Dulu.......
Pada tahun 2012, aku masuk ke sekolah dasar atau yang biasa disebut dengan SD. Aku tidak masuk TK dulu, karena kata ibuku dulu aku memang sengaja langsung disekolahkan SD supaya aku dapat dijaga oleh abangku, yang kebetulan pada saat itu dia kelas 4 SD dan berada satu sekolah dengan aku. Dan pada saat itu pula, aku mempunyai adek kecil yang harus selalu dijaga oleh ibuku, sedangkan kalau aku TK terlebih dahulu ibuku tidak bisa membagi waktunya, oleh karena itu aku langsung dimasukkan ke SD dengan alasan aku dapat selalu dijaga oleh abangku selama dia masih sekolah disana.
Saat masuk pertama kali di lembaga pendidikan tersebut, aku sangatlah minder dan pemalu. Aku tidak dapat terbuka hingga aku dikenal sebagai anak yang suka menyendiri. Aku merasa minder karena melihat teman - temanku yang lain yang sudah PAUD dan TK terlebih dahulu, dimana otomatis mereka sudah sangat menguasai beberapa materi pelajaran, sedangkan saat itu aku belum tahu sama sekali bagaimana cara menulis angka satu sampai sepuluh, bahkan akupun masih buta terhadap huruf dan angka.
Setiap hari aku merasa tertekan dan tidak mampu untuk mengikuti pembelajaran, karena selain aku yang sulit untuk mengikuti pembelajaran, aku juga biasanya sering dikucilkan dan dibully teman - temanku karena mereka menganggap aku adalah anak bodoh yang tidak pantas berteman dengan mereka. Bahkan aku pernah di permalukan wali kelasku di depan teman - teman kelasku dengan berkata bahwa aku tidak akan pernah bisa setara dengan teman - temanku, karna kata beliau aku mempunyai otak yang seperti telur busuk yang tidak akan berkembang dan masih ada beberapa kata lain dari beliau yang sampai saat ini masih akan aku ingat.
Aku tidak berani bercerita kepada keluargaku tentang masalahku disekolah, karena saat itu aku juga tidak tahu bahwa itu termasuk ke dalam pembullyan, tapi yang jelas meskipun aku masih kecil dan belum memahaminya aku tetap merasakan sakit hati dan malu pada saat itu.•••••
Hingga tibalah saat kenaikan kelas dan beberapa hari setelah tes kenaikan kelas yaitu sebelum pembagian rapor, aku dipanggil wali kelasku untuk datang ke kantor guru menghadap beliau, setelah aku datang beliau berkata bahwa aku tidak akan dinaikkan ke kelas selanjutnya. Pada saat itu aku langsung kaget, sedih dan merasa terpukul oleh hal tersebut. Setelah itu pula, aku langsung mendapatkan ejekan dari teman -temanku, aku tidak tahu darimana teman - temanku bisa tahu bahwa aku akan tidak dinaikkan ke kelas selanjutnya, karna seingatku hanya aku seorang yang pada saat itu dipanggil wali kelasku untuk menghadap beliau di ruang guru.
Saat malam hari sehabis makan malam dan sedang bersantai, dengan memberanikan diri aku kemudian bercerita kepada ibuku tentang kejadian tersebut, yaitu tentang percakapan ku dengan wali kelasku tadi pagi.
"Mi, aku pengen cerita" kataku pada ibuku saat kita sedang menonton TV bareng di ruang keluarga rumahku
"Cerita apa?" Tanya ibu santai sambil tetap menonton TV.
" Tadi pagi disekolah aku dipanggil wali kelasku ke kantor guru, katanya aku tidak diperbolehkan naik kelas dua. " Ucapku memulai bercerita dan sambil menangis. Ekspresi pertama yang aku lihat di wajah ibuku pada saat aku berkata bahwa aku tidak akan dinaikkan ke kelas selanjutnya, beliau hanya biasa saja, tidak ada ekspresi marah, terkejut maupun sedih. Lalu beliau pun menanggapi ku ceritaku dengan sebuah pertanyaan.
" Lha terus gimana nak? kamu pengennya gimana? tapi menurut ibu sebenernya itu wajar kok. Kamukan masih kecil, ngulang satu kali lagi juga gapapa. Kan kalau kamu Winda ngulang satu kali lagi dikelas 1 berarti nanti Winda malahan bisa lebih memahami materi kelas 1." Jawabnya sambil menenangkanku.Tetapi aku tidak puas dengan reaksi dan tanggapan dari ibuku tersebut, karena jika aku tidak naik kelas, maka pasti aku akan tambah diejek oleh teman - temanku. Maka dari itu, kemudian aku tambah menangis dan merengek meminta kepada ibuku untuk datang ke sekolah dan meminta wali kelasku untuk menaikkan aku ke kelas selanjutnya. Hingga akhirnya ibuku benar - benar datang menemui wali kelasku, dan selanjutnya aku dapat lanjut ke kelas 2 SD.
Tetapi saat pulang dari menemui wali kelasku, beliau bercerita kepada abangku yang pertama bahwa wali kelasku bilang bahwa aku adalah siswi paling kurang mampu atau bodoh diantara teman teman ku yang lainnya dalam hal memahami materi pelajaran dan beliau berkata meskipun aku nanti naik kelas pun aku tetap tidak akan mampu naik ke kelas selanjutnya yaitu kelas tiga dan seterusnya, karena kebodohanku tersebut. Sebenarnya Ibuku biasa saja dengan omongan wali kelasku tersebut tetapi abangkulah yang justru merasa tersinggung dengan omongan wali kelasku tersebut. Dan setelah hari itu, aku langsung mendapatkan jadwal belajar di rumah yang lebih ekstra, dimana setelah pulang sekolah aku diharuskan belajar dan saat maghrib semua TV di rumahku harus dimatikan, pintu rumah ditutup dan aku harus masuk ke kamar untuk belajar lagi.
Dulu aku melihat teman - temanku yang lain mereka bebas untuk bermain ke sana kemari, sedangkan aku hanya dapat melihat nya sambil belajar. Namun lama kelamaan aku sadar bahwa aku tidak boleh menjadi aku yang seperti sebelumnya, aku harus berubah dan aku harus membuktikan kepada semua orang bahwa aku bisa dan mampu untuk berada di posisiku saat itu. Dan hal itulah, awal mula aku menjadi anak yang suka belajar, dan karena kerja kerasku tersebut aku selalu masuk peringkat 3 besar dikelas dari kelas dua sampai kelas enam dan aku juga sering dipilih oleh guru - guru disekolahku untuk mewakili sekolahan dalam mengikuti sebuah perlombaan. Aku mulai menganggap bahwa belajar adalah sebuah kewajiban, dan bukan sebuah tekanan atau hukuman.
TBC
YOU ARE READING
Dandelions
Historical FictionIni adalah cerita sejarah singkat tentang perjalanan kehidupan ku yang penuh dengan rollercoaster. 🩷🩷HAPPY READING🩷🩷