2: Fuck, J

322 39 0
                                    

"Yakk!! Na Jaemin jangan gila lo. Buka pintunya brengsek." seru Haechan sambil menggedor-gedor pintu kamar Jeno sejak tadi.

Haechan dan Renjun mendengar dengan jelas suara Jeno yang memohon ampunan dari Jaemin di dalam kamar. Keduanya sangat khawatir setelah Jaemin menarik paksa Jeno masuk ke kamar tidur tadi. Laki-laki Leo itu seperti sedang kesurupan setan.

"Manajer hyung kapan datang sih." Jisung gelisah bukan main. Sudah 30 menit berlalu sejak suara desahan dan pekikan Jeno memenuhi kamar itu dan pertolongan tidak juga datang.

"Sung, kamu kembali saja ke kamar. Kita yang akan mengurusnya." ucap Renjun menenangkan Jisung.

Jisung menggeleng pelan, "Jisung, khawatir sama Jeno hyung." sendunya.

"Haechan, Renjun, Jisung, bagaimana?"

Manajer datang setelah melewati banyak kendala selama perjalanan. Air wajah khawatir yang tidak bisa disembunyikan. Walau bagaimanapun, Jeno sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Gak selamat, hyung. Jeno gak selamat dari amarah Jaemin." ucap Haechan sedih.

"Na Jaemin, buka pintunya. Atau hyung akan melaporkanmu ke orangtuamu." Ancam sang manajer, yang ternyata berhasil. Jaemin membuka pintu kamarnya. Penampilan pemuda Leo itu benar-benar berantakan, dia telanjang dada dan hanya memakai boxer. Rambutnya pun acak-acak'an, terdapat luka cakar di bagian lengan dan punggung dia.

Jaemin menatap teman-temannya jengah, mempersilahkan mereka semua masuk ke kamar untuk melihat keadaan Jeno.

"Jeno hyung ...."

"Jeno ...."

Keempatnya kompak menyuarakan nama Jeno. Menatap miris laki-laki yang biasa tersenyum manis itu kini terlihat sangat memyedihkan. Jeno terbaring lemah tidak sadarkan diri, dengan posisi tengkurap, matanya memerah, air mata yang membasahi pipinya pun mulai mengering. Sekujur tubuhnya penuh dengan tanda merah. Tubuh nakednya hanya tertupi handuk kecil di area pantatnya sampai bagian tengah paha putihnya Jeno.

"Hyung, aku butuh obat. Anal Jeno berdarah."

Tidak ada rasa bersalah dan penyesalan sedikitpun, Jaemin dengan santai meminta. Tubuh menajer jatuh luruh begitu saja, ia lemas untuk sekedar berdiri. Renjun dan Haechan mendekati Jeno, sedangkan Jisung melangkah mundur menjauh, benar-benar syok.

"Jaemin, lo benar-benar setan, anjing!!" seru Haechan membentak Jaemin. Renjun menahan tubuh Haechan untuk tidak bertindak lebih jauh. Hatinya sakit bukan main melihat kondisi Jeno. Tapi, amarah tidak akan menyelesaikan apapun. Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan Jeno.

"Hyung, kita butuh dokter." Renjun menatap sang manajer memohon pertolongan. Matanya mulai berair, ia bisa kapan saja menangis. Namun Renjun memilih menahan semuanya, ia lebih tua diantara member-member yang bersamanya. Bukankah, ia harus terlihat lebih kuat?

Manajer mengangguk, merogoh sakunya menghubungi dokter. Jeno harus segera diobati, atau semuanya akan semakin terlambat.

"Jaemin hyung jahat." gumam Jisung berbisik.

"BAJINGAN!!" seru Jisung berteriak mengejutkan semua orang yang di sana. Jeno yang tidak sadarkan diri pun jadi terbangun. Ia tak mampu menggerakkan tubuhnya sedikitpun karena merasa sakit. Jeno hanya mampu menatap Jisung sedih, dengan kepala yang dimiringkan ke arah adik bungsunya itu.

"Hyung, apa salah Jeno hyung sampai hyung tega melakukan hal sebejat itu?" tanya Jisung, pandangannya mengarah ke Jaemin, tapi tatapannya kosong.

"Kamu tidak akan mengerti Jisung. Ada beberapa hal yang sulit dijelaskan dengan ucapan." Jawaban kurang memuaskan dari Jaemin membuat Jisung berdecih.

Broken MelodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang