kakak Mima cantik

9 0 0
                                    

Aku tersenyum ketika melihat Abel sudah berdiri menyambutku. Dengan tak sabar, Abel menariku naik ke kamarnya. Aku bahkan gak sempat buat sekedar menyapa beberapa asisten rumah tangga di ruang tamu tadi.

"Liat deh, gambaran kak Mima di lanjutin om Mattin," kata Abel sambil menunjukan kertas gambar milikku yang gak sempat aku selesaikan kemarin.

Aku melihat dengan seksama. Gaun princess yang sebelumnya aku warnai dengan warna merah muda, bercampur dengan warna hitam. Bahkan bibir yang rencananya akan aku warnai dengan warna merah sudah diwarnai dengan lagi-lagi warna hitam

Aku hanya tersenyum simpul, "gapapa Abel, ini bagus kok." Kataku berbohong. jujur aja, dibandingkan milik Abel, kertas gambar yang awalnya miliku ini kelihatan gak karuan.

Abel mengambil gambar miliknya, "kalo sama yang aku, lebih bagus mana?" Tanyanya.

"Punya Abel, dong," jawaku cepat.

Siapapun yang melihat pasti akan setuju dengan jawabanku.

"Berapa nilai buat gambar Abel?"

Aku berfikir sebenetar, "eum— sepuluh," kataku kemudian.

"Kalau punya om Mattin?"

"Punya om Mattin bagus, tapi aku kasih nilai lima." Kataku sambil lagi-lagi melihat hasil gambarannya.

Abel mengangguk, lalu menaruh kertas gambar tadi ke dalam laci. Abel kini membuka lemari dan mengeluarkan kotak besar, menaruhnya di depan tempatku duduk.

"Kita main puzzel yuk, kak Mima."

Aku mengangguk setuju, satu persatu puzzel aku keluarkan dari tempatnya. Abel juga melakukan hal yang sama.

Saat kami mulai fokus menyusun potongan puzzel ini, Abel terperanjat begitu mendengar teriakan dari luar kamar.

"Abel, om Mattin pulang."

Mendengar itu, Abel buru-buru menutup pintu kamar yang sebelumnya terbuka lebar.

"Bel, bukain dong aku kan mau kenalan juga sama temen kamu." Kata suara dari luar kamar.

"Enggak, aku kan bilang yang ini gak boleh."

"Pelit ih abel!"

"Berisik!"

Terus aku diem aja dengerin Abel yang masih ngelarang orang diluar sana masuk.

☆☆☆

Aku sudah menghabiskan waktu sekitar lima jam bersama Abel, kami turun kebawah setelah merapihkan mainan yang berserakan dan Menyusun kembali ke dalam lemari khusus menyimpan mainan.

Aku harus kembali ke cafe untuk mengambil barangku yang tertinggal di sana. Tapi, aku masih di ruang tamu rumah Abel. Belum bisa pulang karena hujan di luar cukup deras, aku juga yakin gaakan ada driver ojek online yang mau mengambil orderanku.

Sambil nunggu, Abel ngolesin kutek di kuku jariku. Aku anteng aja liatin tangan Abel yang udah kaya ahli banget gerakin kuas kutek di kuku jariku.

Perhatianku teralihkan sama suara langkah kaki yang mendekat ke arahku dan Abel, dia berjalan sambil mengucek matanya. Aku bisa tebak kalau dia baru bangun tidur.

Emang sih, hujan siang-siang gini paling enak kalau tidur.

"Udahan mainnya, aku mau anterin dia pulang." Katanya.

Abel mendelik sedikit kesal, "gak!"

"Aku di suruh papa kamu loh buat anterin dia," kata dia

I Only Have Eyes For You ; mark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang