018. Katalistator

139 9 1
                                    

Deren berhenti di sebuah kantor kecil, sebuah tempat di mana ia mulai merintis sebuah bisnis kecil dengan sahabat dekatnya.

Saat Deren perlahan membuka pintu yang berderit, ia memberi isyarat kepada anak-anak jalanan yang berkerumun di kegelapan yang dingin, "kita masuk, ini kantorku. Untuk sementara kalian bisa tinggal di sini!" Suaranya penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Anak-anak itu, dengan mata penuh harapan dan rasa syukur, mengikuti Deren dengan ragu-ragu masuk ke dalam kantor.

Seorang pemuda berambut putih dengan mata biru yang tajam berdiri tegap di menghadang Deren, "jam berapa ini? Aku suruh beli ke minimarket 10menit udah hampir tengah malam baru pulang?" Tanya pria itu, suaranya bernada tegas, diwarnai kekhawatiran.

Deren meraba-raba mencari kata-kata, mencoba memberikan penjelasan, "Fredrin, ehm maaf aku ada sedikit urusan." Jawab Deren dengan ragu.

Fredrin menatap ke arah anak-anak lusuh yang ada di belakang Deren, matanya berkedut heran. "Siapa anak-anak ini?"

"Ohh mereka, ya seperti yang kau lihat aku membawa calon penerus masa depan negeri kita. Lihat ada calon CEO dan tentara juga." Jelas Deren dengan senyum manis.

Fredrin menghela nafas singkat, "heah terserah apa yang kau katakan, kita bicarakan hal ini besok pagi? Aku lelah, mau tidur."

Setelah Fredrin beranjak ke kamarnya, Aaron, salah satu anak, memberanikan diri untuk berbicara, suaranya penuh dengan rasa ingin tahu, "Kak Deren, apakah dia temanmu?"

"Ya, untuk sementara kalian tinggal di sini sampai beberapa minggu kedepan." Balas Deren dengan senyum lembut.

Hari berganti hari, Deren dan anak-anak mulai menjalani rutinitas di dalam kantor kecil itu. Deren, dengan dedikasinya yang tak tergoyahkan, menghabiskan hari-harinya dengan mengajar anak-anak kemampuan dasar membaca dan berhitung. Dia akan berbagi cerita tentang harapan dan ketangguhan, menyalakan mimpi di dalam hati mereka yang masih muda. Anak-anak, dengan mata yang dipenuhi tekad yang baru ditemukan, dengan penuh semangat akan menyerap setiap pengetahuan yang diberikan Deren.

Beberapa bulan kemudian Deren membeli sebuah rumah kecil yang tak jauh dari kantor tempat ia bekerja, dan dengan senyum lebar ia menatap ke atas langit.

"Akhirnya, mungkin nggak terlalu besar. Yah sengaknya kalian nggak harus tidur di tempat kerja lagi..!"

Tahun berganti anak-anak jalanan yang dulunya lusuh kini menjadi anak-anak lucu yang terlihat berbeda jauh dari sebelumnya.

Deren pun akhirnya berinisiatif memperkenalkan anak-anak yang ia rawat pada keluarganya, sebuah hati yang sangat tulus di tengah pagar.

Deren pun akhirnya mengajak Loren Adik perempuannya, pada anak-anak jalanan sebagai keluarga barunya.

"Hei, Loren, ayo temui anak-anak yang sudah kuceritakan padamu," seru Deren dengan penuh semangat sambil menuntun adik perempuannya melewati gerbang depan rumah mereka yang kecil dan sederhana.

Loren, seorang gadis yang penuh rasa ingin tahu dan penuh kasih, mengikuti dengan penuh semangat, matanya membelalak saat sekelompok anak-anak yang ceria itu mulai terlihat. Mereka bukan lagi anak-anak yatim piatu jalanan yang lusuh seperti yang ditemukan Deren beberapa tahun yang lalu. Mereka bersih, berpakaian rapi, dan dengan senyum cerah di wajah mereka, mereka telah berkembang di bawah asuhan Deren.

Anak-anak itu, yang menyadari kedatangan Deren, bergegas menghampirinya, suara mereka penuh dengan kegembiraan. "Deren! Deren! Kau kembali!" seru mereka, melompat-lompat dengan penuh kegembiraan.

Loren hampir tidak bisa mempercayai matanya. Ia sudah sering mendengar cerita tentang anak-anak jalanan ini, tapi melihat langsung perubahan mereka sungguh mencengangkan.

Katalisator | Cewekku Anak Motor?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang