Di ruang yang jauh dari suara manusia, aku termangu, hanya termangu. Menatap jendela yang menyediakan pemandangan telaga membisu. Tidak lagi riuh dan tidak lagi jumawa, tidak lagi angkuh dan tidak lagi membara.
Tapi disini, dan dimanapun sepi juga jadi pandemi. Dimana ia membuatku kerap berjarak, dan membuatku ingin bertemu mereka kembali. Meredam kesepian yang panjang sekali lagi.
Setiap hari, dalam diriku selalu berusaha kususun ulang. Dari yang penuh kecamuk jadi penuh ketenangan. Dari pikiran yang suntuk jadi penuh kesenangan. Dari hati yang remuk jadi sesuatu yang tak lagi berantakan.
--oOo--
Hawa dingin menusuk batin. Sekujur raga terbelenggu dalam dinginnya pagi. Mentari menyapanya dengan senyuman yang mengagumkan hati. Memancarkan kehangatan di pagi hari.
Di samping tol Andara berhias kabut yang sangat tebal. Kuputuskan untuk berselimut mantel guna mendekap seluruh jiwa.
Burung-burung bertebaran saling bertegur sapa. Mereka bercuitan dengan lantunan melodinya yang menawan.
Hari ini hari senin. Hari dimana kami memulai rutinitas yang sempat terhenti di akhir pekan. Hari pertama dalam satu minggu yang dijadikan sebagai titik tolak bagi masyarakat untuk melakukan sebuah pekerjaan.
Aku meninggalkan rumah saat langit masih setengah gelap. Berboncengan dengan Om Andi dan juga anak perempuannya yang molek.
Namanya Athaya. Gadis manis berumur sembilan tahun yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SD.
Sekolah kami satu arah. Om lebih dulu mengantarnya yang kemudian dilanjut dengan mengantarkanku ke sekolah.
Membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk aku sampai disana. Ku kira jarak yang kami tempuh tak selama ini, nyatanya tidak.
Kembali ku hirup dalam-dalam udara pagi ini. Suasana jalan Andara terasa sepi penuh damainya hati.
Selesai dari mengantar Athaya, Om bergegas untuk mengantarkanku ke sekolah. Ia membelah jalanan dengan motor N-max kebanggaannya.
Saat di Cipedak jalanan terasa lengang. Mulai memasuki kawasan Brigif suara klakson dan mesin motor tampak berlomba memecah keheningan.
Mengingat dzikir pagi yang belum sempat ku selesaikan, aku memilih untuk melanjutkannya segera. Di sepanjang jalan bibirku berhias dzikir, karena itu salah satu cara untukku mendekatkan diri dan meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Dzikir pagi ini memiliki keistimewaan tersendiri dibanding dzikir pada waktu lain. Kulihat sudah banyak artikel-artikel di luar sana yang menyebutkan akan pentingnya kedudukan dzikir pagi petang beserta keistimewaan-keistimewaannya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sendiri pernah menyebutkan dirinya sangat menyukai dzikir di waktu pagi dan petang. "Sungguh, saya duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah Ta'ala sejak selesai shalat subuh hingga terbitnya matahari, itu lebih saya sukai daripada membebaskan empat orang budak dari keturunan Ismail. Dan sungguh jika saya duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah sejak selesai salat Ashar hingga terbenamnya matahari, itu lebih saya sukai daripada membebaskan empat orang budak yang lain." (HR Abu Dawud).
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat Si Gadis Perantau
Não Ficção"Secantik-cantiknya kota orang, kalau lagi cape pengennya pulang." -Bechara Ameena