∅6 | Di bawah hujan.

63 5 4
                                    

✶✶✶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✶✶✶

Hujan turun dengan derasnya mengguyur seluruh kota, membuat beberapa orang berlarian mencari tempat berteduh. Suasana beberapa hari terakhir menjadi mencekam dan sepi, semua bangunan selalu tertutup setiap hari. Kemunculan iblis liar yang tiba-tiba membuat seluruh penduduk kota ketakutan dan memilih untuk bersembunyi di rumah mereka masing-masing. Hayabusa berjalan menelusuri jalanan yang semakin hari semakin sunyi, matanya menelisik sekitar dengan hati-hati. Hujan masih sangat deras, ia bersembunyi di balik jubah hitamnya untuk mencegah tubuhnya basah kuyup. Hingga akhirnya netra Hayabusa menemukan sebuah toko yang ia cari sejak tadi, sebuah toko barang antik. Satu-satunya toko yang terlihat buka di saat bangunan lainnya tidak beroperasi.

Langkahnya menuntun Hayabusa untuk mendekat, membuka pintunya yang langsung disadari oleh sang pemilik karena mendengar suara lonceng di pintu masuk. Seorang pemuda dengan surai cokelat yang terlihat sedang sibuk menata barang di rak.

"Kau pelanggan pertama untuk hari ini, kawan." Ujar Claude tanpa mengalihkan fokusnya.

Hayabusa hanya diam di tempat, tidak mengatakan apa pun. Terdiam tanpa ekspresi di balik masker hitamnya, jubahnya masih terpasang dengan rapi, membuat Hayabusa terlihat sedikit mengintimidasi. Claude menghela napas dan akhirnya berbalik, menatapnya dengan tatapan malas. Perlahan tapi pasti, Hayabusa mendekat, membuka tudung jubahnya dan melemparkan sekantung kain berisi koin emas yang langsung ditangkap dengan sempurna oleh Claude. Pemuda pemilik toko antik itu akhirnya mempersilakan Hayabusa untuk duduk dan diikuti olehnya, mereka kini saling berhadapan. Hayabusa menatap teman lamanya dalam diam, sama seperti biasanya.

"Jelaskan." Titahnya dengan singkat.

Claude mengangguk dan menarik napas sebelum akhirnya mulai berbicara, "Menurutku, pelindung yang membatasi kota ini dan daerah Abyss telah dirusak. Aku tidak sembarangan mengatakan hal ini, tapi beberapa hari terakhir aku sering melihat sekumpulan orbs hitam yang datang dari satu arah, dan kau tahu bahwa orbs hitam hanya ada di Abyss. Kemungkinan arah munculnya adalah bagian di mana pelindung ini rusak, dan sudah tiga hari berlalu kota ini seperti kota mati."

Helaan napas lelah keluar dari mulut Claude, "Kota yang kumuh dan tidak diasuh oleh pemerintah, menyedihkan. Tapi beginilah keadaannya, jika hal ini masih terus berlanjut. Aku yakin kota ini akan benar benar menjadi kota mati, para warga pasti akan segera pergi dan mencari tempat tinggal baru. Mereka tidak seperti kita yang memiliki kemampuan untuk melawan iblis-iblis itu."

Hayabusa sama sekali tidak bergeming, hanya diam mendengarkan penjelasan Claude dengan seksama.

"Aku juga sempat melihat Hanakage."

Pernyataan yang mampu membuat Hayabusa terpaku, tangannya mengepal kuat dibalik jubah hitam miliknya, merasakan banyaknya emosi yang terkumpul. "Hanzo?"

Claude mengangguk, "Ame no Habakiri, aku mampu merasakan kehadirannya akhir-akhir ini."

"Bukankah mereka sudah disegel?"

About What I See ; GusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang