Bab 4: Dorm 1

304 19 2
                                    

"Cupu?"

Suara rendah dengan nada mengintimidasi itu cukup membuat Juna terkejut. Dia membalikkan badan, tubuhnya tanpa sadar tersentak ke belakang. Jantungnya berdegup cukup kencang.

Melihat hal itu, Nolan tersenyum meremehkan.

"Long time no see," ujar Nolan dengan seringai yang masih bertengger di bibirnya.

.

.

.

"NOLAN," saking kagetnya, Juna memekik tanpa sadar.

"Berisik," ujar Nolan sambil mengorek telinganya karena jeritan Juna cukup kencang.

Juna menutup mulutnya untuk menghindari jeritan lain lolos dari sana karena saat ini Nolan beranjak dari tempatnya dan berjalan pelan ke arahnya. Tubuhnya tanpa sadar teringat setiap hinaan dan pukulan yang Nolan berikan selama di SMA.

Juna mengangkat kedua tangannya untuk pertahanan diri ketika Nolan kini berjarak hanya sejengkal tangan. Badannya yang lebih besar membungkuk mendekati telinga, memastikan yang lebih kecil dapat mendengar ucapannya dengan jelas.

"Jangan pernah macam-macam denganku disini. Sekali buka mulut, kau pasti tau apa yang akan kulakukan," Nolan beranjak dari sana dan meninggalkan Juna yang sedang mengatur jantungnya.

Juna cukup paham peringatan yang diberikan oleh Nolan. Pemuda itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dia tidak ingin mengalami nasib yang sama seperti jaman sekolah dulu, juga cukup lelah untuk melawan. Dia ingin menjalani kehidupannya dengan tenang.

Universitas dan agensi N merupakan bagian dari N Corp. Tidak semua orang yang berkuliah di Universitas N dapat bergabung dengan agensinya. Juna cukup beruntung diberikan kesempatan untuk bergabung dengan agensinya juga. Jadi saat ini dia berstatus sebagai trainee sekaligus mahasiswa. Jadwal kuliah dan latihanpun sudah diatur oleh perusahaan.

Namun peraturan di agensi N sangatlah ketat. Terutama citra baik yang harus dijaga oleh para trainee. Tidak heran kalau Nolan memberikan peringatan padanya, atas apa saja yang telah dia lakukan di masa SMA. Lagi pula dia tidak akan menang melawan kekuasaan Nolan. Yang dia fokuskan sekarang adalah mengejar mimpinya. Mimpi sebagai seorang penyanyi terkenal sebentar lagi akan terwujud. 

.

.

.

Kini Juna sedang berkumpul bersama anggota lain di N agensi. Juna menyadari bahwa kehidupannya setelah ini tidak akan tenang ketika mereka dikelompokkan menjadi grup lebih kecil. Dia tidak mengenal siapa dua orang lainnya, namun 3 orang yang mengeklaim dirinya sebagai Dream ada disana. Lebih buruknya lagi Juna tidak sengaja bertatapan dengan Nolan yang wajahnya semakin ditekuk. Dia tau kalau Nolan tidak suka padanya, tapi dia pun juga tidak berharap berada dalam satu grup dengannya.

"Kak Jerry?" senyuman muncul di wajah Juna. Kakak favoritnya kini sedang berdiri di hadapannya dengan pelatih profesional.

"Kalian boleh duduk," ujar nona D, panggilan beken, kepada trainee yang ada disana. Dia dan Jerry duduk di kursi yang telah disediakan, sementara para trainee duduk bersila di lantai.

Nona D memperkenalkan diri beserta anggota grup yang akan dia latih. Ini bukanlah grup tetap, bisa bertambah maupun berkurang tergantung perkembangan dari kami. Dia juga memperkanlkan Jerry sebagai mentor mereka nantinya. Selama perkuliahan yang padat, mereka akan latihan selama 4 jam sehari mulai jam 8 sampai tengah malam. Jadwal dapat berubah seiring waktu.

Juna tidak terlalu fokus pada perkenalan tersebut, dia sibuk memperhatikan Jerry yang sedari tadi menyimak, mencatat, sekaligus tersenyum mendengar candaan dari sang pelatih.

She Was HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang