4. Jalan Pembebasan

415 54 29
                                    

 Writer : Nisa ( @Padamu_akupulang )

"Genah? Genah? Apa kau tak apa?" Akhal merangkak di dekatku. Hampir semua orang di sel kecil ini sudah tidur. Sementara aku baru sadar kembali setelah dipukuli Brewok. Tentu saja karena pulang telat. Setidaknya aku tidak ditenggelamkan di kolam amis itu lagi.

Anehnya, pukulan kali ini terasa tak sakit. Aku merasa senang saja bisa bertemu lagi dengan Akhal.

"Kenapa kamu tersenyum? Bukankah tadi baru habis dipukuli?" tanyanya bingung. Melihat aku tersenyum lebar.

"Akhal, kamu pasti tak percaya apa yang baru saja terjadi padaku tadi. Aku baru saja menemukan cara untuk keluar dari sini!" Pekikku senang namun segera kembali mengecilkan suara. Takut terdengar penjaga atau budak lainnya.

"Hah? Kamu berkhayal atau bagaimana? Kita terlalu kecil untuk nekat kabur. Hey, aku bahkan tak punya kaki untuk berlari. Bagaimana mau kabur?"

Senyumku semakin besar karena merasa bangga. "Jadi ... begini rencananya ..."

...

Saat perjalanan kembali menuju markas diantar Paman pemilik panti, kami membahas banyak hal.

"Brewok bukanlah sembarang orang, Genah. Dahulunya dia mantan bangsawan, paman dari raja yang berkuasa saat ini. Dia pernah memimpin kudeta juga menculik sang Raja waktu masih muda dulu. Bahkan setelah kasus itu konon dia sudah mati tertindih puing-puing markas pemberontakan setelah dikalahkan Raja kita dulu namun ternyata dia masih hidup di wilayah terpencil di sini. Jadi kau bisa bayangkan dia sekuat apa bukan?"

Aku jelas tau itu. Brewok memang sangat menyeramkan.

"Ditambah dia juga masih punya pengawal dan bawahan lainnya. Musuh kita jauh lebih berat dari itu. Jadi kabur diam-diam bukanlah jawaban. Pasti akan ketahuan. Apalagi temanmu tak punya kaki, membuat misi ini lebih sulit. Kita harus membuat waktu yang panjang, kesempatan yang lama agar temanmu bisa keluar dengan selamat.

"Masalahnya hal apa yang bisa menahan Brewok beserta bawahannya selama mungkin agar tidak mengejar? Ini tidak seperti kita bisa meledakkan bangunan mereka dan lari begitu saja."

"Atau menimpuk Tuan Brewok dengan batu dan langsung kabur." Tambahku.

Saat itu aku termangu, terasa mengingat sesuatu. "Paman, tadi pagi saya disuruh membawa tong berisi bubuk peledak. Apa itu benda yang sama untuk meledakkan sesuatu?"

"Sungguh? Brewok masih memiliki benda semacam itu?"

"Benar, Paman. Kami sering disuruh memindah-mindahkan barang seperti itu. Masih termasuk bisnis Tuan Brewok. Dia punya banyak sekali tong berisi bubuk hitam! Jadi ... bagaimana jika seperti ini. Aku menimpuk bubuk itu ke Tuan Brewok. Dan itu akan meledak jadi kita bisa kabur." Ujarku antusias. Paman panti terkekeh. Mengusap kepalaku.

"Bukan begitu cara kerjanya, Genah. Tapi itu ide yang boleh kita coba. Tentu saja tidak akan dilempar. Mana mungkin kau bisa mengenainya. Yang ada kau yang meledak. Hahaha!"

Yah, walaupun bagian terakhirnya terasa tidak lucu. Tapi aku senang karena sudah menemukan cara untuk bebas dari sini.

Bom. Kata Paman kita akan membuat bom rakitan.

...

"Harus ku akui itu ide yang sangat jenius, Genah." Akhal bertepuk tangan pelan, mengapresiasi. "Tapi tidak ada yang seberani itu. Lagian jika kita mengambil bubuk untuk membuat bom pasti langsung tertangkap."

Jalan Pembebasan - Viva FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang