William & Mirella; Tuduhan

20 4 1
                                    

Ditengah malam yang terasa dingin, seorang wanita baru saja sampai didepan manshion mewah dan dia menutup pintu dengan perlahan. Ruangan itu terlihat gelap gulita, dia tidak berniat menyalakan lampu karena ingin segera tidur setelah menghadiri sebuah pesta. Dia tidak menyadari kehadiran sosok yang terus  menatap lekat kearahnya. 

"Well well, Mirella kemana kamu sepanjang malam?" suara bariton yang terdengar dingin menyapa pendengaran Mirella. Dia sedikit terkejut saat mendengar suara suaminya, William.

William berjalan menuju Mirella, tatapannya terasa begitu tajam seolah melobangi jiwa Mirella. Dia mendekat sebelum menyandarkan wajahnya dekat dengan wajah Mirella. Tercium bau alkohol dari nafas Mirella. 

"Sepertinya kamu sangat bersenang-senang, hm?" Dia bersandar menjauh dari wajah Mirella, memalingkan wajahnya. "Kamu tahu bahwa aku benci ketika kamu berpesta dengan orang lain, kan?" 

"Um, ini pesta ulang tahun teman" Mirella sedikit mundur agar bisa bernafas dengan nyaman.

"Hm? oh itu benar, kamu mengatakan itu pesta ulang tahun teman" Tangannya mengenggam lengan kirimu, meremasnya tidak terlalu kuat. "Aku tidak peduli itu pesta apapun, aku benci ketika kamu berbicara dengan pria lain" Tatapan mata William kembali menajam dengan rahangnya yang mengeras. Mirella sedikit memejamkan matanya, sedikit menunduk. Ia sedikit lelah dengan kelakuan pria ini. 

"Aku tidak berbicara dengan, um" Mirella menahan dada William agar tidak mendekat menggunakan lengan kanannya. 

"Oh, jadi kita sedang memainkan permainan semacam itu sekarang?" suaranya sedikit kasar saat dia meraih bahu Mirella yang lain dan menariknya sehingga seluruh tubuh Mirella menghadapnya. "Apakah kamu bersenang-senang dengannya?"

"Dia siapa? Itu adalah pesta para wanita" Mirella lelah karena menghadapi kecemburuan suaminya yang tak berdasar.

"Berhentilah mengelak, aku tahu kamu berbicara dengan laki-laki." Suaminya mendekat dan menatap jauh ke dalam mata Mirella dengan begitu banyak amarah.

"Apakah kau suka kalau aku cemburu?" Dia mendekat ke telinga Mirella dan berbisik dengan suara mabuknya. "Mungkin aku menikmati ini, karena aku tahu kau tidak akan menyukainya, kan?" 

"Lalu bagaimana denganmu? Siapa gadis dari keluarga Enola itu?" Mirella menatap suaminya dengan tajam. 

Komentar yang Mirella lontarkan membuatnya marah, dia menjauhkan Mirella dari dirinya dengan tangan kanannya lalu mendorong Mirella ke dinding. "Beraninya kau membicarakan wanita lain? Apalagi wanita Keluarga Enola ini?"Dia mendekat ke wajah istrinya lagi dan meraih dagu dengan tangannya yang lain, tapi kali ini dia jauh lebih dekat ke wajah Mirella.

"Kau...kau milikku, kau tahu itu kan" Mirella bahkan tidak bisa menjawab, dia menarik dagu Mirella ke atas agar dia bisa menatap matanya.

"Lalu kamu? Mengapa wanita dari keluarga Enola itu berkunjung ke sini kemarin? Apa yang kamu rencanakan?" Dia bukan lagi wanita lemah yang akan melakukan apapun yang William mau, dia juga bukan wanita bodoh yang mudah percaya padanya lagi. 

"Wanita dari Keluarga Enola?" Dia melepaskan tangannya dari dagu Mirella, dia sedikit terkejut. "Aku, yah. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan" Dia membuang muka karena menahan malu. "Tapi tolong! Dia tidak penting, hanya kau dan aku saja, kau tahu itu" Dia meletakkan tangannya di kepala Mirella dan mendekatkan tubuhnya pada Mirella.

"Mari kita lupakan saja wanita dan pesta itu. Bagaimana menurutmu?" Dia menatap Mirella sambil tersenyum, mencoba mengabaikan pertanyaan Mirella sepenuhnya. 

"Dia bilang, dia punya janji denganmu" Mirella memandangi lengan suaminya, mengelusnya dengan lembut. Kelembutan bisa William rasakan pada sikap istrinya namun ada sedikit rasa sakit di hatinya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beneath the Veil of Sorrow: Unraveling a Deadly LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang