M A H E R J U N A

131 13 0
                                    

"Lepasin temen aku, Om!"

Itu sudah kalimat ke sepuluh kalinya terucap dari mulut Juna tapi tidak di gubris sama sekali oleh Maher.

"Om Maher di pake gak sih kupingnya?!"

PLAK!!

Sekali berbalik badan, Maher menampar kencang pipi Juna, sampai Juna dibuat memalingkan wajahnya secara refleks dengan sudut bibir terkoyak sedikit mengeluar darah.

"Terus! Lagi dan lagi sepuas Om Maher, tapi tolong lepasin Andreas."

Juna tidak takut, tidak perduli akan kesakitan yang lebih keras dari yang tadi. Dia tidak ingin Andreas terkena getahnya.

"Kesalahan kamu bukan cuma melanggar kontrak yang udah terjalin, Juna Ardianta."

Juna berpasrah diri, meringis kesakitan ketika rambutnya di jambak kasar oleh Maher.

"Akh!"

Bukan Maher kalau tidak kejam, dia tanpa belas kasihan menyeret Juna cukup kuat. "Sebelum kamu mati, bermain sedikit dengan Anjing saya."

Maher memasukkan Juna ke dalam kandang Anjing bersamaan dengan Anjingnya yang terlihat tenang.

"Saya ada rapat mendadak, kamu tunggu disitu sampai saya kembali."

Maher hendak melangkah pergi, tapi ujung bajunya dipegang erat oleh Juna. Juna tidak memelas ataupun memohon ampun pada Maher, dia justru bertanya dengan berani.

"Salah aku apa ya, Om?"

"Salahnya kamu lahir dari benih Si bangsat penghancur keluarga saya itu."

Kalau itu tentang Ayahnya, bahkan Juna tidak tahu wajahnya. Lantas, kenapa harus dia yang menerima semua siksaan atas perilaku Ayahnya?!

"Aku gak kenal sama Ayahku, Om."

Sebenarnya, Maher tidak yakin. Hendra- Si bangsat itu, memang sudah tidak ada di dunia, hanya tersisa keluarga kecilnya saja yang hidup penuh kesengsaraan. Jadi, dendam Maher bisa tersalurkan pada keluarga kecil Hendra.

"Dia itu bajingan sejati."

"Apa bedanya sama Om Maher? Nyiksa bocah yang gak tahu apapun."

Maher kesal mendengarnya, dia tidak membalas ucapan Juna tapi memberikan sebuah amlop kecil yang tertera foto Juna dengan nama lengkapnya.

"Itu bukti kalau saya berhak siksa kamu."

Juna penasaran, dia membukanya dan heran dengan isinya. "Ini Ayahku, Om?"

"Seharusnya,"

Mirip dengan foto yang Juna simpan dari Ibunya tapi seperti berbeda karena senyuman senyuman di dalam foto yang Juna simpan memiliki lesung pipi yang indah. Walaupun sangat mirip, tetapi senyumannya berbeda, itu artinya foto yang Juna pegang adalah Paman Hendri.

Paman Hendri itu kembaran ayah Juna, orang yang selalu membantunya selama ini. Namun semenjak Juna beranjak dewasa, paman Hendri tidak pernah terlihat lagi.

"Ini bukan Ayah aku, Om. Dia kembarannya, namanya Paman Hendri."

Maher mengambil alih fotonya, dia dengan keras menampar pipi kanan Juna hingga menimbulkan lecet di ujung bibirnya dan membuat kepala Juna sedikit berdengung.

"Kamu pikir saya bisa dibegoin?!"

Juna tidak berbohong, memang yang ada di dalam foto itu bukan Ayahnya, melainkan kembaran Ayahnya.

"Aku seriusan, Om!"

Maher terlihat sangat marah. Dia pergi begitu saja dengan penuh kemarahan. Juna ditinggal dengan dikurung di dalam kandang Anjing. Menyedihkan sekali.

Maherjuna [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang