3. Paman Berkereta Kuda

341 51 7
                                    

 Writer : Nisa (@Padamu_akupulang)

   Setelah menyaksikan sendiri kaki Akhal terputus di depan mataku segalanya berubah. Tadinya ... aku pikir walau menyakitkan jadi budak tidaklah buruk sekali. Dahulu rumahku juga kacau dengan Ayah yang pemarah dan Ibu yang terkadang lupa aku ada. Saat aku pindah kemari, dijual Ayah, aku hanya diam saja. Sebab mau dijadikan budak ataupun di rumah, aku selalu jadi pesuruh, selalu jadi samsak pukul. Tapi ... kali ini berbeda, bukan hanya aku yang tersakiti.

Aku menahan napas, melirik kaki Akhal. Temanku berapa hari ini tertidur terus diluar jadwal kami bekerja. Yang menyedihkan tanpa kedua kakinya, Akhal harus menyeret dirinya sendiri di lantai. Berjalan dengan tangan dan luka bernanah sebab dipotong kemarin. Itu sebabnya dia terus kelelahan.

"HEI, KAU BUDAK KECIL! Ayo, kemari angkut tong besar ini!" Brewok berseru keras, jelas memanggilku. "Cepat bawa bubuk peledak ini, bocah!"

Badanku tetap bergeming.

"HEI! KAU TAK DENGARKAH, BOCAH?!"

Entahlah ... biasanya aku akan ketakutan atau otomatis menuruti. Tapi kali ini ... ada gejolak perasaan aneh yang menggerogoti dadaku. Rasa sesak tak nyaman.

"Gen ..." Akhal menarik kemejaku. "Datang, Gen. Jangan melawan." Dia memperingatiku dengan suara berbisik ketakutan.

Jangan melawan? Setelah dicabut kakinya dia masih bisa bilang begitu.

"Gen! Kamu udah liat aku kemarin." Dia semakin panik, menarik kemejaku lebih keras mencoba mengubah pikiranku. Pasalnya Brewok mulai berjalan ke arahku sebab kehabisan kesabaran.

"Apa-apaan ini ... tak datang saat ku panggil. Berani sekali?!" Suara beratnya merambat di udara namun tak menggentarkanku. Dia berdiri persis di depanku, dengan beda tinggi kami yang jauh terbanting. Dia mengamati raut wajahku, kemudian menyeringai.

"Aku sudah berapa kali mengenali tatapan itu. Saat bersama keponakanku GM dulu dia juga memberikan tatapan sama persis sepertimu. Benci, kalian membenciku. Dan kau tau apa yang ku lakukan setelah dia menatapku seperti itu?"

"GENAAH!" Akhal berseru panik begitu tubuhku diambil begitu saja. Cepat sekali tangannya yang besar meraih leherku begitu saja.

"KAU BAHKAN TIDAK LEBIH BESAR DARI LUTUTKU, BOCAAH! BERANINYA KAU BERPIKIR MAU MELAWANKU!"

"AAAKKKHH!" Sa, sakit! Tangannya yang besar sekali tak seimbang dengan tanganku. Hanya dengan satu tangan dia bisa meremukkan leherku. AKKH! AKU TAK BISA BERNAPAS!

Tak puas melihatku berkelinjan di udara mencari oksigen, dia malah memperkuat cengkramannya.

"Aku melakukan ini pada GM dulu! Persis sama setelah dia coba melawanku! Lalu karena aku kesal kubanting dia!"

DUUK!

Penglihatanku kabur begitu saja saat tubuhku diayunkan cepat sekali. Semua berubah tak jelas sampai pandanganku jadi berguncang karena benturan yang terasa dikepala dan punggungku. Pusing, nyeri, tubuhku dilemparkan langsung ke lantai begitu saja. Bahkan saking kencang aku bahkan hanya bisa berteriak tertahan, karena dadaku terlalu sesak untuk bereaksi.

"Lalu aku injak dia! SAMPAI AKU BISA MENDENGAR ADA RUSUKNYA YANG PATAH!"

"AAAAGGGGHHH! AAAAGGGGHH!" badan ku yang kecil mana siap menerima beban sebesar raksasa itu. Dia menginjakku semakin kencang membuat teriakanku melambung tinggi. Dibawah kakinya aku bergerak-gerak kesetanan mencoba membebaskan diri. Sakit! SAKIIT! AKU TAK BISA BERNAPAS! TO, TOLOOONG!

"TUAN! TUAN! TOLONG AMPUNILAH GENAH!" Diantara teriakanku sendiri aku dapat mendengar Akhal memohon-mohon.

"BERISIK KAU!" Sebagai gantinya Akhal juga dipukul, sampai dia terguling. Para budak yang lain hanya diam semaput. Mana berani mereka menolongku.

Jalan Pembebasan - Viva FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang