Damian memiliki trauma yang sangat menyiksa, setiap trauma itu datang, ia pasti akan kesakitan setengah mati.
Namun ada satu orang gadis bernama Lily yang selalu mampu menjadi obat bagi segala rasa sakitnya. Gadis antagonis itu membuat Damian selal...
Memanfaatkan Damian dengan sedemikian rupa, kehadiran Damian tentunya sangat membawa keuntungan bagi Lily, bagaimana tidak, pria itu sangat penurut dan mudah untuk ia kendalikan asalkan diberikan perhatian dan kasih sayang.
Damian begitu tulus, namun Lily tak peduli dengan itu semua, yang hanya ia inginkan adalah ambisinya menjadi artis besar. Cinta baginya bukanlah segala-galanya, terserah bila Damian memang mencintainya ia tak mau peduli dan tak ingin tahu tentang perasaan laki-laki yang sangat menggilainya itu.
Ingat hubungan ini hanya untuk simbiosis mutualisme, Damian dapat perhatian darinya dan Lily mendapatkan status untuk menjaga kedamaiannya, tujuan hubungan mereka hanya untuk itu semua dan tidak lebih.
Tapi bagi Damian, Lily adalah segala-galanya.
***
"Lily udah selesai belum?" Tanya Damian pada salah satu kru yang menangani proses pemotretan Lily.
"Oh, masih ada dua take lagi. Tunggu aja mungkin sampai jam sembilan." Balasnya.
"Okay, kalau gitu makasih ya."
"Sip." Kru tersebut mengacungkan jempolnya.
Damian lantas menghembuskan nafas beratnya, gagal sudah kencan mereka untuk yang kesekian kalinya. Padahal Damian selalu menyempatkan waktu ditengah kesibukannya, namun Lily bahkan tidak pernah ada waktu untuknya.
Ia sudah pernah hampir menyerah dengan hubungan ini, namun Damian masih belum mampu melepaskan Lily.
Sekarang yang hanya bisa ia lakukan adalah menunggu, menunggu sang kekasih sampai selesai.
"Denger-denger lusa mau ada party."
"Party gede-gedean kayaknya, yang datang kebanyakan artis."
"Dimana emang?"
"Di hotel Seroja."
"Gila hotel bintang lima tuh."
"Ya lah, yang ngadain aja para sultan."
"Desas-desusnya sih dia ada rasa sama Lily, Lily kan dikejar-kejar terus sama para buaya."
"Husstt! Jangan keras-keras, ada lakinya tuh!"
Damian tentu tidak tuli, ia mendengar semuanya dengan seksama. Ia akan menunggu sampai Lily mengatakan padanya, ia yakin Lily pasti akan mengajaknya ke pesta tersebut.
Beberapa menit kemudian, Lily akhirnya selesai melakukan pemotretan terakhirnya. Sungguh melelahkan sekali hari ini tapi ia merasa begitu sangat puas.
"Sayang! Si-"
"Ihhh Dam apaan sih? Malu tauk dilihatin orang, kalau mau deket jangan diluar, di rumah aja!" Seru Lily dengan tatapan kesal. Bagaimana tidak kesal, Damian tiba-tiba saja merangkul lengannya, tentu saja ia merasa risih.
"Maaf aku terlalu senang lihat kamu." Damian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lain kali jangan kayak gitu lagi, awas kamu!" Ancam Lily dengan nada juteknya.
"Iya sayang, maaf. Oh ya, aku bawain makanan kamu pasti belum makan." Damian pun buru-buru membukakan bekal untuk kekasihnya, ia menyiapkan makanan lezat yang dibuatkan oleh bibi untuk Lily. "Ayo makan dulu sayang."
"Hm, makasih." Ungkap Lily dan Damian pun tersenyum senang.
Setelah makan malam selesai, Damian segera mengantar Lily pulang ke rumahnya. Saat di dalam mobil Lily terlihat begitu lelah.
"Kencan kita harus batal lagi." Gumam Damian.
"Masih inget sama kencan? Kan bisa lain kali, aku emang sibuk banget, nggak bisa buang-buang waktu gitu aja." Jelas Lily membuat Damian kecewa.
"Apa kencan sama aku itu... Buang-buang waktu ya?" Lirih Damian.
"Kamu selalu ya Dam! Kamu selalu aja pengen mancing amarah aku." Lily mulai emosi.
"Siapa yang sulut emosi kamu? Aku cuma bicara fakta. Kamu selalu memprioritaskan pekerjaan diatas segalanya, padahal kamu udah janji sama aku untuk kencan kita, kamu udah janji Li da-"
"Dan kalau aku nggak bisa emang kenapa? Gimana aku nggak proritasin pekerjaan aku kalau pekerjaan aku adalah impianku selama ini? Tentu aja aku akan selalu prioritasin kerjaan yang aku sukai karena hal itu udah jadi impian aku sejak kecil." Mendengar itu Damian mulai meremas kemudinya.
"Aku hanya minta waktu sedikit, apa aku ini memang nggak lebih penting?"
"Aku udah bilang berkali-kali tentang hubungan kita ya Dam, jadi jangan pernah meminta lebih!" Setelah Lily mengatakan hal itu, mereka berdua pun saling diam dan tak lagi membahas masalah apapun.
Damian pun tampak terdiam kaku dan tak bersuara seakan tak mampu lagi membalas kata-kata pedas yang sudah Lily lontarkan padanya.
'Apa aku beneran cinta sama Lily? Kenapa aku masih bisa bertahan sedangkan dia udah memperlakukan aku seperti ini?' gumam Damian dalam hati.
Ctar!
Tiba-tiba saja suara kilat menggelegar membuat Damian spontan mengehentikan laju mobilnya, tiba-tiba saja jantungnya langsung berdegup sangat kencang akibat mendengar suara itu.
"Hey! Kamu nggak apa-apa? Biar aku aja yang nyetir kamu pegang tangan aku." Tutur Lily dengan penuh rasa panik dan peduli. Tangan Damian langsung berkeringat dan Lily pun langsung menggenggamnya dengan erat. "Ada aku, aku disini udah nggak apa-apa." Lily lantas segera memeluk Damian, pelukan hangat yang selalu menjadi obat mujarab bagi rasa trauma yang Damian miliki. Hangat dan nyaman pria tampan itu rasakan hingga ketakutannya berangsur menghilang karena elusan lembut dipunggung serta kepalanya. "Kayaknya mau turun hujan deh, aku nginep aja dirumah kamu ya, aku jagain kamu, aku nggak akan pulang." Imbuh Lily membuat Damian mengangguk-anggukkan kepalanya penuh kelegaan.
Sekarang Damian kembali paham, jika alasannya bertahan adalah ini, alasan ia tak mampu melepaskan Lily adalah hal ini, hal dimana ia akan merasa sangat tenang dan damai ketika berada didalam dekapan gadis cantik itu.
Lily selalu perhatian jika Damian sedang sakit, semakin lama perhatiannya semakin tulus dan hal itu selalu membuat Damian merasa optimis dengan hubungan mereka. Namun terkadang rasa jenuh itu juga ada, jenuh ketika Lily selalu marah-marah dan tak menghargainya sebagai pasangan. Lily yang selalu mementingkan dirinya, mementingkan karirnya dari pada Damian yang selalu menunggu dirinya.
"Sayang..." Lirih Damian ketika memeluk tangan Lily dengan erat, sementara hujan mulai turun dengan deras.
"Hm? Aku akan fokus nyetir, kamu bertahan ya, bentar lagi sampai di rumah kamu." Ujar Lily.
"Aku cinta sama kamu." Cicit Damian tanpa bisa Lily dengar sedikitpun.
***
TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vote n comment yang banyak yah... Siapa yang kangen?