas dengan bocah SMA. 

Ingat bagaimana pertemuan pertama mereka? Kejadian yang membuat Yechan jadi tidak bisa memandang Hyuk sebagai seniornya. 

"Bagaimana hubunganmu dengan Jaehan-hyung?"

Yechan tak sedikitpun menghentikan ketukan jemarinya pada laptop. Matanya masih setia memandang deretan huruf dan angka di hadapannya. Bukan bermaksud abai, tapi pertanyaan Hyuk kali ini benar-benar tidak patut diladeni. 

"Kau tahu kan, mulai banyak gosip tentang kalian berdua."

Ah! Soal itu Yechan juga tahu. Lagi pula dia tidak peduli juga. Malah bagus jika semua orang menyadari hubungannya dengan Jaehan. Sekalian saja, supaya mereka-mereka tidak macam-macam. Dirinya tidak suka jika Jaehan jadi incaran. Jaehan miliknya, dan itu berlaku selamanya. 

Posesif? Iya. Dia akui itu. 

"Yah.. Sepertinya mereka penasaran. Kau dan Jaehan-hyung, siapa yang paling dominan."

Kali ini, pertanyaan Hyuk sukses membuat Yechan berhenti. Mata bulannya melirik memberi afeksi. Dari semua hal, kenapa mereka penasaran dengan hal seperti ini?

.

.

.

Ciuman itu makin dalam. Makin erat pula, tangan Jaehan mencengkeram. Menikmati bagaimana lidah mereka saling melumat. Bertukar liur, mencecap rasa lawan mainnya. Jaehan kepayahan. Jika bukan karena tangan Yechan menyangga pinggangnya, mungkin ia sudah jatuh terjengkang.

Awalnya, semua berjalan seperti biasa. Pemuda itu berniat menginap karena besok sudah masuk akhir pekan. Ingin menghabiskan waktu berdua, katanya.

Tentu Jaehan senang. Dia mengajak Yechan untuk menonton film kesukaan. Bercerita panjang lebar, kemudian tidur sambil berpelukan. 

Begitu rencananya. 

Sampai ketika film menampilkan dua muda-mudi yang berbagi ciuman. Sebuah adegan di mana pemainnya saling mengaitkan lidah. Ditambah ruang TV yang saat itu remang-remang. Tanpa sadar Jaehan meneguk ludah. Sesekali ia melirik kekasihnya yang masih fokus pada layar. 

"Hyung." Yechan sadar, bukan hanya dirinya yang menginginkan. Sengaja memanggil Jaehan dengan suara rendah. Meski matanya masih menatap ke depan, tapi gerak-gerik Jaehan tidak luput dari perhatian. "Mau mencobanya?"

Keduanya melirik bersamaan. Saling pandang sejenak. Sampai Yechan melanjutkan, "Frenchkiss."

Yang lebih muda melarikan matanya pada bibir Jaehan yang terbuka. Seolah memberi izin untuk Yechan melakukan apa saja. Tangannya dengan lembut mulai meraba, membuat Jaehan menutup mata. 

"Katakan jika hyung mulai tidak nyaman."

Bersamaan dengan kalimat itu, Yechan mulai mengikis jarak. Mencium dengan begitu nikmat. Mendesak Jaehan membuat keduanya makin rapat. Membawa lidah yang lebih tua untuk saling melumat. Dan Jaehan yang mulai kepayahan, hanya mampu bertumpu, mengalungkan lengannya erat-erat.

.

.

.

Jaehan sudah terlentang pasrah. Kali ini giliran leher dan dada jadi korban. Piyamanya berantakan. Bagian bawahnya memnggembung minta dipuaskan. 

Di atasnya, Yechan masih bergeriliya. Bibirnya memberikan cupang disetiap tempat yang dilewatinya. Kedua tangannya sibuk memanjakan dua titik nikmat di dada Jaehan. Sementara kakinya sesekali membelai alat kelamin yang membuat lelaki itu belingsatan. 

"Yechanie..."

Rengekan Jaehan menjadi satu-satunya suara yang Yechan dengar. Film yang sejak tadi diputar sudah terabaikan. Yechan hanya fokus dengan Jehan yang malam ini berlipat ganda kecantikannya. Dengan wajah memerah paling ilegal, sukses membuat birahi Yechan meningkat seketika. 

"Hmmm.... ada apa hyung?"

"Ahh... gatal."

Segala aktivitas Yechan terhenti. Ia pandangi sosok kekasihnya saat ini. Barangkali dirinya salah dengar, tapi melihat Jaehan, ia yakin jika lelaki itu sedang berada di puncak birahi.

Yechan segera membuka semua pakaiannya juga Jaehan. Keduanya sama-sama telanjang. Kini, bisa ia lihat kekasihnya benar-benar polos tanpa sehelai pun benang.

"Yechanie?"

"Maaf hyung. Aku akan mempersiapkanmu."

"Argh!"

Tulang-tulangnya seperti dilucuti. Jaehan mengerang menikmati rasa yang baru pertama kali. Pikirannya blank sejak Yechan mulai memanjakan area paling privasi. 

.

.

.

Jaehan terbangun dengan kondisi badan remuk redam. Pinggangnya hampir patah, karena digempur semalaman. Rasanya, menggerakkan satu jari saja sudah sangat susah. 

Dengan perlahan, ia berbalik hanya untuk memandangi pelaku kejadian malam tadi. Entah apa yang mereka pikirkan, sampai-sampai hal seperti itu terjadi. Parahnya lagi, dirinya berhasil didominasi. 

"Yechanie... kau kejam sekali." Jaehan bergumam. Jemarinya membelai lembut wajah polos yang masih terpejam. Seolah tidak terusik dengan apa yang sedang Jaehan lakukan, pria itu hanya menggeram dan kembali mengeratkan pelukan. 

Siapa yang peduli. Kau dan Yechan lah yang menjalani. Tapi, mau dilihat dari sisi mana pun, jelas Yechan yang lebih pantas mendominasi. 

Jaehan jadi ingat percakapannya dengan Hyuk beberapa hari lalu. Perihal hubungannya dengan Yechan yang masih jadi topik hangat di seluruh penjuru. 

Dibilang buruk, tidak juga. Nyatanya Jaehan hanya perlu menerima. Ia juga sangat menikmati bagaimana cara Yechan menyentuhnya. Juga cara pemuda itu menunjukan afeksinya. 

"Jangan memancingku hyung. Pagi ini aku harus menahan diri untuk tidak memakanmu."

Yechan bersuara tanpa sedikit pun membuka mata. Namun, tangannya dengan nakal membelai pinggang Jaehan mesra. 

"Kau sudah bangun Yechanie? Sejak kapan?"

"Sejak hyung bilang aku kejam? Padahal siapa yang semalam tida- AW!"

Jaehan mencubit perut yang lebih muda. Matanya menatap tajam lelaki yang kini meringkuk akibat sakit yang dia terima. "Rasakan!"

"Aw aw! Hyung! Aduh! Ampun hyung....!"

.

.

.

Ps: 

Hai kakak! Minta rating dong. Apa chapter ini kurang panas, sudah panas, atau belum panas??

Jangan lupa komen yah muachhh.... :D



Burger Stare His Kitty |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang