[22]. our flashback - Yuuna story (3)

103 11 16
                                    


࣪ ִֶָ☾.


1 bulan kemudian...


Yuuna POV

Sepertinya termenung di kamar adalah hobi baru ku akhir-akhir ini. Termenung di kamar tanpa mempedulikan keadaan kamar ku yang berantakan.

Jika kita dipaksa untuk menerima maka aku tidak.

Aku masih tak menerima kepergian Haruka. Tolong katakanlah kepada ku bahwa ini hanya mimpi.

Tapi jangan bawa aku kembali ke waktu lalu saat ku dapatkan tubuh Haruka yang sudah tak bernyawa.

Entah sudah keberapa kali aku menangisi nya. Di pemakaman, sekolah, toilet, kamar dimana pun itu aku selalu saja mengeluarkan air mata di saat yang tak tepat.

Ku tatap nya foto lama ini, saat aku memakan crepes bersama nya di taman yang biasa kami tempati bermain. Senyum kami terlihat nyata.

Tapi sekarang, senyum itu tak lagi bisa ku lihat.

Air turun membasahi foto, lagi dan lagi. Aku tak ingin memandang foto ini lebih lama lagi, tolong.

Pintu ku terdengar di ketuk, aku tak menjawab. Kembali di ketuk, terdengar suara Ibu ku dari luar kamar.

"Yuuna? Ibu sudah membuat kan makanan kesukaan mu. Makanlah, sedari kemarin Ibu tidak melihat mu makan, nak."

Suara lembut Ibu memanggil ku. Sungguh, untuk makan pun sekarang aku sudah tak berselera. "Aku tidak lapar." jawab ku.

Pintu terbuka, sial sekali aku lupa mengunci pintu. Ibu masuk dengan membawa sepiring bubur di tangan nya, wajah lembut nya terlihat.

Melihat Ibu yang memasuki kamar, aku memilih kembali menutup seluruh tubuh ku menggunakan selimut. Bisa ku rasakan Ibu sudah berada di sebelah ku sekarang.

Kepala ku tersentuh oleh permukaan tangan yang hangat dan lembut, "Bubur mu sudah dingin, ingin ku suapkan?"

Aku membuka sebagian selimut, menghadap Ibu dan berbicara dengan suara sedikit tinggi. "Sudah ku katakan aku tidak ingin makan!" kusadari apa yang ku lakukan salah, aku merasa menyesal.

Namun, jika Ibu yang lain akan marah jika melihat balasan anak nya seperti ini, Ibu ku masih setia memperlihatkan senyum sabar nya.

Wajah nya sangat hangat. "Aku tidak ingin melihat mu dalam keadaan seperti ini, kau tidak berpikir Haruka akan sedih jika melihat mu seperti ini?"

Ketika dia kembali menyebut nama Haruka, aku kembali menutup seluruh tubuh ku menggunakan selimut. Untuk kesekian kali nya juga air jatuh membasahi bantal ku.

Ibu mengelus kepala ku sambil berkata, "Ibu sungguh bingung apa yang harus Ibu lakukan di saat mu seperti ini, karena Ibu tau rasa nya kehilangan."

Ibu berhenti berbicara, namun dia kembali melanjutkan. "Secara perlahan kau pasti mengikhlaskan nya, meski keikhlasan itu harus di lalui dengan tangisan." ucap nya memberiku nasihat.

𝑇ℎ𝑒 𝐻𝑦𝑑𝑟𝑎  »  𝘽𝙎𝘿 𝙓 𝙊𝘾 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang