*****
Pada tahun 2021, adalah tahun yang sangat berat untuk diriku. Karena banyak sekali cobaan yang terjadi pada tahun tersebut.
Dimulai dari Bapak yang waktu itu kecelakaan motor yang membuat kaki beliau luka lumayan parah dan membuat beliau kesulitan bekerja selama beberapa bulan. Lalu setelah itu keluargaku juga harus menerima sebuah cobaan lagi yaitu suatu kenyataan bahwa Bapak telah divonis oleh dokter sakit jantung.Aku ingat sekali kejadian dimana pertama kali Bapak sakit jantung.
Pada waktu itu, pukul 2 pagi di tahun 2021 aku dibangunkan oleh kakakku dari tidur malamku. Saat itu, aku merasa kaget karena tidak seperti biasanya aku dibangunkan di jam 2 pagi, lalu kakakku menyuruhku untuk segera bangun dan dia langsung keluar kamarku. Sayup - sayup aku mendengar suara orang menangis dari luar kamar, lalu aku segera bangun dari kasur dan membuka pintu dan hal pertama yang aku lihat adalah Bapak yang sedang tidur berbaring dengan dikelilingi oleh Ibu, abang, adik dan kakakku. Seketika itu, rasanya saraf yang ada di tubuhku tiba - tiba berhenti semua. Bahkan untuk sekedar berjalan aku sudah tak mampu, aku melihat Bapak yang biasanya selalu menyelimuti ku saat aku tertidur tanpa selimut, yang selalu mengecek keadaanku di setiap malam, memberikan seluruh cinta dan kasih nya kepada ku sudah terbaring dengan keadaan lemah tak berdaya diatas kasur disamping ruang keluarga. Hatiku rasanya hancur seketika, pikiran - pikiran buruk mulai bermunculan dan aku dengan sekuat tenaga berjalan menuju Bapak berada, disaat itu air mataku rasanya sudah seperti air mengalir, aku menangis tanpa mengeluarkan suara dan langsung kupegang kaki Bapak yang terasa dingin, sambil menguatkan pada diriku sendiri bahwa Bapak baik - baik saja. Aku tidak tahu Bapak kenapa pada pagi itu, aku tidak ingin bertanya kepada keluargaku dan aku juga tidak ingin mengingatnya kembali. Dan pagi itu aku tidak bisa melanjutkan tidurku lagi dengan tenang. Karena selang beberapa jam Bapak segera dibawa ke Rumah Sakit dengan ditemani oleh abang dan kakakku. Bapak tidak bisa dirawat di rumah sakit karena pada saat itu, seluruh proses di rumah sakit sangat sulit karena banyak sekali pasien covid - 19, sehingga Bapak terpaksa dirawat di Rumah dengan memanggil perawat ke rumah.Dari kejadian tersebut entah mengapa banyak sekali perubahan yang terjadi didalam keluargaku, dari yang dulunya sangat hangat sekali menjadi terasa sangat dingin. Tidak ada lagi makan malam bersama di satu meja yang sama, tidak ada lagi mengobrol bersama didepan TV, dan tidak ada lagi berkumpul bersama dengan bercanda gurau. Rasanya hidupku berhenti di pagi itu, dan beberapa hari setelahnya aku selalu takut untuk tidur di malam hari, aku takut pada saat aku tidur nanti terulang kejadian yang sama atau lebih buruk lagi, maka dari aku tak mau meninggalkan Bapak dalam sedetik pun, aku ingin selalu melihatnya dan menjaganya. Bahkan saat pendaftaran SMA, rasanya aku tidak ingin keluar rumah tetapi dengan terpaksa aku harus mengurus semua keperluanku untuk pendaftaran sampai selesai sendiri. Semuanya sedang sibuk dengan kesehatan Bapak dan aku tidak ingin membebani mereka. Padahal sebelum Bapak sakit beliau telah merencanakan akan bagaimana aku nanti, mau lanjut kemana, dan apa yang baik kedepannya untuk diriku. Namun, semua rencana itu seketika hancur dan tak terbentuk sama sekali.
Aku bahkan berubah menjadi orang yang benar - benar pendiam, cuek, dan mudah tersinggung. Aku ingin sendiri, aku tidak ingin diganggu oleh orang lain dan aku mulai merenungi tentang hidup. Aku mencoba untuk menjadi aku yang sesungguhnya, sehingga waktu itu aku memutuskan untuk tidak berinteraksi lagi dengan teman temanku, tetangga ku dan bahkan untuk berbicara dengan keluargaku pun aku merasa tidak nyaman. Aku mengurung diri di dalam kamar dan keluar jika pagi saat kelas daring. Karena pada saat kelas 10 sekolahan masih melakukan pembelajaran secara daring, dan saat belajar aku berada disamping tempat tidur Bapak, aku berada di meja sebelahnya supaya aku dapat selalu memastikan bahwa Bapak baik - baik saja.Tak pernah terpikirkan dalam benak ku bahwa aku harus mengalami sebuah cobaan yang begitu berat, karena dari kecil aku memang selalu dimanja oleh Bapakku, saat aku menginginkan sesuatu pasti akan selalu diusahakan oleh beliau. Bahkan tak pernah aku memikirkan tentang keadaan ekonomi keluargaku, dan berpikir akan berada diposisi seperti ini, karena memang aku yang selalu diberikan lebih entah itu materi maupun kasih sayang dan cinta dari orangtuaku. Orang tua ku bukanlah orang yang kaya, bukan pula orang yang memiliki jabatan tinggi, namun aku belum pernah merasakan suatu kesusahan ataupun kesulitan, karena mereka yang selalu mengajari ku tentang bersyukur dan membuat aku selalu menghargai apapun pemberian dari Tuhan.
••••
Waktu aku kelas 10 akhir, SMA ku mengadakan pembelajaran secara sesi, dimana saat itu dalam satu kelas akan berangkat ke sekolah secara bergantian. Maksudnya bergantian yaitu kita berangkat sekolah itu sudah dijadwalkan oleh Bapak atau Ibu guru, dengan satu kelas dibagi menjadi 2 sesi dengan sesi pertama kumpulan absen awal, misalnya hari ini sesi 1 berangkat maka besok akan digantikan dengan sesi berikutnya.
Meskipun agak ribet, tapi hal itu tidak membuat aku malas untuk belajar, karena selain aku yang memang suka belajar aku juga tidak mau menyia - nyiakan waktu berhargaku di SMA ini yang hanya akan aku lakukan satu kali dalam seumur hidupku. Dan karena aku yang selalu belajar dengan sungguh - sungguh, tekun dan tidak pernah lupa untuk selalu rajin mengerjakan tugas dari Bapak Ibu guru dengan tepat waktu membuat aku berhasil mendapatkan peringkat satu paralel di jurusanku yaitu IPS.Saat situasi dan kondisi diluar rumah sudah aman, sudah tidak ada lagi virus covid - 19 membuat sekolahan kembali membuka lagi pembelajaran secara luring atau langsung tatap muka secara keseluruhan. Disaat itu aku benar - benar sangat teruji keadaan mentalku, karena aku yang saat itu masih belum ingin untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain diharuskan untuk bisa beradaptasi dengan teman - teman kelas yang lain karena aku yang telah ditunjuk oleh wali kelasku untuk menjadi ketua kelas dikelas XI IPS 3 pada saat itu.
Aku tidak mau kejadian awal sekolah waktu SD dan SMP akan terulang kembali, dimana aku yang dikucilkan oleh teman - temanku karena aku yang mungkin tidak bisa secara cepat beradaptasi dengan teman - teman kelas. Sehingga membuat aku bagaimanapun kondisinya harus bisa menerima dan beradaptasi dengan lingkungan kelas yang baru.
Dan menjadi ketua kelas sebenarnya adalah salah satu hal yang sangat ingin aku hindari, karena aku di SMA ini telah berencana untuk hanya menjadi siswi SMA biasa yang santai dan tidak terikat dengan organisasi kelas ataupun organisasi sekolah apapun. Aku tidak mau mengikuti ekstrakurikuler yang bagiku sudah cukup waktu SMP saja.
Namun pada kenyataannya aku tetap melakukan tugasku sebagai ketua kelas dengan sungguh-sungguh dan aku selalu berusaha untuk melakukan hal yang terbaik untuk kelas dan aku juga orang yang selalu aktif dikelas. Dan waktu pulang dan berada dirumah aku pasti akan merasa capek dan sudah tidak ada tenanga. Karena aku yang selalu berusaha menjadi Winda si paling ceria dan heboh di kelas adalah Winda yang berbeda dengan Winda yang berada di kamarnya.
Di setiap malam saat akan tidur aku pasti menyesali tentang berbagai tindakan yang aku lakukan disetiap harinya, aku juga pernah melakukan self harm. Entah kenapa saat aku sedang sakit hati atau banyak pikiran dan dengan bodohnya aku mencari solusi dengan melakukan self harm. Karena dengan melakukan hal itu, membuat beban pikiran dan rasa sakit hati ku terhadap beberapa hal yang menyakitkan dihidupku menjadi berkurang. Hingga suatu hari aku sadar bahwa hal itu adalah tindakan bodoh dan tidak baik, shingga aku memilih untuk tidak akan melakukan hal itu lagi. Dan salah satu pelarian ku adalah dengan belajar dan mengobrol dengan adik ku. Aku merasa adikku diciptakan didunia ini adalah untuk menemani dan menghiburku saat aku sedang sedih. Hanya dia yang selalu ada dan menjadi orang yang selalu menenangkan dan memberikan penyemangat disaat aku sedang sedih dan takut yang berlebihan.
Meskipun begitu aku disekolah tetap terlihat biasa saja seperti tidak ada beban sama sekali.
Aku memiliki teman yang paling akrab saat di kelas, yaitu Likna, Selvi, dan Irma. Kenapa aku menyebut mereka adalah teman yang paling akrab denganku, hal itu karena setiap ada apapun dalam urusan sekolah pasti kita akan menjadi satu kelompok dan saling membantu. Mereka juga adalah orang yang benar benar bisa dijadikan tempat untuk bercerita dan dapat dipercaya.
Waktu kelas 11 semester awal maupun akhir, aku mendapatkan peringkat 1 kembali seperti waktu kelas 10 dan bisa naik ke kelas 12.•••••
Kelas 12 adalah waktu yang tidak akan aku sia - siakan, karena aku melakukan segala hal di kelas 12 ini dengan penuh kebahagiaan, sungguh - sungguh dan tetap santai. Karena dengan waktu yang singkat ini aku berharap dapat membuat hal itu menjadi kenangan yang paling menyenangkan di waktu SMA ini.
Aku mengajukan diri kembali untuk menjadi ketua kelas di XII IPS 3, karena memang teman - teman yang memilihku kembali dan diantara mereka tidak ada yang mau menggantikannya.
Dikelas 12 aku sempat kaget dengan tugas - tugas dari Bapak Ibu guru yang begitu banyak dan membuatku hampir setres. Namun setelah lama kelamaan ternyata aku menjadi terbiasa, meskipun sambil menangis aku tetap mengerjakan tugas dari Bapak Ibu guru dengan penuh keikhlasan.note: Ini adalah kumpulan foto gemas kelas XII IPS 3
🩷🩷🩷
TBC
YOU ARE READING
Dandelions
Historical FictionIni adalah cerita sejarah singkat tentang perjalanan kehidupan ku yang penuh dengan rollercoaster. 🩷🩷HAPPY READING🩷🩷