4

4 1 0
                                    

Setelah serangkaian pelajaran yang membosankan ini selesai, Aku merapikan alat tulis, bersiap untuk pulang.

"Azuri, temenin Aku ke Kak Isagi yuk," Miki menepuk bahuku.

"Oh, ayo."

Aku dan Miki berjalan ke kelas XII-A, tempat kelas Kak Isagi.

"Isagi ada di lapangan B, lagi ekskul bola." Jawab salah seorang anak.
Mau tak mau, Aku dan Miki ke lapangan B.

Kalian mungkin bingung, lapangan di sekolah Kami memang ada 2, bebas untuk digunakan. Hanya saja, lapangan B lebih khusus digunakan untuk ekskul bola. Aku melihat dari jauh, Kak Rin juga bermain bola. Tatapannya terlihat ganas, urusan bola adalah nomer satu bagi Kakakku.

"Miki!" Kak Isagi berseru saat melihat Miki.

"Azuri, kutinggal sebentar ya," jawab Miki.

"Ya," Aku menganguk.

Aku melihat, Miki dan Kakaknya sedang mengobrol. Aku baru pergi pertama kali ke lapangan ini. Ternyata cukup luas, saking luasnya ada 2 lapangan yang bersampingan, dan semua lapangan dipakai.

"DUAK!"

Sakit, sebuah bola mendadak mengarah ke kepalaku tanpa kusadari. Aku sudah ambruk ke tanah. Ergh, Aku merasa ada sesuatu yang mengalir dari hidungku. Sedikit menyesali diriku yang tidak hati-hati melihat sekeliling. Samar-samar, ada yang berseru dari kejauhan. Tak terlalu jelas, karena kepalaku terasa berat. Aku tidak bisa fokus.

"Azuri! Azuri!"

Gelap seketika.

*****

Pov Rin.

15 menit sebelum kejadian.

"Oper! Woi, oper!" Sorak-sorakan menyeru. Rin menatap dari tempat duduk.

"Yo, Rin-kun." Aryu melempar botol air ke Rin, Rin menerimanya. Ia membuka tutup botol.

"Hei, Rin. Tumben Kau tidak mau ke tengah lapangan? Ada apa?" Tanya Aryu.

"Malas."

"Rin? Seriusan? Seorang Itoshi Rin malas main bola? Kau lihat Isagi, Dia sudah seperti orang gila dengan bola." Tunjuk Aryu.

Sebenarnya Rin mengelak, ada beberapa hal yang sedang Ia pikirkan, sehingga urusan bola favoritnya tersingkirkan.

"Oi Rin, gantiin Bachira dong!" Seru Bachira, Ia sudah berlari tanpa bisa dicegah Rin.

"Ckck," Rin sedikit malas bangun dari tempat duduk.

Permainan terus berlanjut, Rin melupakan sejenak hal yang Ia pikirkan, Ia sibuk menggiring bola. Demi menciptakan gol terbaik.

"Miki!" Rin melihat Isagi yang memanggil adiknya, dilihatnya juga Azuri yang ikut bersama Miki.

"Ngapain Dia kesini?" Batin Rin.

Rin mengangkat tangannya ke Aryu, Aryu yang paham melempari botol air ke Rin. Rin segera meminumnya.

"DUAK!"

Rin menoleh ke sumber suara yang keras itu. Ia terkejut bola itu menggelinding di dekat adiknya. Ia reflek melihat lapangan, ada seorang anak yang berlari ke sisi luar lapangan.

"Woi, Rin!" Aryu berteriak melihat Rin yang berlari ke sisi lain lapangan. Rin tidak peduli, baginya anak laki-laki yang kabur sendirian di tengah kejadian tersebut sangatlah aneh.

Rin berhasil mengejarnya, Ia mencengkram kerah belakang seragam anak tersebut. Ternyata Ia Kai.

"K, Kak Rin."

"Ngapain lari?"

"Eng, enggak kok, Kak. Saya cuma-"

"DUAK!" Rin sudah meninju rahangnya. Wajah Rin sangat marah, perkataan Isagi terngiang di pikirannya.

"Lo ga tau Rin? Tadi ada kejadian heboh di kelas X-A," bahas Isagi.

Rin yang selesai ganti baju untuk ekskul bola, menoleh.

"adek gue uangnya dicuri sama Kai, anak kelas sebelah. Adek Lo yang ngungkapin kasus pencuriannya. Kata orang-orang udah kayak dektektif aja adek Lo itu." Cerita Isagi.

Kepala Rin terasa kosong, entah sudah berapa pukulan yang Ia hantam ke wajah Kai.

"Kak Rin," wajah Azuri terbayang selintas di memori Rin.

"Itoshi Rin!" Aryu menarik lengan Rin. Rin menoleh, nafasnya tak karuan.

"Gue paham urusan Lo, tapi urus adek Lo dulu, gue takut kenapa napa."

Rin melepas kerah Kai, Kai jatuh terkapar, Ia pingsan.

"Urus Dia," Rin melangkah pergi.

"Adek Lo di UKS sekarang, dijaga sama temennya!" Seru Aryu.

Rin melangkah santai, tangannya sedikit menetes darah Kai yang Ia pukuli. Rin mengeluarkan ponselnya, Ia menghubungi seseorang.

"Bawain dokter ke rumah, sama tolong jemput Saya di sekolah."

"Baik, tuan muda."

Pov Rin selesai.

Blue Lock [School Edition]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang