sebelas " bahagia itu ada"

888 55 6
                                    

Hai haii, sybill update sekarang nihh karena Sybil lagi seneng, Sybil lulus ujian sambung ayat..

Heheheh HAPPY READING 🌷

"endong.. opa.. ndong," Alba merengek dengan merentangkan kedua tangannya.

Derga hanya menatap enggan sang cucu, itu membuat Alba merasa ia tak disayang lagi. Alba berusaha membujuk sang kakek agar mau menggendongnya.

"Opaaa, Alba mau ndong," rayunya. Kalau lama lama begini tangan Alba mati rasa. Seperti banyak semut mengerubungi tangannya.

"Opa tenapa tayak ditu muta na.. jelek! Alba Ndak laik (like)" ejek Alba, ini salah satu upaya agar sang kakek mau berbicara dengannya.

"Emut pacifier mu dan diamlah," ucap Derga. Alba menurut, ia memasukkan pacifier yang ia kalungi ke dalam mulutnya.

"Opa malah?" Batinnya.

Lama kelamaan mata Alba mulai memberat. Kedipan mata terasa amat berat. Derga yang melihatnya langsung mendekati Alba dan menepuk nepuk punggung kecil cucunya. Agar cepat tidur maksudnya.

"Jam tidur siangmu sudah lewat 1 jam, boy." Ah! Ternyata Derga bersikap acuh karena Alba tak ingin tidur siang. Ia ingin Alba tidur agar lekas pulih. Tangan kiri yang masih berbekas infus itu sekarang terdapat infus kembali.

Pelan pelan, Derga mencopot pacifier Alba dan menggantinya dengan dot susu. Begitu susu dimasukkan, Alba nampak semangat menyedot susu itu.

"Pelan pelan, tak ada yang akan merebut dot itu," Derga takut, Alba tersedak. Susu hangat itu berkuras sedikit demi sedikit.

Sebuah pemandangan hangat antara kakek dan cucunya. Maniss sekali.

Ceklek

Pintu dibuka menampilkan wanita paruh baya yang tampil anggun nan mempesona. Dengan kedua tangannya membawa parsel ia berjalan begitu apik bak model papan atas.

"Dari mana saja, Kila?" Tanya Derga. Kila yang mendengar pertanyaan sang suami tidak langsung menjawabnya. Ia menaruh parsel tadi di atas laci dan duduk di samping ranjang rumah sakit.

"Aku baru saja membeli buah buahan untuk Alba, kau mau aku kupaskan?" Tawarnya. Derga menggeleng.

"Tidak. Oh ya, anak anak kita akan mengadakan pesta penyambutan pulangnya si kembar, apakah kau mau ikut?"

"Kapan dan dimana acaranya berlangsung?" Kila balik bertanya, dengan wajah tanpa ekspresi ia begitu tenang dan damai. Serem sih.

"Di mansion utama, acaranya di adakan besok," jelas Derga. Kila nampak mengangguk angguk dan mengupas jeruk berwarna oranye itu.

"Bagaimana dengan Alba? Apakah mau kita tinggal?"

"Kita bisa membawanya atau.. menitipkannya pada pengasuh,"

"Baiklah.. aku akan ikut dan membawa Alba, bukankah ini lebih baik?" Kila tersenyum hangat dan penuh arti. Derga mengangguk yakin sembari ikut tersenyum.

"Ya, ini lebih baik.." ucapnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Alba, ingin ikut ke mansion utama tidak?" Tanya Kila. Saat ini mereka tengah bersiap untuk pulang ke mansion.

Alba yang ditawari pun mendongak ke arah Kila, "hah? Apain? (Ngapain?)" Tanyanya.

"Kakaknya Alba pulang ke Indonesia, mereka sekeluarga mengadakan pesta penyambutan pulangnya si kembar," jelas Kila sembari mengocok susu untuk Alba minum.

Alba menunduk. Si kembar... Dua orang yang paling Alba takuti untuk di temui, karena mereka Alba menjadi trauma akan gunting, kertas, handuk.

Mereka yang menyiksa Alba paling parah.. mereka seperti tak ada rasa kemanusiaan pada diri mereka. Saat mendengar bahwa si kembar akan pergi ke London selama beberapa bulan pun senang. Ia begitu lega dan tenang.

Tapi... Sekarang? Mereka sudah kembali ke Indonesia. Apa yang harus Alba lakukan? Akankah ia tidak ikut acaranya? Tapi.. bagaimana dengan Opa dan Oma nya yang menginginkan untuk Alba datang ke sana.

Bimbang.

Alba dilema keraguan yang amat besar. Wajah sang nenek begitu nampak sangat menantikan jawaban Alba.

"Uh, Alba itut.." itu keputusannya, dengan senang Kila menggendongnya.

"Pilihan yang bagus," ucap Kila. Alba tersenyum, setidaknya dengan ini hati mereka tidak terluka,.biarkan dia saja yang mengalami trauma itu kembali. Asalkan jangan keluarganya.

"Ayo pulang!" Seru Alba dengan gembira.

"Ayo!" Seru Derga dan Kila secara bersamaan. Setelahnya mereka bertiga tertawa terbahak bahak.

Suasana yang hangat.. Alba jadi ingin menghentikan waktunya sebentar. Ia ingin menikmati suasana ini walau hanya sebentar.

"Talaw luta na seluas samudla, mata(maka) itlas (ikhlas) na halus seluas lanit(langit)"

-Raellyon Albara Gautama-

BONEKA ALBA [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang