Prolog

29 6 3
                                    

Sunyi yang menggema di seluruh ruangan tersebut ternyata tak sesunyi yang dipikirkan. Di sudut ruangan, tepatnya di bawah tepi kasur miliknya, Daniel menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tangannya. Ia memejamkan matanya kuat-kuat demi menghilangkan suara dari pikiran yang mulai menghantuinya dalam kesunyian kamarnya.

Itu kesalahanmu....

Kalau saja kamu tidak.....

Harusnya kamu saja....

Mati saja kamu....

Daniel menggeleng kuat-kuat untuk mengusir suara-suara yang mendominasi indera pendengarannya entah bagaimana. Air matanya mulai mengalir dan tubuhnya pun gemetar. Nafasnya tercekat, belum pernah ia merasa sesesak ini sebelumnya.

"Daniel! Kamu kenapa?"

Sesosok wanita paruh baya langsung berlari ke arahnya saat menyadari tubuh Daniel yang kini gemetar hebat dan kesulitan untuk bernafas. Rasa sesak yang berada di dadanya terasa seperti kumpulan perasaan yang tak dapat diungkapkan kata-kata. Rasa bersalah, kecewa, dan duka bercampur aduk berusaha merusak kewarasan dirinya.

"Kalau saja..."

"Itu bukan kesalahan kamu. Itu sudah garis takdirnya" potong Ibu Daniel sebelum Daniel mulai berandai-andai kembali

Sesak di dadanya tak kunjung hilang meski ia menangis makin keras. Ia tidak sanggup untuk menahannya. Ia tidak sanggup untuk berpura-pura baik-baik saja. Bagaimana ia bisa bahagia saat separuh dunianya runtuh tak bersisa?.

Jika bisa....
Ia ingin melupakan segalanya....

Ghost Bye (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang