Rambutnya yang hitam bergelombang. Hidungnya yang mancung. Rahangnya yang tegas. Senyumnya yang manis. Dan tatapannya yang lembut.
Sepertinya Tuhan begitu bahagia menciptakan laki-laki sebaik Haru.
Namanya begitu harum, seperti harumnya pohon Gaharu yang menenangkan. Laki-laki ini tercipta dari serpihan kesempurnaan Tuhan.
Hatinya begitu luas, seluas langit yang tidak terbanding. Siapa pun dia, yang mendapatkan hati Haru adalah manusia paling beruntung yang pernah ada.
Haru hampir tidak pernah marah. Bahkan miliknya diambil orang pun ia tidak pernah meminta kembali, bahkan masih bersedia mengulurkan tangan untuk membantu.
Entah seperti apa orang tuanya mendidik Haru sehingga menjadi laki-laki begitu mengagumkan seperti ini.
Tidak pernah bersikap kasar kepada perempuan. Meratukan perempuan yang ia sayang. Dan bahkan Haru rela menukar nyawanya demi kekasihnya.
Hiperbola, tapi memang itu yang sebenarnya.
Haru rela hampir kehilangan nyawa hanya gara-gara menolong kekasihnya yang kecelakaan. Dan syukurlah lelaki itu dengan cepat menyelamatkan diri sebelum mobil pengangkut pasir menabrak tubuhnya.
"Mau beli apa, sayang?" tanyanya lembut. Tatapan itu tidak pernah pudar. Selalu seperti ini. Seolah di mata Haru hanya ada kasih sayang yang terlontar.
"Pengen beli martabak, tapi yang manis. Kamu kan gak suka," jawabnya tak kalah lembut.
Gadis berambut panjang itu menatap kekasihnya. Ia merasa bersyukur mempunyai genggaman tangan seperti tangan Haru. Selalu lembut dan hangat.
Aera Athalia, perempuan beruntung dari semua yang beruntung. Berhasil menarik hati Haru untuk singgah di sana. Satu-satunya perempuan yang selalu Haru banggakan. Dan selalu menjadi pemenang di hati Haru.
Haru tersenyum manis. Kemudian menyentil hidung Aera dengan jarinya. "Nanti aku coba suka. Apa pun itu."
"Beneran? Ntar kayak kemarin, bilang mau nyoba. Ternyata beneran gak mau sama sekali." Aera memanyunkan bibirnya. Biar pun Haru selembut dan sepengertian itu, namun Aera juga sama seperti perempuan lainnya. Pasti pernah merasakan kesal hanya karena hal kecil.
Haru terkekeh kecil. Kemudian menggandeng kemari Aera begitu hangat. Langkah mereka gontai, menyusuri jalanan yang ramai oleh pedagang kaki lima.
Malam yang dingin ini semakin mempererat genggaman keduanya. Memilih makanan apa yang akan mereka beli. Sembari menikmati keindahan rasa di hati mereka.
Aera memperhatikan sekitar. Kemudian matanya melihat pedagang martabak yang tidak terlalu ramai.
Wajah gadis manis itu seketika sumringah. "Aru, ayo ke sana. Itu ada dagang martabak." Ajak Aera antusias.
Haru tersenyum manis. "Iya, iya. Sabar. Kita ke sana."
Aera menarik jemari Haru. Ia tidak sabar memesan makanan yang sudah gadis itu inginkan dari pagi. Entah apa yang Aera pikirkan hingga membuatnya tergila-gila dengan makanan itu.
Sesampainya di depan gerobak martabak, lantas Aera memesan apa yang ia ingin. Dengan wajah begitu antusias, senyumnya menghipnotis Haru hingga membuat lelaki itu ikut tersenyum.
"Udah pesennya?" tanya Haru ketika Aera mendekatinya.
Gadis itu mengangguk. Kemudian kembali menggenggam jemari Haru.
"Dingin."
Haru membawa jemari itu masuk ke dalam saku jaketnya. Terasa hangat.
"Ra, besok latihan lagi?" tanya Haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaharu dan Harumnya
Ficção AdolescenteBanyak perumpaan yang terkandung dalam ceritanya. Haru si tidak banyak bicara, namun memendam luka. Ia sangat bisa menghapus bayangan hitam di mata itu dan menggantikannya dengan senyum indah hingga orang saja tidak menyadari jika lukanya begitu da...