Mobil BMW Gran Couppe 840i berwarna black saphire itu melaju dengan kecepatan sedang bergabung bersama kendaraan lainnya di tengah jalanan yang padat di kota dengan julukan The Big Durian.
Pemuda itu Baraka Adiwangsa sang pemilik kendaraan yang sedang fokus menyetir, pria berbadan tegap dan tinggi, berkulit kuning langsat serta memiliki lesung pipi yang membuat wajahnya semakin menawan dikala ia tersenyum.
Berselang sepuluh menit berlalu dering ponsel pribadinya menginterupsi pria yang sedari tadi fokus mengemudi.
Ia menepikan dulu kendaraanya di bahu jalan, lantas tangan kirinya meraih benda pipih yang bergetar di dashboardnya.
Nama seseorang tertera di layar ponsel milik pria itu, rupanya sang Ayah yang menelpon. Liam Adiwangsa pemilik perusahaan Adiwangsa Hospitality and Tourism, Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata.
Raka segera menekan tombol hijau di layar ponselnya.
"Hallo Pa ada apa?".
"Halo nak, kamu sudah berangkat ke kantor dari tadi?" Tanya Liam
"Iya Pa. Ini Raka masih di jalan Pa, Papa mau ngomong apa?"
Di seberang telepon, ayahnya menganggukan kepala "Kamu ingat kan Papa pernah bilang kalau Papa punya janji sama sahabat Papa sebelum kalian lahir. Nah malam ini rencananya Papa dan keluarga Hartono akan membicarakan soal perjodohan kalian, jadi nanti setelah kamu pulang kerja kamu siap-siap buat dinner".
"Hmm iya Pa, nanti aku siap-siap". Raka menarik nafas pelan sembari mengiyakan perkataan sang ayah
Tuttt... Liam mematikan sepihak panggilan telepon itu.
"Huh dasar orang tua". Gerutu Raka yang sudah paham dengan sikap ayahnya yang bertindak sesuka hati.
Raka memang tidak menolak karena baginya percuma saja membantah perkataan orang tuanya itu. Liam memang orang yang berpendirian dan keras kepala, apapun yang sudah menjadi keputusannya tak akan bisa diganggu gugat.
---
Di salah satu ruangan dengan dinding berwarna biru muda dan beberapa hiasan dinding yang bernuansa pantai, gadis remaja itu masih nyaman terlelap di balik selimut yang membalut tubuhnya.
Seorang gadis berparas cantik dan berkulit putih bersih, Nadira Oceana Hartono sang pemilik kamar. Si pecinta pantai dan lautan persis seperti Bundanya yang memang sedari kecil menyukai lautan dan akhirnya ketika anaknya lahir Ia memberinya nama tengah "Oceana".
Tok..tok..
Dari luar kamar, seorang wanita berusia empat puluh tahunan itu mengetuk pintu kamar anak gadisnya.
"Diraa..bangun dek udah siang gini nanti telat sekolah kamu"
Gadis yang masih nyaman bergelung di balik selimut pun mulai terusik dari tidur lelapnya, perlahan ia meliukkan badan dan melenguh perlahan.
"euughhh"
Tok..tok...
"Dek bangun dong nanti kamu kena marah Ayah loh kalau gak bangun juga"
"Bentar Bun, lima menit lagi" gadis cantik itu menyahut masih dengan mata terpejamnya.
"Ibun udah nyiapin sarapan kesukaan mu loh, kalau gak mau bangun Ibun habisin aja yah"
Dira yang tadinya masih memejamkan mata lantas seketika matanya langsung melek mendengar sang Bunda telah membuatkan sarapan kesukaannya.
"Oke wait.. Dira bangun"