"Ga pulang sama kak Mark? Lagi?"
"Kak Mark bilang ga bisa anterin Echan."
"Pasti janjian sama Kak Yeri."
"Eung, Echan ga tau Na."
Jaemin menghembuskan napas panjangnya, merasa lelah dengan hubungan Haechan dan kekasihnya, Mark. Kenapa Haechan mau-mau saja diajak pacaran dengan Mark jika pria itu saja masih mementingkan sahabat perempuannya, Yeri, ketimbang Haechan sendiri.
Kenapa tidak menerima ajakan Sungchan saja untuk berpacaran?
Lagipun Sungchan sudah mengejarnya sejak dulu.
"Ya sudah aku pulang dulu ya?"
"Udah di tungguin Jeno ya?"
"Uhum!"
Sebenarnya Haechan terkadang merasa iri, Jeno itu sangat berbeda drastis dengan Mark. Pria sipit itu selalu ada untuk Jaemin kekasihnya. Sangat jauh berbeda dengan perlakuan Mark kepadanya.
Keduanya saling melambaikan tangan, Haechan melunturkan senyum manisnya. Ia kembali berjalan menuju halte depan sekolah. Menunggu bus untuk pulang ke rumah. Akhir-akhir ini memang Mark jarang sekali mau diajak pulang bersama.
Jangankan pulang bareng, diajak ke mana pun saja tidak mau. Ada saja alasannya.
Hubungan yang sudah mereka jalin baru akan beranjak tujuh bulan, yang artinya sudah setengah tahun mereka menjalin hubungan.
Dan selama itu pula Haechan selalu berusaha mengerti keadaan Yeri yang memang sudah dekat dengan Mark sejak dulu. Bersahabat sejak mereka masih kanak-kanak.
Yang pasti Haechan kalah jauh dengan Yeri soal mengenal Mark lebih jauh.
Haechan selalu berusaha sabar dan tidak apa-apa ketika Mark lebih memilih menemui Yeri di saat mereka akan pergi bersama, kapanpun dan kemanapun itu.
Apalagi mengingat Yeri yang memang sering sakit-sakitan, membuat Mark di beri amanat oleh orang tua Yeri agar menjaga anak gadis satu-satunya mereka itu. Tentu Haechan tidak bisa apa-apa.
Melarangnya?
Memangnya siapa Haechan melarang Mark untuk mengantar Yeri pergi kontrol ke rumah sakit. Yang itu sudah biasa mereka lakukan sejak dulu. Haechan kan hanya pacarnya, itu pun Mark tampak tak begitu excited dengan hubungan yang mereka jalin.
Sebenarnya Mark itu kenapa mengajaknya berpacaran jika dia sendiri saja tampak ogah-ogahan dengan Haechan.
Rasanya Haechan ingin sekali bersikap egois, kapan Mark akan bersikap begitu hangat dan memperhatikannya layaknya Mark memperhatikan Yeri?
Mungkin itu hanyalah angan-angannya saja.
"Kak?"
Haechan yang semula duduk dengan wajah tertunduk, langsung mengangkat kepalanya. Menatap Sungchan yang kini sedang menatapnya dari atas motor. Pria itu membiarkan mesin sepeda motornya masih menyala.
"Eh Sungchan? Ada apa ya?"
"Hari ini naik bus lagi?"
Haechan hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Iya."
"Mau bareng aku aja?"
Haechan reflek menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kikuk.
"A-ah ga usah Chan."
"Gapapa, lagian Kak Mark lagi sama Kak Yeri, kan?"
Mendengar itu seketika membuat Haechan tertunduk lesu, hanya bisa tersenyum tipis saat sekelebat bayangan Mark dan Yeri yang selalu bersama dan terlihat begitu dekat.
"Ayo naik aja, sekalian hari ini aku traktir es krim."
Haechan menatap Sungchan, mengernyit bingung.
"Emang ada apa kok tiba-tiba mau nraktir?"
Sungchan tersenyum, mengalihkan pandangannya sebentar ke arah langit yang tampak cerah sebelum kembali memandang wajah cantik kakak tingkatnya ini.
"Ulangan hari ini aku ga remidi hahaha."
Haechan membuka mulutnya, terkekeh geli mendengar alasan Sungchan yang terdengar lucu. Alasan anak itu selalu saja bisa membuat tawa Haechan pecah.
Sungchan melamun ke arah Haechan, tersenyum sumringah, senang melihat Haechan yang kini tertawa lebar, tak sesedih sebelumnya. Haechan terlihat begitu sangat manis dan cantik, bagaimana bisa laki-laki mungil secantik ini terabaikan? Mark benar-benar bodoh pikirnya.
"Boleh deh, aku juga lagi pengen makan es krim."
Oh mendengar Haechan yang menerima ajakannya tentu membuat Sungchan bahagia bukan kepalang. Ia langsung menepuk jok motor belakangnya dengan semangat.
"Yaudah ayo kak!"
Haechan terkekeh pelan, ia bangkit dari tempat duduk besinya lalu berjalan mendekati Sungchan yang sudah siap dengan motornya.
"Gapapa ga pake helm?"
"Gapapa, ga ada polisi hari ini."
"Kok tau?"
"Apa sih yang aku ga tau, Kak Haechan lagi pengen es krim aja aku tau."
Haechan kembali menyunggingkan senyum manisnya. Sungchan begitu memperlakukannya dengan baik, namun sayang Haechan tak bisa membalas perasaan adik kelas tampannya ini.
Ia terlalu terpaku pada Mark.
Pria yang memintanya agar menjadi kekasihnya kala itu.
Tanpa kata, bahkan setelah meminta Haechan untuk menjadi pacarnya, Mark langsung pergi meninggalkan Haechan yang sedang sibuk dengan kanvas lukisnya di ruang seni.
Mark itu memang sedikit aneh, terlalu cuek dan dingin, kecuali dengan Yeri. Hanya terkadang saja ia akan bersikap hangat dengan Haechan, namun hanya sebentar dan tak terlalu sering.
Dan lebih anehnya mengapa Haechan bisa mencintai Mark seiring berjalannya waktu. Benar-benar menaruh rasa pada Mark yang tidak jelas motifnya mengajak Haechan untuk menjalin hubungan waktu itu.
Yang jelas saat itu Haechan senang karena ada kakak kelas tampan yang mengajaknya berpacaran. Toh sebenarnya Haechan sudah memperhatikan Mark sejak ia masuk ke dalam sekolah ini.
Dan takdir ini memang tak bisa di tebak.
Mark tiba-tiba mengajaknya berpacaran, tentu saja Haechan akan menerimanya sepenuh hati. Meski taruhannya juga hati.
Yang Haechan pikir saat itu Mark diam-diam sudah menaruh perhatian padanya. Namun dugaannya ternyata salah. Jauh dari bayangannya, ternyata ada seseorang yang pria itu prioritaskan.
iseng-iseng aja sebenarnya bikin prolog kaya gini. lagi gabut soalnya, ide cerita buat mas mark bener-bener lagi buntuu!
juga, ga tau sih ini bakal dilanjut jadi book apa ga. maybe kedepannya bakal aku unpub lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
⪼My Heart⪻ :: Markhyuck
Teen FictionJika tidak dengannya aku tak bisa. Namun jika dipaksa bertahan aku lelah.