16

253 14 5
                                    

"Kamu di apartemen aja ya sayang? Kan ibu juga udah bilang buat gak kesana pikirin bayi kita, rumah sakit ladang penyakit sayang ...." Tak henti-hentinya Zarhan meyakinkan Tiara agar tidak ikut ke rumah sakit sebab Zarhan sangat mengkhawatirkan kesehatan Tiara yang sedang hamil.

"Enggak mau ... Aku mau jenguk ayah, mas ...." Tiara mengguncang pelan tangan Zarhan agar suaminya itu mau untuk membiarkannya ikut.

"Sayang--" Zarhan langsung terdiam melihat Tiara yang langsung merengut dan meninggalkan Zarhan yang masih duduk di meja makan menuju kamar lalu menguncinya.

Melihat itu Zarhan menghela nafas panjang, dan langsung mengusap kasar wajahnya.

---

"Pelan-pelan jalannya sayang, ayah gak sesakit tadi ...." Zarhan langsung merangkul pundak Tiara agak tak terlalu terburu-buru dan berjalan santai bersama Zarhan.

Ya, akhirnya Zarhan mengalah untuk Tiara pergi ke rumah sakit, setelah dipikir-pikir Zarhan tidak ingin juga meninggalkan Tiara seorang diri di apartemen.

"Mas, sesak." Dengan cepat Zarhan menoleh, "apa sesak?" tanya Zarhan panik.

"Pernafasan lah! Lagian kenapa pake masker segala sih, gak mau ...." Zarhan bingung, alasan Zarhan akhirnya membolehkan Tiara ke rumah sakit karena Tiara harus memakai masker.

"Sesak banget?" Tiara mengangguk, Zarhan jadi bingung.

"Yaudah," akhirnya Zarhan melepas masker yang dipakai Tiara tadi.

"Maaf ya," Zarhan pun mencium kening Tiara sekilas lalu masuk ke ruang rawat inap mertuanya.

---

Huek huek

Tiara terus menerus mual jam 3 pagi saat ini, Zarhan masih tertidur padahal niatnya tadi hanya ingin mengambil air minum karena air di dalam kamar sudah habis, dan malah muntah seperti sekarang.

Tiara terduduk di lantai kamar mandi. Ia lelah berdiri namun mual itu terus bergejolak Tiara terisak pelan di dalam kamar mandi.

"Kananta ...." Tiara terkesip saat ia tanpa sadar memanggil nama Kananta, namun itu tak membuat dirinya berhenti menangis, malah membuat ia semakin sedih.

Pelukan hangat terasa dan elusan lembut di perut Kananta membuatnya menoleh ke arah perut dan mendapati tangan seseorang memeluknya erat nan lembut.

"Kau merindukanku permaisuriku? Jika iya, aku pun begitu." Kananta tersenyum sesaat.

"Kananta ...." Tiara masih terisak.

"Ssstt, permaisuri cantik kuat. Maaf kan aku, maaf saat kau memanggilku aku tidak datang sebab .... Kau tidak tulus memanggilku .... Bagaimana bisa aku kembali disaat kau sendiri benci saat aku berada di sekitar mu,"

Tiara menggeleng kuat, tidak membenarkan ucapan Kananta yang mengatakan bahwa dirinya benci saat ia berada di sekitarnya, waktu itu Tiara mengatakan hal tersebut karena terbawa emosi sebab Kananta yang mengatakan hal tidak mengenakan tentang suaminya.

"Maaf, maaf ...." Tiara masih terisak.

Kananta meletakkan dagunya di bahu Tiara, "aku tidak marah, bahkan benci pun tidak, tidak pernah terbesit di pikiranku untuk membencimu permaisuri ku, jadi apa yang harus ku maafkan untukmu? Kau tidak salah permaisuriku."

---

"Assalamu'alaikum, sayang?" Zarhan masuk ke dalam apartemen lalu tersenyum saat melihat istrinya yang manis menyembul dari pintu dapur, ia pun berjalan pelan mendekati istrinya setelah meletakan tas kerjanya di sofa.

"Waalaikumsalam, mas!" seru Tiara bersemangat, berjalan cepat ke arah Zarhan sembari tersenyum manis.

Dengan cepat Zarhan membawa Tiara ke dalam pelukan hangat miliknya, 

Zarhan juga tersenyum lebar dan membawa tubuh mungil dengan perut buncit itu kedalam pelukan hangatnya, Tiara juga mengamit tangan Zarhan untuk disalim.

"Sudah sholat kah? Capek gak? Udah makan belum? Uang belanja masih ada kan sayang?" tanya Zarhan beruntun memastikan.

Tiara tersenyum kecil, "aku udah sholat mas, capek juga engga, aku juga nunggu mas buat makan malam-"

"Jadi kamu belum makan seharian!?" Panik Zarhan yang langsung memotong ucapan Tiara, melihat itu Tiara tersentak sebentar karena terkejut lalu tak lama ia mulai tertawa pelan.

"Galak amat si mas, kaget tau!" Tiara pun cemberut melepas pelukan mereka dan melipat tangannya di dada, namun ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya karena ingin tertawa.

"Maafin mas, kamu bikin khawatir."

"Kalo istrinya lagi ngomong, dengerin sampai habis mas,"

"Maaf, mas salah."

Tiara tertawa kecil, namun ia sembunyikan alih-alih meninggalkan nya ke dapur tanpa mengajak Zarhan.

"Sayang ...."

---

"Mas, ini udah malam cuciannya biar besok aku aja."

"Denger mas dulu, suami terbaik itu saat dirumah bantu istri."

"Dari Al-Aswad beliau bertanya kepada ‘Aisyah, "Apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di tengah-tengah keluarganya?" 'Aisyah menjawab, "Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam biasa membantu keluarganya mengerjakan pekerjaan di rumah. Ketika tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera berangkat shalat." (HR.Bukhari, no.6039)" jelas Zarhan sembari tersenyum dan mengusap pelan kepala Tiara.

"Jadi, selagi mas mampu, kenapa gak dikerjain. Kamu kalo gak mau masuk duluan dan masih mau nunggu mas, duduk anteng aja ya ... Kalo capek ngomong ya,"

Zarhan mengangkat pakaian kotor untuk didekatkan ke mesin cuci, dan memulai aktivitas mencuci pakaiannya, dan ini tergolong ringan sebab memakai mesin cuci. Zarhan mampu untuk me-laundry pakaian mereka namun Tiara bersikeras menolak sebab itu pemborosan jika bisa dilakukan sendiri kenapa tidak?

-----

Ini pendek banget pliss (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)
Sumpah, otakku kek. *****
Loading buat cerita ini tu lama bet kek wifi yang ternyata belum dibayar, sedangkan cerita yang lain sudah berkelana sampai ke Afrika sono tu cerita.

Gooooo,moooooooo🐮

KEKASIH GAIB Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang