Suara motor besar berhenti tepat di luar gerbang rumah megah dengan pagar menjulang tinggi, Viola turun dari jok motor milik dan mencoba melepaskan helm hitam yang masih menempel di kepala nya. Namun tangan besar seorang laki-laki tiba-tiba menyentuh tangan Viola, dan membantu gadis itu membukakan helm nya.
Alexander Wilhelm, ia adalah cowok yang saat ini mengantarkan Viola pulang ke rumah nya. Alex merupakan salah satu cowok populer yang berhasil meretas keamanan sekolah Perabangsa 1 dan mencuri berkas-berkas ujian di setiap semesternya. jelas saja kalau dia selalu mendapat rangking ke dua dalam kelasnya.
" Makasih kak" ucap Viola, setelah Alex selesai merapikan rambutnya.
Alex tersenyum " udah sana masuk, ntar kalo ada apa-apa hubungi kak Alex, Oke"
Viola dengan semangat mengacungkan kedua jempol nya " siap, kak Alex hati-hati pulang nya. Jangan ngebut-ngebut "
" Iya Vi, udah sana" ucap Alex mengibaskan tangannya, dan kembali tersenyum melihat Viola berbalik menatap ke arahnya, sebelum gerbang besar itu kembali di tutup meninggalkan suara geretan besi yang cukup berat.
Baru beberapa langkah Viola memasuki rumah nya, suara besar Heri menghentikan pergerakan gadis cantik itu. Sebenarnya ini sudah di perkirakan oleh Viola, karena ayah nya mengirimi dia pesan agar pulang jam lima sore, namun dia sampai di rumah hampir jam sebelas malam. Dan itu semua memang sudah di sengaja.
" Jam berapa ini Viola, kenapa baru pulang sekarang" Heri berkata dengan penuh penekanan, menatap tajam pada anak gadisnya.
Viola hanya diam mematung, menatap datar wajah ayah kandung nya yang sekarang perlahan berjalan ke arah nya. Dari ujung ekor matanya, Viola tahu kalo ibu tiri dan saudara tirinya sedang menonton perdebatannya.
" Kamu ngak bisa ngomong, orang tua tanya tuh di jawab!" Heri dengan geram mencengkram dagu Viola. tak mengelak dan tak melawan, viola memilih diam dan menelan rasa sakitnya dengan pasrah. ia sudah lelah mencari pembelaan, lelah mencari kebenaran yang pada akhirnya tetap dia yang akan di salahkan. biarkan saja papanya menyiksanya, semakin banyak siksaan yang Viola dapat dari Heri, maka semakin kuat juga keinginannya untuk meninggalkan rumah ini.
" Pah.. " irin berjalan dengan tergesa, mencoba melepas tangan besar heri dengan sekuat tenaga " lepasin tangan papa, kak Viola kesakitan pah"
Viola mendesis setelah Heri menghempas cengkraman di dagunya, dia melirik tajam ke arah irin yang sekarang berdiri di samping nya "ngak usah pura-pura nolongin, Kamu suka kan liat papa kamu nyiksa aku... "
" VIOLA kamu udah keterlaluan, adik kamu tulus belain kamu, dia selalu baik sama kamu. Tapi kamu malah nuduh dia seperti itu, ngak punya otak apa?" teriak Heri.
" NGAK PUNYA PAAH... " teriak Viola, tubuhnya gemetar karena marah. sungguh hati nya sakit mendengar kata-kata kasar yang terlontar dari mulut orang tua kandungnya, ini sudah melewati batas " OTAK AKU UDAH MATI SEPULUH TAHUN YANG LALU, SEJAK PAPA PISAHIN AKU SAMA MAMA. NGEBIARIN MAMA TERLANTAR DI RUMAH SAKIT JIWA, MAMA NGAK GILA, TAPI AKU.... AKU HIDUP BERHARI-HARI DENGAN ORANG GILA, KENAPA OTAK AKU BISA MATI TOTAL, ITU JUGA KARENA PAPA.... "
" CUKUP.... menurut kamu pantas bicara seperti itu sama papa, ini papa kamu bukan cuma irin. Kamu anak kandung papa, Viola "mata Heri memerah dengan nafas naik turun di dada.
Viola tersenyum paksa, mengeluarkan suara tawa lirih yang sangat jelas sedang menertawakan orang-orang di sana "papa.... Seperti apa peran papa, kok aku ngak pernah ngerasain gimana enak nya hidup punya papa. menurut aku papa aku udah ngak ada, dan yang sekarang berdiri di depan aku hanya papanya irin, tuan rumah pemilik rumah ini. Risa nikahin papa karena papa kaya bukan? "
" VIOLA KAMU KETERLALUAN.... "
" Mas " Risa menahan tangan suaminya yang ingin melayangkan pukulan pada Viola "Viola cukup nak, sekarang masuk ke kamar kamu. sudah ini sudah malam, waktunya istirahat"
viola tersenyum miring lalu melenggang pergi menuju kamarnya, pintu kamar tertutup dengan suara bantingan yang cukup keras. tubuh viola merosot ke lantai, tangis nya pecah dengan air mata mengalir deras membanjiri pipinya. dia sakit hati, kecewa dan terluka. untuk saat ini Viola hanya ingin bertemu ibunya, dia ingin bercerita dalam rengkuhan hangat dan usapan lembut seperti yang ia rasa saat kecil. ia tak dapat menahan tangisnya ketika semua kenangan indah itu berputar di memori otaknya, viola sadar itu tidak dapat di ulang. namun bisakah ia bertemu dengan ibunya meskipun satu kali, viola janji akan menghargai setiap detik bersama dengan ibunya. karena untuk sekarang, tidak ada orang yang dapat menjadi sandarannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Viola My Queen
Romance⚠️ Jangan lupa follow dulu sebelum baca, biar ngak ketinggalan ⚠️ " jangan jadikan aku merpati, meski cantik, aku tidak mau menghabiskan sisa hidupku hanya dalam sangkar yang kosong " " kamu Bukan merpati, bukan Putri. Tapi kamu adalah ratu penguas...