03 | Tiga

123 83 32
                                    

Haura mengikat rambutnya kebelakang dengan perasaan gelisah. Gadis ini berkeringat dingin. Bahkan wajahnya terlihat pucat. Dia perlu mengumpulkan tenaga untuk memasuki area pemakaman.

Sepulang sekolah, Haura memutuskan untuk mampir ketanah pemakaman yang menjadi tempat peristirahatan terakhir sang ayah. Ya, dia sangat merindukan pria itu.

Haura tersungkur, tubuhnya melemas. Bendungan yang dia tahan dengan sekuat tenaga itu meluap, membanjiri pipinya. Tangannya bergetar menggapai nisan bertulis 'Aarav bin sidiq'.

"Ara kangen banget sama Papa! dateng kemimpi Ara ya, Pa?!" ujar Haura dengan nada pelan. Dadanya terasa begitu sesak.

"Papa yang tenang ya disana, Ara akan selalu doain Papa. dan soal Mama, Papa jangan khawatir, ya. Ara akan jagain Mama disini."

Langit meredup. langit yang semula cerah berubah mendung, suara petir yang menyambar membuat Haura terkejut. sepertinya, alam memahami kesedihan cewek ini. tak lama, hujan rintik turun.

"Hujan."

Haura mengeluarkan payung lipat dari ranselnya, langkahnya terburu-buru keluar dari area pemakaman.

"Sialan, sepatu gue kotor." gerutu Haura saat kakinya tidak sengaja menginjak genangan lumpur.

𓍊𓋼𓍊

Haura menarik kenop pintu resto, baru saja kakinya melangkah kedalam atensinya mengarah pada dua cowok yang sedang menikmati minuman hangat. Ya, hujan belum mereda. dia tidak reda, namun semakin deras.

Samuel menoleh, rasa ingin tahunya tinggi. Samuel mengekori Haura semenjak cewek itu menampakan diri. Memainkan jarinya, Samuel tersender pada dinding depan ruang ganti para waiters. Dia seolah tidak peduli dengan para waiters lainnya yang menatap kearahnya heran.

Saat mendengar suara pintu terbuka, Samuel berlari keluar. Kembali duduk di tempatnya semula. "Lu ngapain sih El." Batin Samuel meneguk minumannya.

Haura baru saja keluar dari kamar ganti, rambutnya dia ikat kebelakang menyisakan anak rambutnya didepan. Polesan make up yang tidak terlalu menonjol membuatnya terlihat cantik.

Tama berdeham. "Haura." Panggil Tama.

Merasa terpanggil, Haura berjalan kearah dua cowok tersebut.

"Iya, Tam."

Tama melipat buku menu yang tersedia dimeja, dia menoleh sebentar kearah Samuel yang menatapnya kesal. Tama menggulum bibir menahan senyum.

"Lu mau pesan apa, El?" Tanya Tama.

"Gak. Gue gak laper."

"Pork Don nya ya Ra, minumnya air mineral aja."

Haura mengangguk. Lalu beralih menatap Samuel. "El? lu mau coffe? tea? or .. me?."

Samuel menatap Haura sejenak sebelum dia tersedak ludahnya sendiri. Tawa Tama meledak, Haura menggulum bibirnya menahan senyum.

𓍊𓋼𓍊

Setengah 11 malam tepat, Haura merenggangkan otot-otot tangannya. Dia menjatuhkan tubuhnya pada kursi. "Gila, capek banget gue."

Sambil memandang cahaya remang remang lampu diluar resto, Haura bermonolog dengan isi pikirannya sendiri. Ada banyak pertanyaan hingga menimbulkan perdebatan. Haura memukul mukul kepalanya yang terasa sakit.

"Hauraa!"

Tangan kekar tiba tiba menahan tangan Haura. Lelaki dengan pakaian serba hitam itu menatap wajah Haura lekat.

"Apa yang kamu lakuin, Ra? Apa kamu pikir dengan memukul kepala seperti itu bisa menghilangkan kebisingan yang ada dikepala kamu?"

Haura terdiam. Menatap wajah Jovan, lelaki yang bernotaben owner restoran. Haura menghela nafas kasar, menarik tangannya dari genggaman Jovan.

"Gue lagi terapi, pak. Bapak pikir gue lagi apa? Nyakitin diri sendiri gitu?"

Jovan bersedekap dada, menaikan sebelah alisnya. "Terapi macam apa yang getok getok kepala pakai buku menu? saya tidak khawatirin kepala kamu, saya hanya takut buku menunya rusak kena kepala batu." Jawab Jovan datar.

Haura memutar bola matanya malas. "Emang ya, ngobrol sama bapak itu ribet. Banyak iklannya."

Haura mendadak berdiri. Seolah kaget, Jovan menarik tangan Haura refleks. "Mau pulang?"

"Ngga. Gue mau ngamen." Jawab Haura malas.

"Saya anterin?" Tawar Jovan.

"Gak usah. Gue gak mau dilabrak istri bapak." Jawab Haura berjalan kearah ruang ganti.

"Hah? Istri? Kapan saya nikahnya?"

𓍊𓋼𓍊

Samuel berlari keluar kearah depan resto. Haura berdiri diam disana menunggu angkutan umum lewat. Samuel berdeham, mengambil alih atensi Haura.

"Gue udah pesan taksi buat lu. Tunggu bentar ya?" Samuel yang berbicara.

Haura tidak menjawab. Selang beberapa saat, benar saja sebuah taksi berhenti didekat keduanya. "Atas nama mas Samuel?" Suara sopir taksi itu mengalihkan perhatian keduanya.

"Iya pak, saya Samuel."

"Gue bisa pulang sendiri El, pake angkutan umum."

"Jangan keras kepala, Haura." Samuel menarik tangan Haura hingga dia masuk kedalam taksi. Samuel mengelus rambut Haura sekilas sebelum menutup pintu taksi tersebut.

"Saya titip pacar saya ya, pak." Pesan Samuel pada supir taksi tersebut yang hanya dibalas dengan anggukan.

Mendengar kata 'pacar' raut wajah Haura berubah deratis. Menatap masam kearah Samuel. "Becanda Ra. Tapi kalau serius juga gak papa." Jawab Samuel diiringi dengan seru tawanya.

Haura menatap Samuel melas. "Jalan pak."

𓍊𓋼𓍊

"Ma? Haura pulang."

Haura berjalan masuk kedalam, menyandarkan payung yang dia bawa semula pada dinding dekat pintu. "Mama." Teriak Haura lagi.

Mengetahui tidak mendapatkan jawaban, Haura langsung menuju ke kamar wanita paruh baya itu. Mendapati kamar yang kosong, Haura berlari turun kearah dapur. Benar saja, wanita itu tengah duduk dimeja makan dengan secangkir kopi hangat.

"Ternyata mama disini." Ucap Haura menyalami wanita itu.

Malika mengusap lembut kepala Haura, menepuk kursi disebelah mengisyaratkan agar sang putri duduk. "Gimana sekolah kamu, Ra? Nilai kamu masih amankan?"

Haura mengangguk. "Aman kok Ma." Jawab Haura tersenyum.

"Jangan terlalu over sama pekerjaan kamu. malamnya kamu masih tetap belajar kan? Ingat kata Mama, kamu harus bisa menandingi Kinan, kamu harus mendapatkan beasiswa yang Mama sering bilang itu." ucap Malika berdiri, meninggalkan area dapur. "Mama istirahat dulu. Kamu jangan langsung tidur ya, setelah mandi sempatin buat belajar."

Haura menghela nafas kasar. Menyenderkan kepalanya pada kursi. "Semangat Haura! Ingat kamu itu harapan keluarga, bukan mengharap ke keluarga. Yok bisa yok, semangat. Bismillah, calon istri jaehyun kuat!"

𓍊𓋼𓍊

Selamat malam Minggu pren
Vote komen okee!

Instagram:
@cahayasbla

Tiktok:
@_inicahaya

Tentang kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang