M A H E R J U N A

166 15 0
                                    

DOR!!

DOR!!

Tembakan itu membuat Maher terkejut, dia langsung bangun dan melihat Juna sudah diselimuti seperti kepopong, dibawa pergi lewat jendela kamarnya.

Yang memberikan tembakan itu Renald, dia membantu Maher agar tidak luka.

"Siapa mereka?"

"Komplotan Hendri bego!"

Maher masabodo, dia masih terlalu pusing untuk memikirkannya. Lagi pula benih yang dia tanam di perut Juna sudah cukup banyak untuk menghamilinya.

"Udah biarin."

"Lo gak sayang, Juna?"

Maher tertawa pelan. Sudah biasa dengan kegilaan Renald. Mana mungkin dia menyukai bocah itu? Maher hanya menyukai lubang anusnya yang membuat dia dilanda kenikmatan.

"Gue gak gila kayak lo!"

"Itu serius gapapa?"

"Gue udah puas sama tubuh dia. Bentar lagi juga hamil tuh anak."

Maher ternyata lebih jahat dari iblis. Renald tidak membenarkan perilaku Maher, tapi dia tidak bisa memberhentikannya.

"Gue udah buru-buru kesini, lo malah santai. Sialan banget!"

Seharusnya Renald tidak perlu khawatir pada Maher, dia bahkan lebih jago bela diri dari pada Renald. Salah besar kekhawatiran Renald pada Maher.

"Gue mau lanjut tidur."

Jangan pernah mengkhawatirkan seorang Maher Raashid karena dia memang orang gila. Renald akan catat itu.

Renald tahu bahwa Maher terancam itu karena Juan dan Neneknya hilang dari penjagaannya jadi Renald menyimpulkan kalau Juna juga akan di bawa pergi.

Dan Maher juga sebenarnya sadar tapi membiarkannya begitu saja karena dia masih kelelahan.

Sedangkan seseorang yang menculik Juna sekarang tengah mengobati seluruh tubuh Juna. Jarum infus di tubuh Juna membuat Juna meringis sakit.

"Maafin om ya, Juna."

Walaupun pertolongan Hendri sangat terlambat, tapi Juna sangat bersyukur dan sangat berterimakasih pada pamannya itu.

"Gak usah di balas, Om. Biarin aja, Juna bakal pergi jauh dari sini."

Hanya melihat dari ekspresi wajah Hendri, Juna sudah dapat mengetahuinya. Dia pasti akan membalas dendam perbuatan Maher. Sebenarnya Juna juga sangat ingin membalasnya dendamnya, tapi itu nanti saat dia kehidupannya sudah membaik.

"Minimal kaki dia cacat!"

"Gak perlu, Om. Dia bukan lawan yang mudah."

Sialnya, Maher memang sulit sekali dikalahkan. Dari segi manapun, Maher sangat unggul. Jadi lebih baik menunggu sampai waktunya tiba, Juna pasti akan membalas dendam semua perbuatan Maher terhadapnya.

***

3 bulan berlalu begitu cepat, Juna beserta Ibunya dan Juan memilih tinggal di kampung neneknya. Rasanya sangat tentram, Juna juga masih proses penyembuhan fisik dan mentalnya.

"Juan, kamu emangnya gada pr?"

Juna selalu ingin diandalkan, Juan adalah segala untuknya. Sebisa mungkin, Juna akan selalu ada untuk Juan dan Ibunya. Syukurlah, Ibunya kembali sehat.

"Gada, Bang! Kalo ada juga, pasti Juan udah minta bantuan."

Juna tersenyum senang mendengarnya. Dia sangat suka diandalkan oleh Juan. Tapi tiba-tiba saja, perutnya sangat mual.

Maherjuna [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang