Kamar Tidur Bekas Kakak (Horor)

9 1 0
                                    

Zainab Farah IzahNama Pena: Barshazai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zainab Farah Izah
Nama Pena: Barshazai

Tepat di sebelah kamarku, ada kamar tidur kosong. Dulu, aku pernah masuk ke dalam kamar itu. Tak ada hal aneh di sana. Hanya ada tempat tidur, meja rias, dan lembaran kertas yang berceceran di lantai. Udara di sana pengap, debu-debu menutupi lantai dan perabotan di kamar itu.

Tidak seperti di film-film, kamar kasong akan dikunci dan tidak ada siapun yang boleh memasukinya. Kamar ini, tampak seperti kamar biasa. Saat aku bosan, aku memasuki kamar ini. Entah, pagi, siang atau bahkan malam. Tak ada hawa menyeramkan di sini.

"Kenapa kamarnya tidak dibersihkan saja bu," tanyaku pada ibu beberapa hari kemarin. "Mengapa tidak kau saja yang membersihkannya?" Ibu hanya menjawab demikian. Aku sangat malas jika harus membersihkan kamar itu, karena itu akan menguras tenaga.

"Ibu akan pergi larut malam, jangan pergi kemana-mana!" Aku hanya mengangguk singkat sebelum ibu benar-benar menutup pintu. Saat aku akan naik ke lantai atas, pintu depan terbuka lagi. "Dan jangan pernah tidur waktu senja!" Aku hanya memutar bola mata jengah, "baik Bu."

Aku berderap dengan mata yang menahan kantuk. Lampu seluruh rumah sengaja kumatikan. Kriekkkk. Aku naik ke atas tempat tidur. Aku pun mulai terlelap di atas tempat tidurr.

Tok-tok-tok. Daun telingaku menangkap suara pintu diketuk. Dengan mata masih tertutup aku turun dari tempat tidur. 'Kenapa aku tidak menemukan pintu kamar?' batinku. Sejurus kemudian, aku membelalakan mataku.' Aku tidak mengetahui aku ada di mana. Tempatnya sangat gelap. Aku mencoba berjalan pelan-pelan.

Sudah lama aku berjalan, tapi aku belum menemukan apa-apa. Aku terduduk, sembari memeluk lututku, kutenggelamkan wajahku di antara lututku.

Aku mengangkat kepalaku saat ada angin yang menerpa tubuhku. "Haa?" Tiba-tiba saja, aku berada di sebuah hutan yang cahanya nampak remang-remang. Aku berdiri dan mulai menyusuri hutan ini. Hutan ini sangat lebat. Aku tak bisa menyentuh tanah, karena tanah ini tertutupi daun-daun, akar dan batang pohon.

"Aaaaaa." Kakiku terpeleset. Byurrrrrr. Aku terjeburr ke dalam air. 'Bagaimana ini, aku tidak bisa berenang.' Aku berusaha menggapai ranting pohon atau apapun di dekatku, tapi sepertinya aku berada di bagian tengah bukan di bagian pinggir.

"Aaaaa!" Ada sesuatu yang menarik kakiku ke dalam air. Aku berusaha mengerakkan tanganku untuk menjauh. Saat aku menyadari aku bisa menjauh dari sesuatu yang akan menarik kakiku, aku mulai mempercepat gerakan tanganku. 'Aku bisa berenang.'

Samar-samar aku melihat daratan. Aku meraih akar pohon, lalu menjadikan sebagai pegangan untuk naik. "Apa ini?" Baru saja aku naik ke daratan, ada hewan kecil yang mengerubungi tubuhku. Saat mengenai kulitku rasanya bukan main. Tak ada pilihan lain, aku pun segera berlari ke arah danau tadi.

Byurr. Aku menjeburkan diriku ke dalam air. 'Apa ini?' Airnya berubah menjadi kental, lengket, menjijikan, dan berbau seperti darah. Meskipun hewan tadi sudah tak mengerubungi tubuhku, tapi sekarang aku terjebak di danau ini. Aku tak lagi dapat melihat ujung danau.

Saat aku lengah, sesuatu dari dalam air menarikku dengan cepat. Air kental dan menjijikan seperti darah ini tertelan. Aku sudah berontak, agar aku dapat kembali ke atas permukaan, tapi usahaku tidak membuahkan hasil. Sesuatu itu menarikku semakin kuat, membuatku semakin jauh dari permukaan.

Saat sampai di dasar danau, sesuatu tadi menghentakkan kakiku dengan kasar. Di saat-saat itu, aku teringat ibu. 'Jangan pernah tidur di waktu senja!' Satu-satunya pesan ibu yang aku ingat. 'Ibu, aku ingin kembali.' Semakin lama, tubuhku semakin tak bertenaga. Kepala sakit bukan main, bagaikan ada batu besar yang terus menghatam kepalaku.

'Haa, suara apa itu?' Aku mendengar suara keras dari kejauhan, suara itu berulang-ulang. Badanku sangat sakit dan berat. Suara berulang-ulang itu berhenti, tapi tiba-tiba ada suara benda dari kayu yang terbanting. Brakkkk. Aku belum bisa mengerakkan tubuhku.

Plakkkk. "Kenapa tidur di sini?" Aku menoleh ke kanan lalu ke kiri. "Ibu sudah peringatkan, jangan pernah tidur waktu senja!" Aku ingat. Aku tadi tengah tenggelam. Dan sekarang? Tiba-tiba saja aku sudah berada di kamar kakak. "Ibu tau kalau kamu tidur!" Aku mendongak menatap ibu. "Ibu juga tau kamu terjebak di hutan, sungai, dan semua hewan-hewan itu!" ujar ibu penuh emosi. "Jika bukan tanda bulan sabit yang ada di pergelangan tanganmu, mungkin kamu tidak akan selamat!" Aku memandangi pergelangan tangan kananku. "Dan jika bukan karena ayahmu yang menukarkan nyawanya hanya agar kamu mendapat tanda bulan sabit itu, mungkin kamu akan bernasip sama seperti kakakmu!"

CerMin Laskar Pemimpi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang