Kisah Hyuk dan Sebin

170 14 5
                                    

Hyuk dan Sebin, adalah dua entitas yang Jaehan kira tidak akan bisa bersama. Kepribadian mereka itu sangat jauh berbeda. Jika Hyuk memiliki sifat mirip remaja labil di akhir masa SMA, maka Sebin adalah definisi orang dewasa. 

Pertemuan mereka bisa dibilang basi. Macam cerita-cerita picisan anak muda masa kini. Tidak ada yang spesial, kecuali Hyuk yang jatuh cinta pertama kali. 

.

.

.

Hyuk itu mudah jatuh cinta. Dia bahkan pernah modus pada Jaehan saat pertama kali masuk kerja. Alasannya? Tidak ada. Baginya, Jaehan sangat menarik di matanya. 

Beberapa kali mencoba, yang pemuda itu dapat hanya penolakan. Jaehan selalu berkata dia sudah punya tambatan. Dan seperti yang bisa dikira, Hyuk menyerah pada hari ketujuh pendekatan. 

Prinsipnya sih, pacar bisa dicari. Selama wajah dan dompet memenuhi kualifikasi. 

Sampai pada suatu hari. Ketika rintik hujan mulai membasahi bumi. Hyuk yang saat itu pulang berjalan kaki, terpaksa menepi. Tidak mau membuat dirinya basah karena payung yang tertinggal di rumah. 

Tempat itu adalah sebuah kafe bernama "Poaegi", yang bagian dalamnya bisa terlihat dari luar.

Saat itulah, dia melihat seorang laki-laki yang cantiknya luar biasa. Senyum manis itu begitu mengena dalam dada. Menembus tepat di jantungnya, dan membuatnya jatuh cinta seketika.

.

.

.

Jang Sebin. Usianya dua puluh delapan tahun. Pemilik kafe "Poaegi". 

Seumur hidup belum pernah pacaran. Belum pernah pula dapat pengakuan. Sebenarnya sih banyak yang suka, tapi Sebin itu tidak pekanya sudah pada tingkat dewa. Jadi, semua yang mendekat memilih mundur pelan-pelan. 

Orangnya ramah. Senang menebar senyum untuk siapa saja. Parasnya sangat cantik untuk ukuran seorang pria. Mungkin jika harus dibandingkan dengan tokoh utama cerita ini, kecantikan Sebin tiada duanya. Ditambah kepribadiannya yang mirip peri baik hati dalam cerita.

Beberapa informasi yang membuat seorang Yang Hyuk berani menaruh rasa. 

Sejak hari di mana ia tanpa sengaja melihat Sebin dalam kafe, Hyuk jadi sering menyambangi. Kadang hanya untuk duduk menikmati kopi. Kadang juga memesan dessert, sembari memandangi Sebin yang melayani para pembeli. 

Hal itu berlangsung selama tiga bulan. Waktu yang cukup lama bagi seorang Hyuk mengagumi dalam diam. Padahal dia adalah pria jantan yang biasanya langsung bilang jika tertarik pada seseorang. Namun entah kemana kejantanannya menghilang. Mungkin sejak melihat Sebin, segala pikiran nista Hyuk langsung tersucikan. 

Tuk. 

"Pesanan anda tuan."

Secangkir coffelatte serta sepiring mille crepes, yang Hyuk tunggu akhirnya datang. Bersamaan dengan sebuah suara merdu mendayu dari seseorang yang sejak tadi ia pandang. 

Hyuk gelagapan. Tidak menyangka jika Sebin lah yang mengantarkan pesanan. Biasanya ada pelayan lain yang membawakan. 

Dari jarak sedekat ini, bisa Hyuk cium wangi alami dari pria yang jadi incarannya. Seketika jantungnya berdetak menggila. 

Sebin tertawa. Tawa yang menggema bagai nyanyian surga. Melihat tingkah laku Hyuk yang cukup panik itu, seperti hiburan baginya.

Sebenarnya, bukan mau Sebin mendatangi. Tapi Jehyun, salah satu karyawannya, terus-menerus berkata jika pria yang tiga bulan ini telah menjadi pengunjung tetap itu, tengah menaruh hati pada salah satu pegawai kafe ini.

"Percaya deh, dia pasti naksir seseorang. Tidak mungkin pemuda tampan sepertinya datang ke sini menghabiskan waktu makan siang dengan memesan kopi jika bukan karena sedang jatuh cinta."

Sebin tentu tidak percaya. Tapi setelah mengawasi pemuda itu selama seminggu, membuat Sebin bertanya-tanya. Siapa orang beruntung yang menjadi incaran pemuda tampan sepertinya. Apa mungkin dia Moon Jehyun? Tentu saja, karena tidak ada lagi karyawannya yang berdiri di depan meja kasir selain Jehyun dan dirinya. 

"Apa anda sedang menunggu seseorang tuan?"

Ah suara itu lagi. Tuhan, kenapa Kau biarkan malaikat secantik ini jatuh ke bumi. Apakah sengaja Kau kirim ia untuk menemani Hyuk sehidup semati?

Lebay. Begitulah orang jatuh cinta. 

"Ti- tidak."

Hyuk menjawab cepat. Sebin kembali tersenyum. Kini matanya menyipit. Cantik sekali. 

"Hari ini Jaehyun tidak datang. Dia cuti."

"Jehyun? Siapa?"

Sebin mengernyit heran. Kenapa pemuda ini malah balik bertanya. Apa jangan-jangan selama ini dirinya salah mengira, berpikir jika Jehyun lah yang ditaksir oleh pria di hadapannya. 

"Bukannya anda setiap hari datang ke sini, karena menyukainya?" Sebin kembali bertanya. 

"Apa? Tapi yang ku suka itu kamu."

"Eh?"

.

.

.

Malam ini Sebin tidak bisa tidur. Ia mengulang kembali adegan memalukan yang terjadi tadi siang. Membuat pipinya lagi-lagi merona. Masih tidak percaya ada laki-laki yang secara spontan menyatakan cinta padanya. Seumur hidup baru kali ini ia rasa. 

Ada dentuman menyesakkan namun  menyenangkan dalam dada. 

"Bagaimana ini? Bagaimana jika besok dia datang lagi? Siapa namanya tadi?"

Sebin menepuk jidatnya. Lupa jika dirinya bahkan tidak tahu nama dari pemuda yang tadi bilang suka padanya. Akibat malu, dirinya langsung melipir pergi. Tidak nyaman dengan suasana canggung yang tiba-tiba terjadi. 

Tapi, masa sih? 

Bagaimana bisa ada orang setampan itu naksir padanya. Ia tidak merasa pernah melakukan sesuatu yang bisa membuat orang lain jatuh cinta. 

Tidak sadar bahwa dirinya sangat cantik, menjadi karakter seorang Jang Sebin yang membuat orang yang mengenalnya geleng-geleng kepala. 

Ketidakpekaan Sebin memang di luar nalar manusia.

.

.

.

Tiga hari. Hyuk absen dari kafe Sebin. Membuat pria cantik itu bertanya-tanya apa yang terjadi. 

Apakah karena sikap Sebin yang tiba-tiba lari membuatnya berhenti? Atau ada hal lain yang tidak Sebin sadari. 

Tanpa sadar kini dirinya lah yang menunggu. Menanti dengan cemas kedatangan lelaki itu. Jehyun yang mengerti berkata, jika memang cinta pasti tidak akan kemana. Dan benar saja, belum ada satu menit petuah itu terucap, denting bel tanda pengunjung datang bergema. 

Setelah tiga hari penantiannya, akhirnya bisa Sebin lihat lelaki itu di sana. Berjalan ke arahnya seperti hari-hari sebelumnya. Menggaruk tengkuk yang Sebin yakini menjadi kebiasaanya jika gugup sedang melanda. Juga memesan secangkir...

"Satu coffelatte, benar kan tuan....?"

"Ah!" Hyuk terkesima. Tidak menyangka jika Sebin secara tersirat bertanya tentang namanya. "Hyuk. Yang Hyuk."

"Baiklah Yang Hyuk-ssi, Satu coffelatte akan saya antar untukmu." 

Lagi. Senyum Sebin berhasil membuatnya jatuh cinta sedalam ini. 

.

.

.

Haloha.... yang suka HyukBin angkat tangan!!!

Burger Stare His Kitty |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang