Halo! Makasih buat vote dan komennya di proloig kemarin. Ternyata masih ada yang ingat sama akun ini hahaha
Jangan lupa vote dan komen biar semangat updatenya.
Happy reading!
***
"Lo abis ini mau langsung balik ke rumah?"
Kania menggeleng pelan sambil berjalan menuju parkiran kantornya. "Nggak. Mau ke Senopati."
"Kebiasaan," decaknya pelan. "Stres dikit, larinya ke minum. Seneng dikit, larinya juga nggak jauh-jauh ke sana."
Tawa Kania keluar. "Biarin lah. Lo juga nggak ada bedanya sama gue. Stres dan seneng dikit juga larinya ke having sex with strangers."
"Sialan lo, Kania! Jangan bukan kartu gue dong!" protesnya yang tentu saja dibalas tawa lagi oleh Kania.
"Selama kelakuan lo dan gue belum berubah, jangan sok keras deh, Jod! Gue yang dengernya juga jadi eneg." Kania mencemooh Jodi. Terlebih lagi rekan kerjanya itu tampak malu begitu Kania meledeknya. "Udah ah, lo kalau mau balik ya balik. Ngapain juga harus tanya-tanya ke gue. Ganggu aja."
Jodi cuma bisa mengulas senyum tipis. Menatap wanita itu yang tengah sibuk mencari kunci mobil dari dalam tasnya selalu membuat jantung Jodi berdebar cepat. Kania tidak pernah tahu, kalau pria itu telah menyimpan rasa kepadanya sejak enam bulan yang lalu.
"Mau gue anter nggak, Kan?" tawar Jodi ketika melihat wanita itu masih sibuk dengan tasnya.
"Ke Senopati?" Kania melirik pada Jodi sekilas, kemudian menggeleng keras. "Ogah, ah! Gue kan bawa mobil sendiri."
Sejujurnya, Jodi tidak suka dengan jawaban Kania barusan. Wanita itu tak pernah mau kalau Jodi menawarkan sesuatu. Entah apa yang dirasakan Kania ketika pria itu memberikan perhatian yang bisa dibilang cukup blak-blakkan selama sebulan ini. Ingin sekali rasanya Kania merespon semua aksinya dan peka kalau Jodi suka padanya. Terdengar klise dan sinetron sekali, tapi Jodi selalu mengharapkan itu ketika berduaan bersama Kania.
"Lo nolak terus tiap gue ajak, Kan," keluh Jodi sambil menghela napas panjang. Rasa kecewa tak bisa dia sembunyikan dari nada bicaranya. "Gue harus gimana biar lo mau terima semua tawaran dan ajakan gue selama yang gue bisa, Kan."
Kania berhasil menemukan kunci mobilnya. Menekan tombol bergambar kunci di sana sampai terdengar suara bip. "Mandiri, Jodi. Gue kan termasuk independent woman."
"Emang mau selamanya jadi cewek yang mandiri, Kan? Gue sih nggak percaya," Jodi mengangkat kedua bahunya tanda tak yakin, "... lo harus punya pasangan, Kania Arlandita. Mau semandiri apapun kehidupan lo, tetep aja, punya pasangan itu harus."
Kania menatap Jodi sini. "Lo nggak pernah ngaca ya, Jod? Apa selama ini lo punya pasangan? Nggak, kan! Jadi nggak usah deh sok-sokan nyeramahin gue soal hidup harus punya pasangan."
Wanita itu mulai merasa risi mendengar semua ucapan Jodi barusan. Rasanya bukan seperti Jodi yang biasanya. Yang terkesan vulgar kalau bicara dan seenak jidatnya, bodo amat dengan semua kehidupan, dan nggak pernah pusing juga mikirin soal pasangan. Jodi yang Kania tahu itu adalah salah satu dari sekian banyak manusia di muka bumi ini yang berprinsip hidup bebas selagi bisa. Hidup bebas selagi tidak mengganggu kehidupan orang lain.
Tapi sekarang, Jodi yang sedang bersamanya di parkiran kantor, bukan seperti Jodi yang biasanya.
"Kania..."
"Apa?"
"Lo nggak ada niatan mau punya pasangan gitu?" tanya Jodi penasaran karena selama ini dia tidak pernah tahu Kania punya pacar atau nggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kissing The Royal Prince
Romance"Well..." Kania tersenyum miring, memasang raut wajah sombong, "... dua kali orgasme, apa lo nggak percaya gue senagih itu sama ekspresi mukanya pas di atas gue? He's so fucking handsome!" *** From the "Cold Marriage" universe.