Legenda Halia Irene

9 2 0
                                    


Di Kekaisaran Aexaiven, lebih tepatnya di Provinsi Criuzax, terdapat sebuah legenda yang sering kedengar sejak kecil. Legenda ini berasal dari sebuah kasus yang sangat terkenal di kampung halamanku. Kasus ini adalah tentang seorang gadis kecil yang menghilang dan ditemukan secara mengenaskan. Mau tahu kisahnya? Baiklah, biar aku ceritakan.

Alkisah, hilduplah seorang gadis kecil bernama Halia Irene. Ia berasal dari keluarga petani di sebuah desa di Gunung Owun. Ia adalah anak Tengah dari tiga bersaudara, memiliki seorang kakak bernama Bokuna Irene dan seorang adik yang namanya tidak dipublikasi.

Kisah ini dimulai pada liburan musim panas tahun 537. Pada saat itu, Halia yang berusia dua belas tahun sedang duduk di kamarnya, menatap kelaur jendela. Pada saat itu, Ibu Halia sibuk dengan adiknya, Ayah Halia masih berada di kota, dan Bokuna masih berada di Akademi Alita.

Dikatakan dalam kisah ini, dalam rasa bosannya, Halia tiba-tiba melihat seorang anak laki-laki keluar dari Semak-semak di halaman belakang. Anak laki-laki itu memakai jubah ungu tua yang memiliki symbol ular naga di bagian punggungnya. Untuk sesaat, anak itu menengok ke kanan dan kiri sebelum berlari menuju hutan.

Halia yang penasaran langsung mengikuti anak itu, berpikir itu adalah seorang pencuri. Karena memang, anak laki-laki itu membawa sebuah tas selempang. Yah...harus kuakui bahwa hal itu sangat mencurigakan.

Anak laki-laki itu pergi jauh ke dalam hutan dan Halia mengikutinya. Hingga pada akhirnya, anak laki-laki itu berhenti dan begitupun juga dengan Halia. Kata banyak orang, disinilah dimana mereka saling bercakap. Kira-kira, beginilah percakapan mereka:

"Kenapa kamu mengikutiku?" tanya sang anak laki-laki.

Hal ini pasti agak menyebalkan bagi Halia. Karena anak tersebutlah yang tiba-tiba masuk ke halamannya, dan dialah juga yang bertanya. Aneh sekali, kan?

"Kau masuk ke halamanku! Apa yang kau lakukan di sana?!" ujar Halia. "Kamu pasti pencuri!"

Kata-kata tersebut adalah hal yang mengagetkan bagi si anak laki-laki. Karena faktanya, di hari itu tidak ada pencurian sama sekali di desa tersebut.

"Kamu tidak mendengar kerusuhan, kan?" tanya anak itu. "Kalau tidak, maka aku tidak mencuri apapun!"

Mendengar hal itu, Halia menjadi sadar. Memang benar, tidak ada kerusuhan atau pentungan yang dibunyikan. Juga, tidak ada orang yang dating ke rumahnya dan menanyakan tentang seorang pencuri. Nah... Dengan fakta itu, Halia segera meminta maaf.

Tapi pada saat yang bersamaan, Halia masih penasaran tentang anak ini. Kemana ia akan pergi? Kenapa ia tadi berada di halaman belakangnya? Maka dari itu, ia menanyakan hal tersebut yang anak itu. Tapi hanya satu yang terjawab.

"Aku akan pergi pulang," jawab anak itu. "Kau mau lihat tempatku?"

Ajakan tersebut membuat Halia berpikir keras. Orang tuanya memang selalu memperingatinya untuk tidak mengikuti orang asing, tapi yang mereka maksud adalah orang dewasa. Sedangkan anak laki-laki ini terlihat seumuran dengannya. Memangnya apa, sih, yang bisa dilakukan anak kecil? Pikir Halia dan menerima ajakan tersebut.

Akhirnya, Halia dan anak itu pergi bersama. Mereka masuk ke bagian hutan yang lebih dalam. Mulai dari sini, anak laki-laki ini akan kupanggil dengan nama Sheehan.

Di suatu bagian kisah ini, Halia dan Sheehan berjalan di sebuah pinggir bukit yang curam. Di sinilah tempat Halia terspeleset genangan air dan hampir jatuh ke dalam jurang bukit itu. Untunglah, Sheesan sempat menangkap dan menyelamatkannya. Di saat Sheehan menangkap Halia, terdengar suara "Buk" yang keras dari dasar jurang.

"Tidak perlu melihat ke bawah! Tidak ada apa-apa di bawah sana!" Sheehan memberitahu Halia. Dari nada bicaranya, terdengar ada sebuah kekhawatiran tapi bukan khawatir pada keadaan Halia. Atau kira-kira begitulah yang akan ia ucapkan.

TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang