Chapter 𝐎𝟏

152 48 5
                                    

𝐑aungan beruang itu memenuhi telingaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐑aungan beruang itu memenuhi telingaku. Napas panasnya menyerang cuping hidungku, meningkatkan hasrat membunuh. Di belakang, aku bisa mendengar napas tersenggal pemuda itu. Suara putus asa itu membuat kuku-kuku menancap ke tanah. Sekali lagi, aku meraung ke arah predator yang lebih besar ini, menantangnya untuk berusaha melewatiku.

Apa yang tengah kulakukan?

Aku mempertaruhkan nyawa untuk melirik ke arah pemuda itu dan nadiku berpacu. Tangan kanannya menekan luka di pahanya. Darah mengalir di antara jemarinya, menggelapkan warna jeans-nya sehingga terlihat bak terciprat cat hitam. Sayatan di kemejanya nyaris tak mampu menutupi luka merah yang menodai dadanya. Sebuah geraman muncul dari kerongkonganku.

Aku merunduk, otot-otot berkontraksi, siap menyerang. Beruang grizzly itu berdiri di atas kaki belakangnya. Aku tetap mempertahankan posisiku.

Sakura!

Teriakan Sasori memenuhi pikiranku. Seekor serigala coklat luwes berlari dari hutan tengah dan menyerang panggul beruang yang tak terlindungi apapun. Grizzly itu berputar, mendarat di atas keempat kakinya. Air liur muncrat dari mulutnya saat ia mencari penyerang tersembunyi. Namun-Sasori secepat kilat menghindar dari terjangan sang beruang. Dari setiap ayunan sebesar batang kayu dari beruang itu, dia menghindar dari jangkauannya, selalu bergerak sedetik lebih cepat daripada beruang tersebut. Dia mengambil peluang itu, kembali memberikan gigitan yang mengganggu. Saat punggung beruang itu berbalik, aku melompat maju dan merobek segumpal daging dari tumitnya. Beruang itu berbalik kearahku, onyx berputar, kesakitan.

Sasori dan aku mengendap-endap di tanah, mengelilingi binatang besar ini. Darah beruang itu membuat mulutku panas. Tubuhku menegang kami terus melakukan tarian menegangkan. Onyx sang beruang membayangi. Aku bisa mencium keraguannya, ketakutannya yang muncul. Aku mengeluarkan gonggongan pendek dan kasar serta memperlihatkan taringku. Grizzly itu mendengus sambil berbalik dan melangkah dengan susah payah ke dalam hutan. Aku mengangkat moncongku dan melolong penuh kemenangan. Sebuah rintihan mengembalikan kesadaranku. Pendaki gunung itu menatap kami berdua, matanya melebar. Rasa ingin tahu menarikku ke arahnya. Aku telah mengkhianati tuanku, melanggar aturan mereka. Semua gara-gara dia.

Kepalaku merunduk dan menghirup udara sekitar. Darah pendaki gunung itu membanjiri kulitnya dan mengalir ke tanah, bau tajam tembaga menimbulkan kabut memabukkan dalam pikiranku. Aku melawan keinginan besar untuk mencicipinya.

Sakura? Peringatan Sasori menarik pandanganku dari pendaki gunung yang ambruk itu.

Pergi dari sini. Aku memperlihatkan gigi-gigiku ke arah serigala yang lebih kecil itu. Dia merunduk dan merayap di tanah ke arahku. Kemudian, dia mengangkat moncongnya dan menjilat sisi rahangku.

Apa yang akan kau lakukan? Manik ruby bertanya padaku.

Dia terlihat ketakutan. Aku mengira-ngira apakah dia berpikir aku akan membunuh pemuda itu untuk kesenanganku sendiri. Rasa bersalah dan malu mengalir dalam darahku.

Shadow of the moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang