Aku ada di rumah Abel sekarang, setelah Mattin pamer kalo dia lagi di tempat yang sama denganku, berakhirlah Abel menelfon Mattin dan meminta untuk membawaku ke rumahnya.
Aku sih seneng aja, bisa main sama Abel. Terus bisa lepas juga dari posisiku sebagai nyamuk di depan Ivana dan Egi.
"Maaf ya Jemima, kamu jadi harus kesini padahal lagi libur," kata mamanya Abel yang gila cantik banget. Namanya Betari, Ini kali pertama aku ketemu mamanya abel sih, waktu itu cuma pernah ngobrol lewat telfon aja.
"Gapapa kok tante, kebetulan lagi gaada kegiatan juga." Kataku.
Aku mengalihkan pandanganku pada Abel dan Mattin yang masih beradu mulut sejak Abel melihat Mattin dengan sengaja menggandeng tanganku di depan Abel.
Padahal tadi udah aku coba lepas biar tangan kita gak gandengan lagi, tapi dia kuat banget kaya byson.
"Emang gitu mereka, kalo gak berantem sehari aja meriang," jelas Tante Betari, "tapi kalo gaada Mattin, Abel beneran meriang loh."
Aku merespon dengan tertawa.
Setelah itu Abel narik tanganku dan ajak aku buat pergi ke kamarnya, "jangan ikutin kita." Katanya kepada Mattin yang sudah berdiri dan siap mengikuti aku dan Abel.
"Kak Mima kita main barbie ya hari ini, kak Mima jadi barbie aku jadi temennya."
"Aku kan mau main juga," kata Mattin masih tetap mengikuti aku dan Abel.
"Kita mau main barbie, emang kamu mau?"
"Kamu gak tau aja di film barbie ada yang namanya Ken," kata Mattin.
Abel menghentikan langkahnya, "kalo dia jadi ken, dia jadi siapanya barbie?"
"Ken itu temennya barbie," kataku.
"Ih gak tau dia, Ken kan pacarnya barbie," Mattin mengoreksi perkataanku.
Aku melotot, gak bisa lagi menyembunyikan ekspresi kesalku.
"Oke kalo gitu, kak Mima gausah jadi barbie," kata Abel yang membuat aku dan seisi rumah tertawa, "gausah ada yang jadi barbie," lanjutnya.
"Dih, udah jadi barbie dia cocok," kata Mattin masih enggan kalah.
"Dia cocok, kamunya yang gak cocok." Abel mencubit pelan hidung mancung Mattin.
"Masa main barbie tapi gaada barbienya?"
"Kamu mau ikut main atau enggak?" Tanya Abel yang dengan cepat di angguki Mattin.
"Yaudah ikutin apa kata aku."
Jadilah, aku dan Abel serta Mattin yang berjalan di belakang kita pergi menuju kamar Abel.
☆☆☆
"Makasih ya Jemima udah temenin Abel hari ini," kata tante Betari.
Aku mengangguk, "sama-sama tante," lalu berdiri dari duduk setelah selesai mengikat tali sepatuku.
"Loh kamu mau kemana?" Tanya tante Betari ketika melihat abel yang sibuk dengan sepatunya.
"Aku mau ikut anterin kak Mima," jawab Abel, masih sibuk membenahi sepatunya.
Setelah tadi tante Betari meminta Mattin untuk mengantarku pulang, Abel memang dengan cepat berlari mengambil sepatu dan baju hangatnya.
Mattin menggeleng cepat, "Ih mana boleh, kita kan mau berduaan."
Mulai. Kalau gak inget tante betari adalah kakaknya, udah ku cubit kali dia.
"Abel katanya mau pakein mama kutek biar samaan kaya Abel sama kakak Mima" kata tante Betari membujuk Abel.
Abel menghela nafas keliatan kecewa, "kak Mima, kalo om Mattin iseng telfon mama ya." Pinta abel yang langsung ku angguki.
Sekali lagi aku pamit kepada Abel. Jujur aja, aku juga kecewa Abel gak bisa ikut mengantarkanku pulang.
"Udah kakak Mimma kita pergi aja," kata Mattin, "dadah Abel, aku sama kakak Mima pergi dulu ya," katanya lagi.
Demi tuhan, Mattin nih kalo gak iseng kayanya tipes.
Dengan agak kesal ku tarik pelan aja tangan dia, bodo amat lah aku lebih gak tega liat Abel yang mukanya udah memerah nahan kesal.
"Kayanya Abel suka banget deh sama lo," ujar Mattin.
Aku diem aja cuma dengerin, sambil liat jalanan yang hari ini agak lebih rame dari biasanya.
"Gue akuin lo pinter banget sih menarik hati orang," katanya lagi, "gokil sampe gue aja ikut ketarik." Kata dia lagi sambil senyum ganteng. Maksudku, senyum penuh arti.
Mendengar itu, aku jadi salah tingkah terus gak sengaja keselek air liurku sendiri.
"Kenapa sih lo iseng banget sama Abel?" Tanyaku mengalihkan.
Dia ketawa, "Lo gak liat apa dia kalo kesel lucu gitu."
Iya sih aku setuju.
"Tapi gak mesti setiap saat lo isengin juga kali."
"Iya deh, maaf ya kakak Mima."
Terus kita diem. Aku yang diem, Mattin sepanjang jalan ngoceh terus dan anehnya dia nemu terus topiknya.
Mattin memberhentikan mobilnya di depan gerbang kosku.
"Makasih ya," kataku.
"Mattin please Mattin aja, gausah pake om."
Aku menatap dia heran, "Siapa juga yang mau panggil om."
Tangaku bergerak membuka pintu mobil, tapi dengan cepat Mattin menahan tanganku.
"Ntar malem gue telfon ya," kata dia.
"Ngapain?"
"Minta pembelaan lah, ntar pasti kena amuk Abel nih gue."
"Urus sendiri lah, siapa suruh iseng." Kataku terus buru-buru aku keluar dari mobil, bahaya kalau aku lebih lama lagi berduaan sama dia.
☆☆☆
"Ntar malem gue telfon ya."
Pantes aja Mima bilang bahaya, orang tampilannya aja begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Only Have Eyes For You ; mark
Fanfiction"I'll show you the best version of falling in love"