O3

108 17 1
                                    

Happy reading and sorry for typo!!

"Billy billy poco~ Billy poco, yeah!" Senandung Taki sembari melompat kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Billy billy poco~ Billy poco, yeah!" Senandung Taki sembari melompat kecil. Walaupun lorong ini terlihat sangat gelap juga suram, Taki mencoba untuk berpikiran positif dan tidak menjerumus ke hal-hal lain.

Sibuk bernyanyi dan melompat kecil. Kakinya tak sengaja menginjak sesuatu yang membuatnya tergelincir dan berakhir terjatuh dengan posisi tak elit, nyusruk. Taki meringis kecil, sikunya terasa sedikit sakit karena bergesekan dengan lantai guna menahan bobot tubuhnya.

"Aduh, apa sih nyandung-nyandung. Eh, apa nih?" Celoteh Taki. Mulai berdiri dan menoleh ke arah belakang, guna melihat apa yang baru saja menyandung kakinya.

Matanya menangkap sebuah kaki? Tunggu, sepertinya Taki mengenal sepatu itu... Dan apa itu darah?

Deg!

Irisnya membulat. Rongga mulutnya terbuka lebar, siap mengeluarkan suara.

"AAAAAAAAAAA!" Teriakan Taki menggelegar. Kepala menggeleng tak percaya dengan air matanya perlahan turun membentuk sungai kecil pada pipi gembulnya.

"KAK EUIJOO!" Seru Taki.

"TAKI!" Panggil seseorang dari arah belakangnya.

Taki menoleh, disana ada Nicholas yang terlihat tengah mengatur nafasnya. Laki-laki Wang itu mendekat ke arah Taki dan berjongkok di dekatnya. Iris tajamnya membelak tanda tak percaya, saat melihat keadaan Euijoo.

"Kak Nicho... Kak Euijoo nya... Hiks." Isak Taki memeluk Nicholas erat. Kepalanya merasa pusing karena pemandangan mengenaskan salah seorang kakaknya, yang terbujur kaku dengan bersimbah darah juga mata yang terbuka lebar, melotot.

Nicholas menggeram rendah. Siapa yang berani melakukan ini pada Euijoo-nya?

Laki-laki Wang itu mengusap punggung Taki agar si bungsu nomor dua itu sedikit lebih tenang. Sial, apa yang harus ia lakukan sekarang.

Dengan gerakan pelan, Nicholas melepaskan pelukan Taki, dan memegang kedua pundak kecil itu dengan tatapan serius.

"Taki kuat, ya? Kita bakal bawa Euijoo buat ketemu yang lain." Ujar Nicholas.

Taki yang masih dengan tangisnya, hanya mengangguk dan mengusap matanya, guna menghilangkan jejak air yang sempat menghalangi penglihatannya.

Nicholas menepuk kepala Taki pelan dan membantu si bungsu nomor dua untuk berdiri dari tempatnya. Jika bisa, ingin rasanya Nicholas menggendong Euijoo dan Taki di atas punggungnya secara bersamaan.

Nicholas beranjak mendekati tubuh Euijoo. Dengan tangan yang bergetar hebat, Nicholas menutup kedua iris ponyo milik Euijoo. Tangannya dengan perlahan mulai menelusuri pipi gembul milik si laki-laki Byun yang terdapat bercak darah dan sudah terasa sedikit mendingin. Sial, rasanya seperti ada banyak anak panah dengan bara api yang menusuk jantungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Labyrinth || &TEAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang