Juna baru sadar ketika orang-orang berpakaian formal; berjas mahal dan gaun-gaun indah. Acaranya sangat meriah dan begitu megah, seharusnya ia menukar baju sedikit lebih rapih bukan seperti sekarang. Hanya memakai hoodie kebesaran milik Maher dengan celana abu-abu; celana sekolahnya.
"Daddy, ini aku gak salah kostum?" Juna berbisik.
"Sengaja, biar menyorot." balas Maher.
Juna melirik penampilan Maher, pria tampan itu berpakaian ala kadarnya. Tidak terlalu mewah tapi jika yang pakai Maher, keliatannya akan sangat elit.
"Kenapa?"
"Daddy ganteng banget."
Juna memukul pelan mulutnya, dia kalau sudah kagum susah untuk di rem ketika berbicara. Hal itu membuat Maher terkekeh geli, ada saja tingkahnya.
"Duh, pake keceplosan segala sih..." gumam Juna.
Maher menipiskan senyumnya, dia menarik pinggang Juna agar lebih mendekat lagi dengannya. Maher sedikit menundukkan kepalanya untuk berbisik di telinga Juna.
"Buat seolah kita pacar yang seksi, Juna."
Juna mengangguk paham, dia balas merangkul pinggang Maher, menyenderkan kepalanya di dada Maher. Berusaha terlihat nyaman, Juna mati-matian menahan degub jantungnya.
Mereka menjadi pusat perhatian sekarang. Juna bisa dengan jelas merasakan tatapan-tatapan penuh tanya itu. Juna yang tidak berpengalaman sama sekali dengan kepopuleran ini, sangat melatih mental ternyata. Juna tidak suka menjadi perbincangan orang-orang.
"Maher!"
"Selamat malam, Kakek Malvin."
Maher tersenyum dan Juna melihat jelas senyuman itu palsu, senyuman yang mengandung kebencian mendalam. Juna tidak bodoh, senyum tulus dan palsu itu sangat berbeda dan Maher menyunggingkan senyum palsunya sekarang.
"Lagi dan lagi, kenapa kamu selalu mempermalukan keluarga kita?!"
"Maksud Kakek apa ya? Maher kurang ngerti."
"Dia siapa?! Pelacur baru lagi?"
Juna terdiam, panggilan itu cukup membuatnya bungkam. Juna tidak mengharapkan takdir buruk ini. Menjadi pelacur ya? Itu bukan keinginan Juna.
"Dia Juna Ardianta, calon masa depan Maher. Setelah Juna lulus sekolah, Maher bakal menikahinya."
Juna tidak menyangka perkataan manis dari Maher mampu membuatnya sedikit salah tingkah. Itu pasti cuman sandiwara saja, pikir Juna.
"Seharusnya kamu mati seperti wanita jalang itu."
Maher meremat kuat pinggang Juna, sampai bocah itu meringis kesakitan. "Mama itu wanita hebat, bukan wanita jalang."
"Halah! Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya, Maher. Kamu juga tidak jauh berbeda dengan Mita yang suka pelacur."
"Iya, terserah pikiran Kakek."
Maher memalingkan wajahnya, menunduk untuk menatap Juna yang terlihat bingung. Maher menjepit dagu Juna, membawanya menoleh ke samping dan mencium bibirnya. Sangat rakus, seolah tidak ada hari esok untuk berciuman nantinya. Juna hanya bisa berpasrah, kedua tangannya dibawa melingkar di leher Maher.
"Orang gila!!"
Kakek Malvin langsung pergi dengan wajah yang memerah karena emosinya. Jelas sekali kegeraman Kakek Malvin terhadap cucu satu-satunya itu. Entah dosa apa yang telah ia lakukan hingga mendapat cucu tidak bermoral seperti Maher Raashid.
"Mmnnh, Dad..., Daddyhhh napashhh,"
Maher melirik Sang Kakek yang sudah menjauh, dia lalu melepaskan tautan bibirnya itu. Tidak perduli Juna yang mengambil oksigen begitu rakus, Maher langsung meninggalkan Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maherjuna [end]
Teen FictionMaher Raashid, laki-laki dewasa yang seharusnya sudah menikah karena umurnya menginjak kepala empat. Sayangnya, banyak hal yang membuat Maher memilih tidak menikah. Sampai Maher dipertemukan dengan remaja aneh, dan ternyata remaja itu orang yang Ma...