Pergi

6 1 0
                                    

Klak      Klak      Klak 

Suara hak tinggi beradu dengan lantai terdengar menggema di lorong kantor yang gelap, tidak segelap yang kalian bayangkan, masih ada sedikit pencahayaan yang menyoroti lorong meskipun pencahayaan itu remang-remang. Jam menunjukan pukul sembilan malam, tidak heran jika kantor mulai sepi, hampir semua ruangan tidak ada penghuninya, hanya ada beberapa ruangan yang digunakan termasuk ruangan Chief Executive Officer. 

Gadis dengan kemeja biru yang dilapisi dengan blazer abu itu masuk ke dalam sebuah ruangan yang bertuliskan Chief Executive Officier Room. Di sudut ruangan terlihat seorang laki-laki paruh baya sedang memegang kertas putih, dirinya tampak serius terlihat dari kerutan dahinya dengan jumlah lipatan yang tak terhitung meskipun begitu ketampannya tidak hilang satupun ditambah lagi kacamata yang bertengger di hidungnnya , laki-laki itu tampak gagah dan berkarisma. 

"Dad" Merasa di abaikan gadis itu segera duduk di atas meja, beruntungnya tak ada siapa pun diruangan ini kecuali mereka berdua dan yang paling terpenting tidak ada benda elektronik seperti leptop di atas meja. Laki-laki paruh baya itu hanya bisa menatap datar anak perempuan satu-satunya, ia tidak heran lagi dengan tingkah anaknya yang menurutnya selalu berada diluar nalar berbeda sekali dengan sang ibu yang begitu lembut dan sopan-santun. 

"Huh, Thea you crack me up" ujar pria paruh baya kepada sang putrinya. Gadis itu adalah Althea Allora Mallory, akrab dipanggil Thea. Thea hanya menyunggingkan sudut bibirnya. 

"Dad which country will I go to? Can't you just go, I'm tired?" keluhnya, bagaimana tidak semenjak ia menginjakan kaki di kantor ini, Thea selalu ditugaskan untuk melakukan perjalan bisnis, baik melakukan rapat, kunjungan bisnis, bertemu dengan klien, dan lain-lain yang berkaitan dengan perusahan. Jujur saja dirinya lelah, meskipun bekerja adalah hobinya tetapi  bertemu dengan orang berbagai macam seperti penipu dan penjilat itu melelahkan baginya. 

"No Thea, you should go because you are the future successor of this company" tegas sang ayah 

"Ohh ya, i know dad. So, Which country am I heading to now?" 

"Bali, You are going to the country of Indonesia more precisely to Bali, as you know the CEO of the airline company in Bali will retire, and now is your chance." ujar ayahnya

"Dad, don't joke, my age doesn't qualify for that, and I want to enjoy my youth."

"Thea it is not my joke, either now or the day after tomorrow you will still accept this responsibility. There is no time for you to relax Thea, you must learn from now on. Even if you refuse you will still go tomorrow, so prepare your stuff today, tomorrow you have to fly to Bali." Thea tidak percaya dengan keputusan ayahnya, mengapa begitu mendadak. Thea tidak memiliki persiapan untuk terbang besok, tidak bisakah ia pergi lusa? sepertinya memang tidak bisa. Ia tahu ayahnya adalah orang yang sangat disiplin dan tegas, Thea tahu ayahnya tidak akan membuang waktunya untuk hal yang tidak berguna dan mungkin sekarang berlaku untuknya, terkadang Thea memanggil ayahnya adalah robot berjalan. Thea tahu kehidupan ayahnya hampir sama dengan dirinya, tetapi ada sedikit perbedaan dirinya lebih santai daripada ayahnya. Ketika ia akan menunda satu pekerjaan, ayahnya akan mengambil satu pekerjaan dan menyelesaikannya dengan cepat. Begitulah ayahnya yang  in time. Jadi tidak ada gunanya berdebat dengan sekarang ayahnya. 

Dengan perasaan yang kesal Thea membuka pintu tersebut dengan kasar, beruntungnya pinti itu terbuat dari kaca sehingga tidak ada suara dari pintu tersebut. Miller yang melihat kekesalan anaknya hanya bisa menggelengkan kepala dan membereskan semua pekerjaannya. Miller bersiap untuk pulang, mengambil jas yang tersampir di sandaran kursi dan mematikan lampu ruangan adalah kewajibannya. Meskipun ia ada bos disisni, tetapi ia juga bertanggung jawab dengan saran dan prasan di dalam ruangan. 

Tiba di parkiran, Miller melihat putri semata wayangnya bersandar di pintu penumpang dengan wajah yang ditekuk. Miller tersenyum melihatnya, putri kecilnya tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik ntah siapa yang akan meminangnya ia takkan mengizinkan hak tersebut. Memang ayah yang jahat, Miller merasa kasihan dengan putrinya yang bersandar di pintu mobil segera membuka kunci melalui remote yang berada di sakunya. 

Cuit             Cuit             Cuit           

Suara itu membuyarkan lamunan Thea, ia segera membuka pintu penumpang tempat ia berada. Tepat ketika menutup pintu, pintu sebelah penumpang terbuka dan menampilkan pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya. Thea mengabaikannya lantaran ia masih kesal dengan pria itu, dengan seenak jidatnya meminta Thea untuk terbang ke Indonesia secara mendadak Thea sangat kesal. 

"Never mind Thea, your face will be even uglier if you act like that." ujar Miller tetapi tidak ada balasan dari putrinya, Miller tahu ia diabaikan oleh putrinya, itu tidak masalah. 


***

"Althea what's wrong with you?" tanya wanita cantik, umurnya jauh lebih tua daripada Thea. Wanita itu merasa sedikit aneh dengan tingkah laku Thea tidak seperti biasannya. Hari ini Thea terlihat murung dan langsung masuk begitu saja kedalam kamarnya tanpa ada sapaan seperti biasa. 

"No mom,  I'm just little upset" jawab Thea seadannya kepada wanita yang umurnya lebih jauh daripadanya, tidak lain merupakan ibunya sendiri. 

"Upset? why? who pisses you off? Thea tidak menjawab pertanyaan dari ibunya, ia memilih untuk membereskan pakaian yang dibwa ke Indonesia. Aletha sedikit kebingungan melihat putrinya mengambil kpakaian dan memasukan kedalam koper. 

"Thea where are you going? why don't you tell mom. what do you think mom is, kid?" ujar sang Ibu dengan nada yang dibuat sesedih munkin seperti ayam kehilangan induknya. Thea hanya memutar bolanya malas, menurutnya ibunya ini adalah ratu drama di dalam rumahnya. Jika ada perlombaan mengenai ratu drama sudah pasti ibunya yang akan menjadi pemenang. Bagaimana tidak lihat saja ibunya bahkan sudah menangis dan Thea tidak ingin dimarahi ayahnya lagi. Sudah cukup perdebatan dengan ayahnya membuat dirinya lelah, jangan lagi menambah beban pikirannya melihat ibunya menangis sungguh membuat kupingnya panas. 

Hikss               Hiksss                      Hikssss

"Thea where are you going? why don't you tell mom?" desak aletha. 

"Mom just ask all those questions to your husband? " jawab althea

"Why? What does your leaving have to do with my husband?"

"i don't know but you can get all the answers to your questions through your husband." 

"My husband? Why?" tanya aletha dan Thea hanya membalas dengan menaikan bahunya, ia memilih untuk melanjutkan pakaian yang akan dibawa ke Bali. Sedangkan Aletha memilih untuk meninggalkan anaknya. 

Althea memasukan beberapa potong pakaian yang sekiranya cocok diipakai di Indonesia, yang ia tahu Indonesia beriklim tropis berbeda dengan negaranya yang beriklim subtropis. Althea belum mengatahui keadaan Indonesia sebenarnya, alhasil ia hanya membawa beberpa pakaian saja sisanya mungkin ia beli disana agar menyesuaikan keadaan di negara itu. Thea juga tidak lupa memasukan perawatan kecantikan dan kebutuhan pribadinya. Sementara untuk pasport dan Visa Thea akan mengurus besok pagi, sedangkan ia akan berangkat besik malam jadi ada waktu untuk menyiapakan beberapa hal lainnya. 


***


Nggak suka? simpan aja di perpustakaan 

Yuk dibaca sampai sepuluh part yuk pasti jatuh cinta 

Ditunggu part selanjutnya 






AltheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang